22 - 𝑀𝑒𝑛𝑢𝑡𝑢𝑝𝑖 𝑘𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑎𝑛 2

18.3K 661 10
                                    

~𝒞𝒾𝓃𝓉𝒶 𝒹𝒶𝓁𝒶𝓂 𝓁𝓊𝓀𝒶~

***

"Bi kamu pulang naik taksi?"Tanya Puput karena melihat Shabiya memberhentikan taksi.

"Ya, emangnya kenapa? Kan gak mungkin kak Azzam datang jemput aku lagi seperti biasa."Jawab Shabiya.

"Iya, tapi sudah ada Althaf, kenapa bukan dia yang jemput kamu?"Tanya Puput lagi.

"Gak papa, pasti Althaf sedang sibuk di kantor, Aku gak mau ganggu pekerjaan dia."Jawab shabiya, lagi lagi kebohongan. Tentu saja karena Althaf tidak ingin menjemputnya karena itu ia harus pulang pergi ke kampus naik taksi.

"Oh, Kalau begitu hati hati ya. Kapan kapan gue main kerumah baru loh sama Hisqa gak apa apa kan?"Tanya Puput.

"Iya gak papa kok. Gue duluan kasian bapaknya nunggu lama!"Ucap Shabiya lalu masuk kedalam taksi.

Shabiya akan mampir sebentar ke rumah Umi dan Abi nya, ia sangat merindukan kedua orang tua nya itu, Apalagi kakaknya Azzam.

***

"Zam coba lihat kayaknya ada tamu!"Teriak Sarah dari arah dapur.

"Iya Umi!" Balas Azzam sambil melangkah menuju pintu depan rumah.

Ceklek..

"Kak Azzam!!"Teriak Shabiya segera memeluk kakaknya erat.

Azzam membelalakkan matanya, karena rasa terkejut. Teriakan melengking Shabiya rasanya membuat kupingnya sakit, tapi yang lebih membuat terkejut karena kedatangan adiknya secara tiba tiba tanpa memberitahunya terlebih dahulu.

"Kak Azzam, Biya rindu sama Kakak!"Gumam Shabiya sambil terisak tanpa melepas pelukan dari Sang kakak.

"Hei, kamu nangis? Ada apa kamu gak kenapa napa kan?" Tanya Azzam khawatir.

Shabiya hanya menggelengkan kepalanya, lalu mendongak melihat wajah panik kakaknya, menghapus air matanya."Shabiya nangis karena kangen sama kakak."Ucap Shabiya.

"Beneran? Kamu gak bohong kan sama kakak? Terus kenapa kamu kesini cuman sendiri dimana Althaf?"Tanya Azzam curiga.

"Althaf lagi di kantor, mungkin dia sibuk." Jawab Shabiya gugup.

"Kantor?"Tanya Azzam bingung bukannya Althaf bekerja di Jakarta.

"Iya, kemarin Biya pindah ke Bandungnkarena Althaf harus memimpin perusahaan di Bandung."Jawab Shabiya.

"Jadi sekarang kamu tinggal di Bandung?" Tanya Azzam lagi.

Shabiya menggaguk.

"Kok gak cerita sama kakak?"

"Kak Azzam Shabiya pindah ke Bandung baru kemarin, dan sekarang Shabiya datang ke sini mau bilang sama kakak, juga Umi dan Abi. Tapi Kakak biarin Shabiya masuk kedalam dulu, Shabiya capek!"Ucap Shabiya sambil mengerucutkan bibirnya. Azzam hanya mendengus kesal lalu mempersilahkan adik cerewetnya itu.

Shabiya celenguk celengukan mencari keberadaan Sang Umi, tapi tidak menemukan keberadaan Wanita yang amat di sayanginya itu.

"Umi ada di dapur lagi masak!"Ucap Azzam mengerti apa yang di lakukan Shabiya.

Shabiya mendengus lalu menuju ke arah dapur, dan benar saja di sana ia dapat melihat Sosok wanita paruh baya, Umi nya, Bidadari yang amat ia rindukan. Shabiya melangkah mengendap endap lalu memeluk pinggang Umi nya.

"Umi!!"

"Astagfirullah!"Ucap Sarah kaget.

Sarah berbalik melihat sang pelaku dan ternyata itu adalah putrinya, Shabiya. Rasa Marah karena kesal tadi kini tergantikan dengan rasa rindu melihat kedatangan sang Putri.

"Shabiya?"Ucap Umi Sarah tidak percaya.

"Iya, ini Shabiya Umi, Anak Umi yang paling Cantik!"Ucap Shabiya pede.

"Isshh, Dasar ya anak ini sudah nikah tapi tingkat kepedaanya masih sama!"Ucap Umi Shabiya.

"Ih, Umi Shabiya kan benar kalau Shabiya anak Umi yang paling cantik, toh Umi kan cuma punya dua anak Kak Azzam dan Shabiya, dan anak Umi yang paling cantik Shabiya kan gak mungkin kak Azzam!"Rajuk Shabiya.

"Iya iya putri Umi memang cantik, tapi bagaimana bisa kamu tiba tiba datang seperti ini? Lalu dimana menantu Umi?"Tanya Umi Sarah.

"Isshh Umi bukannnya nanyain kabar anaknya tapi malah nyari mantunya itu, Althaf gak ada, dia di kekantor cari nafkah buat Biya!" Jawab Shabiya kesal.

"Aduh manjanya putri Umi, Udah jadi istri kok masih manja sih, pasti kasian Althaf punya istri manja seperti kamu!"Ejek Umi Sarah.

"ihh, Umi!"Rajuk Shabiya.

Sarah terkekeh melihat putrinya ini, ia sangat merindukan Shabiya, sifat kekanakan dan manja Shabiya.

***

"Shabiya pamit ya Umi, Kak Azzam. Nanti bilang sama Abi kalu pulang dari kantor, bilang anaknya yang cantik tadi datang ke rumah!"Pamit Shabiya sambil menyengir kuda.

Azzam mendengus melihat tingkah laku adiknya ini, baru datang tapi sudah membuat orang jengah dengan tingkahnya. Walaupun tidak bisa di pungkiri bahwa ia sangat menyayangi Shabiya.

"Udah udah sana kamu pergi, Nanti Althaf nyari kamu!"Usir Azzam.

"Ihh, Kak Azzam jahat. Bukannya sedih Biya mau pulang!"Rajuk Shabiya sambil mengerucutkan bibirnya.

"Dasar bawel, sana cepat pulang!"Ucap Azzam sengaja membuat Shabiya kesal.

Shabiya mendengus lalu memeluk Umi nya yang hanya memandang keduanya sambil tersenyum."Umi Shabiya pulang dulu ya, Kapan kapan Shabiya kesini lagi. Kalau Umi mau ke rumah Shabiya juga boleh!" Tapi kak Azzam gak boleh datang ke rumah Shabiya!"Ucap Shabiya sambil menatap Kakaknya tajam.

"Sana cepatan kamu pulang, Nanti dicari Althaf, dasar nakal kamu ya keluar rumah tapi gak izin sama suami!"Omel Azzam.

"Buat apa izin, toh dia gak akan peduli kemanapun aku pergi." Batin Shabiya.

"Ihh, Kak Azzam iya iya. Shabiya pulang sekarang, dasar Bawel!"Umpat Shabiya.

"Assalamu'alaikum!"Salam Shabiya kesal, lalu melangkah cepat ke dalam mobil, diantara supir pribadi keluarganya. Dasar kakak laknat bukannya sedih adiknya pergi tapi malah ngusir, di kira kucing apa di usir usir gitu. Umpat Batin Shabiya.

"Jalan pak!"

***

~Vote & Komen~

Cinta Dalam LukaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin