41 - Whats Wrong With Him?

1.7K 110 16
                                    

Aku sama sekali tidak memengaruhinya, hanya saja ia ingin dan mau sendiri tanpa terpaksa sedikitpun. -Indira Fernanda.

***

Mendengar jawaban yang terucap dari mulut Icha membuat Indira tersenyum penuh kemenangan dan tangisnya tak lagi terlihat. Indira langsung menarik Icha ke dalam dekapannya.

"Makasih, Cha. Lo baik banget sama gue, suatu saat gue pasti balas kebaikan lo," ucap Indira.

Icha tak membalas pelukan itu, ia hanya diam dan terhanyut dalam pikirannya.

"Oh iya, Cha. Lo kalau mau putus sama Steven juga nggak papa, itu lebih baik. Jadi lo mau mutusin dia kan?" tanya Indira tanpa berdosa. Ia kemudian melepas pelukkannya dengan Icha.

Icha langsung tersadar dan terkejut mendengar itu. Bisa-bisanya Indira mengatakan itu.

"Gue nggak tau, Ra. Gue masih bimbang untuk pertanyaan lo itu, yang penting gue jauhin Steven kan?" jawab Icha dengan senyumnya.

Dan senyum itu terlihat dipaksakan.

"Makasih ya, Cha. Lo jangan buat gue kecewa, lo harus nyuruh Steven untuk deket sama gue," ucap Indira seolah tak terjadi apa-apa. Ia kemudian menampilkan senyum yang terlihat bahwa sangat bahagia.

Icha hanya bisa diam. Ia tak merespon yang diucapkan oleh Indira. Icha harus kuat, ini tidak lama. Hanya saja, waktu yang dinantikan sepertinya berjalan sangat lama.

Bel masuk pun berbunyi.

Mendengar itu, Indira langsung pamit ke Icha untuk masuk ke kelasnya.

"Cha, gue ke kelas dulu ya, udah bel masuk," pamit Indira dan menepuk pundak Icha.

Indirapun pergi dari hadapan Icha. Icha menatap punggung itu perlahan jauh dan hilang dari pandangannya.

Icha terdiam membeku. Ia kemudian menumpahkan semua air mata yang ia tahan sejak tadi, tidak ada yang melihatnya karena bel sudah masuk. Ia berniat untuk menuju rooftop. Ia kemudian menghapus air mata dipipinya dengan kasar, kemudian Icha menampilkan senyum manisnya.

Setelah itu Icha langsung melangkahkan kakinya menuju rooftop untuk menenangkan semua keluh kesahnya. Icha tidak boleh egois, ia harus membuat Indira bahagia meskipun hanya untuk sesaat. Icha sudah menganggap Indira seperti saudaranya, ia tak bisa menolak permintaannya karena alasan Indira cukup membuat hati terdalam Icha tersentuh.

***

Bel pulang berbunyi.

Selama berjam-jam, Icha hanya diam di rooftop untuk menenangkan pikirannya yang kacau. Icha bolos pelajaran selama tiga jam, lalu ia sadar bahwa bel pulang sudah terdengar. Icha bangkit dari kursi panjang tersebut dan menghela napas berat.

Icha harus menyiapkan fisik dan mentalnya untuk menjauh dari Steven, semoga dengan cara ini Indira bisa bahagia. Lalu langkah kakinya mulai menjauh dari rooftop dan menuju kelasnya.

Saat sampai di kelas, hanya ada satu kata yang menggambarkan keadaan saat ini, kosong. Icha melangkah menuju bangkunya untuk mengambil tasnya. Lalu menggendongnya di punggung dan melangkah pergi dari kelas yang sepi itu.

Sepanjang koridor yang dilewatinya, Icha diam dan sekarang yang ada di dalam pikirannya adalah alasan Indira menyuruhnya untuk menjauhi Steven.

Akhirnya Icha sampai di gerbang sekolah untuk menunggu angkot yang datang. Namun, suara klakson motor membuatnya tatapan yang semula memandang jalanan beralih ke sumber suara itu.

Icha tau itu adalah motor Steven.

Namun Icha memilih untuk diam ditempat tanpa memerdulikan suara klakson yang berulang-ulang kali terdengar. Steven yang melihat itupun mulai menjalankan motornya di dekat Icha, setelah itu ia membuka kaca helmnya itu.

LOVE VIBESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang