09 - 𝑃𝑒𝑟𝑚𝑖𝑛𝑡𝑎𝑎𝑛

17.5K 702 2
                                    

~𝒞𝒾𝓃𝓉𝒶 𝒹𝒶𝓁𝒶𝓂 𝓁𝓊𝓀𝒶~

***

"Lo liat Biya gak, tadi dia lari ke arah sini?" Tanya Reno dengan nafas tidak beraturan, begitu pula Puput dan Hisqa.

"Emangnya kenapa kalian ngejar ngejar Shabiya? Tanya Ardan balik.

"Gak usah banyak nanya ini tuh keadaannya gawat." Ucap Puput geram.

"Kok gawat emangnya Shabiya kenapa?

"Ah, banyak nanya loh, lo denger ya Shabiya itu mau di nikahin sama Abi nya!" teriak Reno.

Plak

Aww

Aduh Reno sambil mengusap kepalanya karena mendapat serangan tiba tiba dari Puput.

"Lo kenapa mesti bilang ke orang lain sih, yang ada Shabiya nanti malah tambah marah!" omel Puput.

"Sorry soalnya ni orang banyak nanya sih." kata Reno sambil menatap Ardan tajam dan di balas tidak kalah tajam oleh Erlan.

"Yasudah ayo kita cari Shabiya!" Ucap Hisqa.

***

Shabiya menggeram kesal, sungguh kenapa belakangan ini ia selalu sial, buktinya sekarang ini ban mobil nya kempes dan di tempat yang amat sepi, dan juga ponselnya mati. Terus gimana caranya supaya ia bisa pulang masa di harus berdiri terus di pinggir jalan seperti ini.

Tiba tiba sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depannya, membuat Shabiya cemas, jangan jangan orang jahat, ini kan tempat sepi, Ya Allah lindungi lah aku. Batin Shabiya.

"Kenapa?" tanya orang tersebut, tapi kayaknya suaranya gak asing di telinga Shabiya. Shabiya mendongakkan wajahnya dan betapa terkejutnya Shabiya karena ternyata orang tersebut adalah Althaf.

"Kenapa?" tanya Althaf sekali lagi. Membuat Shabiya bingung.

"Maksudnya? Tanya Shabiya balik.

"Ya, maksudnya kenapa kamu berdiri sendiri di tempat sepi seperti ini?" terang Althaf.

"Emangnya bapak pikir saya sengaja berdiri sendiri di pinggir jalan seperti ini!" jawab Shabiya sambil memcebikkan bibirnya kesal. Pertanyaan macam apa itu. Pikir Shabiya.

"Saya bukan bapak kamu, gak usah panggil saya bapak." jawab Althaf dingin.

"Terus saya mesti panggil bapak siapa? Kakak, Aa, Abang, Mas, atau calon suamiku?" tanya Shabiya membuat Althaf bergidik ngeri mendengar ucapan Shabiya.

"Panggil saya Althaf."Jawab Althaf singkat.

"Baik."Jawab Shabiya tak kalah singkat.

"Jadi sampai kapan kamu akan berdiri seperti ini?" tanya Althaf lagi.

"Gak tau, mungkin masih lama, buktinya ban mobil Biya masih kempes!" jawab Shabiya menatap nanar ke arah ban mobilnya.

"jadi ban mobil kamu kempes?" tanya Althaf bingung. Shabiya hanya menjawab dengan anggukan pelan.

"Yaudah saya antar kamu pulang." ajak Althaf. Membuat Shabiya terlonjak.

"Terus mobil saya gimana?"

"Nanti saya suruh tukang service kesini." Jawab Althaf.

"Baiklah!" kata Shabiya lalu membuka pintu belakang mobil Althaf.

"Siapa yang nyuruh kamu duduk di belakang siapa? Tanya Althaf membuat Shabiya yang hendak masuk kedalam kursi belakang terhenti.

"Ya maunya saya sendiri, Emangnya kenapa? gak boleh?" Tanya Shabiya bingung.

"Kamu duduk di depan." suruh Althaf.

"Gak mau, saya mau duduk di belakang aja!"Elak Shabiya membuat Althaf membelalakkan matanya ternyata Shabiya keras kepala.

"Dengar ya, kalau kamu duduk di belakang entar saya dikira supir kamu!"

"Dan Shabiya kasih tau yah, kata Abi Biya gak boleh berdekatan dengan laki laki yang bukan mahram Shabiya, ngerti gak makanya Saya duduk di belakang aja dari pada dosa!" Kata Shabiya membuat Althaf kicep.

"Yaudah terserah kamu saja!"putus Althaf akhirnya sambil membuka pintu depan kobilnya dan mengendarainya dengan kecepatan sedang.

"Emm.. Althaf!" panggil Shabiya pelan.

"Apa?" jawab Althaf yang masih fokus mengendari mobilnya.

"Boleh pinjam ponsel gak?" tanya Shabiya hati hati.

"Untuk apa?"

"Nelfone Abi!"

"Emangnya handphone kamu mana?"

"Lobet!"

Althaf memutar bola mata jengah lalu meraih ponselnya dan menyodorkannya pada Shabiya.

Shabiya tersenyum simpul dan segera menghubungi Abi nya.

"Assalamu'alaikum Abi!

"....."

"satu satu dong nanya nya Abi!

"...."

"Abi di rumah sakit, siapa yang sakit?"

"....."

"Yaudah saya akan kesana, Aslamulaikum."

"ini ponselnya terimah kasih!"Ucap Shabiya sambil mengembalikan ponsel Althaf.

"Kata Abi tadi langsung di suruh kerumah sakit, kok Kamu gak bilang sih kalau mama kamu sakit?" protes Shabiya.

"Aku kira kamu sudah tau, dan soal pernikahan minggu depan mama yang minta!" Ucap Althaf dingin.

~~***~~

"Assalamu'alaikum!" salam Shabiya ketika memasuki ruang rawat mamanya Althaf, yakni Arumi. Semua orang tertuju ke arah mereka berdua.

"Walaikum salam, wah calon pengantin udah datang. Sahut ayah Althaf, Farhan.

Shabiya melihat semua orang disana sudah Ada Abi, Umi dan Azzam.

"jadi acara nikah nya minggu depan jadikan? Tanya mama Althaf memastikan.

Tidak ada jawaban baik Althaf maupun Shabiya keduanya hanya diam.

"Pasti jadilah tante, Shabiya kan dari dulu memang udah mau nikah ,tapi cuma malu malu doang!" jawab Azzam dan mendapat pelototan tajam dari Shabiya, kakaknya ini kalau di jadiin penulis pasti sukses, orang dia bakat banget bikin cerita boongan, dan kali ini Shabiya jadi sasaran.

"Bagus dong, ah, jadi gak sabar gendong cucu!" sambung Mama Althaf membuat pipi Shabiya sudah seperti kepiting rebus, sebenarnya Shabiya jadi kasihan melihat harapan semua orang terhadap pernikahan tanpa cinta ini.

"Mama gak usah mikirin itu dulu, mendingan mama pikirin kesehatan mama." kata Althaf.

"kamu tenang aja, mulai hari ini kamu harus siap untuk menjadi suami yang baik untuk calon menantu kesayangan mama ini."Ucap Arumi menggoda Shabiya.

***

~Vote & Komen~


Cinta Dalam LukaWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu