5 - Worries

4.1K 244 28
                                    

Ada hal aneh pada dirinya.

-Icha Febrina

***

Seperti biasa, Steven menjemput Icha. Sesampainya di sekolah, Icha ingin bertanya pada Raisa.

"Hai, Cha," sapa Raisa dengan senyumnya.

"Hai, ini pr nya," balas Icha dan memberikan bukunya pada Raisa.

Setelah itu, Icha duduk di bangkunya.

"Sa gue mau tanya, hubungan gue harusnya gimana sama Steven, sedangkan gue sama dia nggak saling cinta." Icha mulai bercerita.

"Yah lo putus aja, kok ribet amat," saran Raisa tanpa menatap Icha. Raisa fokus menyalin.

"Tapi kenapa gue kok nggak mau putus ya."

"Mungkin lo suka sama dia."

Mendengar hal itu, Icha melotot.

"Biasa aja kali matanya," ucap Raisa.

"Yaa..udah nanti gue putusin," Icha ragu untuk berbicara.

"Kalau ragu yah nggak usah kali," ucap Raisa.

Icha menghela napas kasar. Ia tidak mengerti kenapa rasanya sulit untuk memutuskan hubungannya dengan Steven.

***

Icha menuju kamar mandi. Setelah sampai, niatnya terurung karena Icha dihadang para kakak kelas.

"Heh, gue peringatin ke lo! Jangan deket-deket Steven, gue pacarnya!" ucap Fatin. Sepertinya dia ketuanya, ia berdiri di hadapan Icha dengan berkacak pinggang.

Icha diam saja tak menjawab. Lebih tepatnya tidak ingin menanggapi perkataan kakak kelasnya ini.

"Lo itu punya mulut apa enggak, jawab!" bentak Fatin dengan menjambak rambut Icha.

"Iya kak." Icha meringis.

Icha segera pergi namun ia di dorong hingga jatuh. Icha ditampar dan dijambak. Icha sudah bisa lagi menahan untuk menangis. Namun, Steven datang menyelamatkannya.

"Pergi lo semua! jangan ganggu dia lagi!" usir Steven marah.

Mereka langsung pergi. Icha ditarik ke dekapan Steven. Icha menangis dan Steven terus memberikan ketenangan.

"Lo nggak papa kan?" tanya Steven.

Icha menggeleng lemas, setelah itu Icha pingsan. Steven langsung menggendong Icha ke UKS. Banyak yang kagum melihatnya.

Sesampainya di UKS, anak PMR langsung menangani Icha. Namun Steven melarangnya, anak PMR pergi meninggalkan mereka berdua.

Icha membuka matanya perlahan-lahan. Pipinya masih terasa panas karena efek dari tamparan tadi. Kepalanya juga terasa pusing.

"Lo nggak papa kan?" tanya Steven dengan raut wajah yang khawatir.

Icha menggeleng lemas.

"Ini pasti sakit ya?" Steven membelai pipi Icha.

"Sakit lah," kata Icha dengan sisa tenaganya.

"Lo nggak usah ikut pelajaran, istirahat di sini aja," titah Steven.

"Sejak kapan lo khawatir sama gue?"

Steven berdecak pelan.

"Wajah lo lucu banget tadi," kata Icha dengan tawa kecilnya.

"Udah ditolongin nggak terima kasih," sindir Steven.

"Oke, makasih," sahut Icha.

"Nggak ikhlas," ujar Steven.

LOVE VIBESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang