27 - 𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑖𝑎𝑛𝑎𝑡𝑎𝑛

19.3K 834 77
                                    

"𝒦𝒶𝓊 𝓂ℯ𝓃ℊ𝓊𝓃ℊ𝓀𝒶𝓅𝓀𝒶𝓃 𝓅ℯ𝓇𝒶𝓈𝒶𝒶𝓃 𝒹ℯ𝓃ℊ𝒶𝓃 𝒷ℯ𝓇𝓈𝒾𝓂𝓅𝓊𝒽 𝓂𝒶𝓃𝒾𝓈 𝒹𝒾𝒽𝒶𝒹𝒶𝓅𝒶𝓃𝓃𝓎𝒶 𝓂ℯ𝓂𝒷𝓊𝒶𝓉𝓀𝓊 𝓉𝒶𝓀 𝒷𝒾𝓈𝒶 𝒷ℯ𝓇𝓀𝓊𝓉𝒾𝓀, 𝓈ℯ𝓁𝒶𝒾𝓃 𝓂ℯ𝓃𝓊𝓂𝓅𝒶𝒽𝓀𝒶𝓃 𝒶𝒾𝓇 𝓂𝒶𝓉𝒶 𝓀ℯ𝓅ℯ𝒹𝒾𝒽𝒶𝓃.

***

"Dimana neng?" Tanya supir Taxi.

"Cafe depan sana Pak!"Tunjuk Puput.

Shabiya hanya memandang malas sahabatnya itu setelah kejadian di kampus tadi Shabiya masih dalam mode ngambek.

Begitu pun puput tidak ada yang membuka suara. Suasana dalam Taxi begitu hening.

"Sudah sampai Neng!" Ucap supir Taxi tersebut.

"Oh iya, makasih pak."Ucap Puput.

"Iya, sama sama Neng!"balas supir Taxi tersebut.

***

"Bi udah dong marahnya." Pinta Puput merasa bersala."Aku janji gak akan gitu lagi deh!"

Sebenarnya Shabiya Merasa kasihan dengan Sahabatnya itu tapi kali ini Shabiya gak bakalan terhasut dengan Puput.

Shabiya hanya mendengus sambil melangkah ke meja yang berada paling pojok, Shabiya bingung kenapa hari ini cafe terlihat rame padahalkan bukan hari libur.

"Biya, Aduh.. Udah dong ngambeknya. Aku minta maaf deh!"

"Gak ikhlas!" Jawab Shabiya sambil membuang muka.

"Issh, aku tuh ikhlas tau Bi. Udah dong ngambeknya!" Ucap Puput dengan mata berkaca kaca.

"Dasar cengeng. Yaudah gue maafin." jawab Shabiya malas sambil meahan tawa melihat wajah memelas Puput.

"Beneran?" Puput berbinar.

"Tapi ada syaratnya." Sambung Shabiya lagi.

"Ih, kok ada syaratnya sih!" Geruru Puput sambil menegerucutkan bibirnya kesal.

"Yaudah kalau gak mau."Jawab Shabiya acuh.

"Iss, kok gitu sih, Yaudah apa syaratnya?"

"Syaratnya kamu harus bayarin semua makanan Aku, bagaimana?"
Jawab Shabiya dengan seringainya membuat Puput Speechless. Bukan apa apa, tapi masalahnya Shabiya itu kalau makan porsinya banyak banget bisa bisa uangnya habis cuman untuk bayarin makanan sahabat piciknya itu.

"Mau gak? Aku udah lapar ni!" Ucap Shabiya dengan seringai puas melihat ekspresi Puput, sahabatnya itu tau banget bagaimana porsi makan Shabiya.

"Iya iya. Sana pesan aja gue yang bayarin. Jawab Puput akhirnya. Menghela nafas berat. Shabiya mengerjainya habis habisan.

***

"Aku pesan yang ini, ini, ini.. Yang mana lagi Ya?" Ucap Shabiya sambil memilih makan yang di pesannya sementara Puput hanya bisa meneguk ludah kasar melihat sahabatnya itu.

"Ah, yang ini Mbak, Aku pesan yang ini!" Seru Shabiya.

Pelayan tersebut hanya mengangguk mengerti, setelah memandang aneh pada Shabiya mungkin kaget melihat makanan yang pesan gadis itu, yang menurutnya terlalu banyak.

Shabiya hanya tersenyum, lihat saja betapa Senangnya Shabiya membuat Seseorang sengsara karena ulahnya itu. "Makasih Ya Put, kamu memang sahabatku yang paling baik deh.." Ucap Shabiya menampakkan nyengiran khasnya, Puput hanya membuang bola matanya malas.

"ngomong ngomong kok dari tadi Aku gak lihat Hisqa ya?" Ucap Shabiya sambil celingukan mencari keberadaan sahabatnya itu.

"Paling juga sibuk dia, lihat aja banyak pelanggan hari ini." jawab Puput.

"Iya, kasihan sama Hisqa ya, akhir akhir ini dia jarang ke kampus karena harus bekerja."Ucap Shabiya.

"Hm, tapi kamu tau sendiri Mama Hisqa kan sakit jadi Hisqa harus kerja keras untuk memenuhi kebutuhan Mamanya."

"Iya Aku salut deh sama Hisqa, dia rela menjadi tulang punggung untuk memenuhi kebutuhannya juga Mamanya."

"Iya, Hisqa memang mandiri gak seperti kamu makan aja banyak banget!" Sindir Puput.

"Ih, apaan sih, emang kamu mandiri. Kamu juga suka makan banyak tau gak!"

"Kamu tuh makan banyak!"

"Kamu!

"Kamu!

Begitu pun selanjutnya keduanya adu peran mulut.

"Mas yang disana romantis bangat deh.."

Bisikan orang orang tersebut sukses membuat keduanya terdiam. Lantas menoleh ke arah panggung, seketika keduanya kaget bukan main.

Bagaimana tidak, jika sahabatnya Hisqa berdiri dengan anggun diatas panggung dengan seorang pria berlutut sambil memberikan bunga mawar.

"Hisqa Aku mencintaimu, Aku sudah mencintaimu sejak lama, tolong katakan apa kau juga mencintaiku."

Shabiya menyerit, suara itu seakan tidak asing di pendengarannya.tapi seketika semua terasa hening ketika Shabiya menyadari kalau pemilik Suara tersebut adah Althaf suaminya. tolong, tolong katakan bahwa itu tidak benar tapi harapan Shabiya Pupus begitu saja ketika melihat wajah pria tersebut yang ternyata memang suaminya dan lebih mirisnya lagi ketika jawaban yang sangat mengejutkan keluar dari mulut sahabatnya itu.

"Iya, Aku juga mencintaimu." bersamaan dengan itu air mata seorang istri yang tidak pernah diharapkan mengalir begitu saja, sahabat yang selama ini sudah dirinya anggap sebagai saudara malah menghianatinya dan suami yang selama ini ia pertahankan malah mencintai sahabatnya sendiri.

"Ya Allah masih adakah Luka yang lebih sakit dari Ini". Jeritnya dalam hati.

***

Cinta Dalam LukaWhere stories live. Discover now