62 - Disaster

1.5K 98 29
                                    

Bacanya perlahan lho yaa :v

Jangan nyimpulin sesuatu yang masih gantung.

🎶: Last Child - Seluruh Nafas Ini

***

"Gue mau kita putus, Cha."

Satu kalimat yang dilontarkan dari mulut Steven membuat dunia Icha seolah runtuh, Icha membeku ditempat tak bisa berkata-kata. Dadanya semakin terasa sesak mendengar kata itu, air matanya sudah terjun bebas di pipi Icha.

Dengan keadaan lemas, Icha membalas.

"Kenapa, Stev? Apa kesalahan Icha ini nggak bisa dimaafkan?"

Steven memandang ke arah lain, merasa tak kuat jika melihat Icha menangis. Lalu ia hanya memasang muka datar tanpa ekspresi bersalah sedikitpun.

"Sorry, Cha. Sepertinya gue udah nggak bisa ngelanjutin hubungan ini lagi," jawab Steven masih santai.

Tangisan Icha semakin deras, merasa sangat kecewa karena sikap Steven yang seperti ini. Sangat dingin dan tidak ada rasa bersalah sedikitpun.

"Ke.. Kenapa sih? Ich.. Icha nggak mau! Icha nggak mau putus sama Steven!" bantah Icha dengan mata yang merah dan suara yang bergetar.

Steven menghela napas berat. "Gue tau kesalahan lo ini masih bisa dimaafkan, tapi gue maunya kita udahan."

"Jujur, gue marah saat lo bohong sama gue. Bukannya gue nggak percaya atau gimana, gue cuma mau ngasih kejutan," jeda Steven dengan mata yang tajam. "Ternyata malah gue yang dikasih kejutan."

"Maafin Icha, Stev," lirih Icha disela-sela tangisnya. "Maafin Icha udah bohong sama Steven, Icha cuma takut Steven nanti tambah marah kalau tau Icha pulang sama Kak Kevin."

"Gue cuma mau lo jujur, Cha. Nggak dibohongin kaya gini, gue merasa sepertinya gue udah nggak penting buat lo," balas Steven dingin.

Icha sesegukan, ia merasa Steven sangat marah saat ini. Steven marah bukan karena Icha pulang dengan Kevin, tapi kebohongan Icha yang membuat Steven ingin hubungan ini berakhir.

"Setelah perjuangan panjang yang kita lalui bersama, segampang itu Steven ngelupain Icha?" tanya Icha dengan mengusap air mata dipipinya.

Steven tertawa hambar. "Kalau lo nggak ngelakuin ini, gue juga nggak bakal mutusin lo, Cha."

Sepertinya, Steven sangat kecewa. Ia harus bicara panjang saat ini.

"Mungkin lo bukan untuk gue, Cha. Lo terlalu baik buat gue, gue selalu nyakitin lo sampai saat ini," ujar Steven. "Sebenernya banyak, alasan kenapa gue harus mutusin lo."

"Apa, Stev? Apa? Icha itu sayang sama Steven, tapi kenapa Steven itu seolah mainin perasaan Icha? Icha itu tulus sama Steven, tapi kenapa Steven nggak pernah serius sama Icha?" balas Icha marah lalu diiringi oleh senyum miris. "Dan bodohnya lagi, Icha itu selalu luluh dan tetep sayang sama Steven. Sebanyak apa luka yang diberikan sama Steven buat Icha?"

"Maka dari itu gue mau kita putus, gue nggak mau nyakitin lo lagi," sahut Steven cepat.

Icha menundukkan kepalanya dalam-dalam, memejamkan mata erat seraya menahan tangisnya. Hati Icha sangat sakit saat ini, semua yang terjadi saat ini karena dirinya. Jika ia tidak berbohong pada Steven, pasti semua ini tidak akan terjadi.

"Beri satu kesempatan lagi untuk Icha, Icha nggak mau kita putus," pinta Icha sangat lirih. "Jika Icha nggak bohong sama Steven, apa Steven masih tetap putusin Icha?"

"Gue nggak bisa," tolak Steven cepat. "Nggak tau. Tergantung keadaannya."

"Icha cinta sama Steven, tapi kenapa sih Steven nggak pernah ngerti perasaan Icha? Icha tau jika Steven cemburu kalau Icha sama Kak Kevin, tapi Icha emang nggak ada apa-apa sama Kak Kevin, Stev."

"Udahlah, Cha. Gue nggak mau ribut sama lo, gue disini cuma mau kita putus," ujar Steven dengan entengnya. Raut wajahnya sama sekali tidak terjadi apa apa dan tanpa bersalah.

Manusia macam apa ini? Tidak memiliki hati.

Bagai disambar petir, Icha langsung merasakan tubuhnya melemas. Air matanya semakin mengalir di pipinya, Icha merasakan hancur. Namun, Icha akhirnya berusaha tegar dan menatap Steven dengan pandangan sayu.

"Kalau Steven mau kita putus sekarang, seharusnya dari awal kita break. Nggak sekarang. Steven malah buat Icha makin sayang sama Steven," ucap Icha lirih disertai senyum miris.

Icha menghela napas perlahan. "Steven pinter banget ya, buat Icha sakit hati."

Icha menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. "Makasih, untuk waktu yang selama ini Steven berikan buat Icha. Steven udah mewarnai hari-hari Icha selama ini, udah buat Icha bahagia. Maaf ya, Icha nggak bisa jadi yang terbaik buat Steven. Icha selalu nyusahin Steven dan buat beban dihidup Steven."

Icha tersenyum miris. "Dan makasih untuk luka yang diberikan Steven ke Icha, makasih untuk rasa kecewa ini. Steven buat Icha mengerti apa arti perjuangan yang sebenarnya. Banyak yang buat Icha nggak bisa ngelepasin Steven, Icha udah terlanjur sayang sama Steven."

Dalam hati, Icha tak mau melepaskan Steven. Tapi mau bagaimana lagi? Steven sepertinya sudah tak mau lagi. Icha juga tidak mau egois, ia harus menghargai keputusan Steven saat ini. Mungkin akan terasa menyakitkan, tapi Icha yakin ia akan kuat menghadapinya.

"Yaudah, Icha nggak papa. Icha terima keputusan Steven, kita putus mulai sekarang. Semoga Steven bisa bahagia," putus Icha dan berlari kencang bagai angin.

Steven mendengar itu semua dalam diam, menatap kepergian punggung Icha yang perlahan menjauh dan hilang dengan senyum masam.

Steven harusnya lega, tapi ia masih tidak bisa berpisah dengan Icha. Steven tau ia sangat egois, tak punya hati, dan kejam. Membuat Icha berkali-kali patah hati, dan bisa membuat Icha juga tersenyum kembali.

Sungguh bodohnya Steven saat ini. Sejujurnya, ia ingin menahan Icha pergi. Tapi percuma, ini semua sudah terjadi.

***

Steven mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, tak peduli dengan apapun saat ini. Jalanan sepi, mungkin hanya beberapa kendaraan yang lalu lalang. Pikiran Steven sangat kacau, ia sangat tertekan.

Hujan turun dengan deras, tanpa diduga. Membasahi sepanjang jalanan yang sepi ini, tapi Steven tidak peduli. Ia tidak akan menepikan motornya untuk berteduh, ia sekarang hanya ingin cepat-cepat sampai rumah. Jalanan sangat licin, tapi Steven sama sekali peduli.

Semakin lama, Steven semakin menambah kecepatan motornya. Pandangannya sedikit terganggu karena air yang menutup kaca helmnya. Saat Steven ingin belok ke kiri, ia tak sadar bahwa ada mobil di depannya yang mempunyai kecepatan tinggi juga.

BRAAAKKKK!!!!

****

APA YANG TERJADI SAMA STEVENN?? COBAA TEBAKK!

Kalian suka nggak mereka putus?

Votment yang banyak, biar cepet updatee!

Jangan lupa vote and comentnya, selalu ditunggu❤

Salam,

Reva Adhia

LOVE VIBESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang