48 - Not A Priority Anymore

1.6K 93 21
                                    

Seiring berjalannya waktu ternyata aku sudah tidak diprioritaskan. -Icha Febrina.

***

Saat dikantin, Icha tak menemukan Indira. Yang ada Steven semeja Dimas dan Rama seraya berbincang ringan. Bola mata Icha melihat kanan lalu ke kiri untuk mencari keberadaan Indira. Icha berhenti berjalan dan berpikir.

"Kalau Indira ada, pasti dia sama Steven. Tapi Steven kok semeja sama Dimas ya? Apa Indira nggak masuk?" gumam Icha.

Alysya dan Raisa yang merasa Icha tidak ada di belakangnya langsung berbalik badan untuk mencari Icha.

Alysya dan Raisa yang melihat Icha sedang melamun langsung menyadarkannya.

"Cha! Lo kok malah berhenti sih?" teriak Alysya.

Icha langsung tersadar. "Eh, iya-iya."

Icha segera berlari kecil untuk menyusul Alysya dan Raisa yang sedang berjalan ke arah meja Steven, Rama, dan Dimas.

Icha, Alysya, dan Raisa duduk di kursi panjang yang berhadapan dengan ketiga cowok itu.

"Sya, nggak makan?" tanya Dimas dengan lembut. Dimas menatap Alysya dengan datar.

"Udah bawa bekal dari rumah, Dim," jawab Alysya dengan senyum.

Dimas mangut-mangut mengerti.

"Indira nggak masuk?" tanya Icha dengan ragu-ragu dan membuka topik baru.

"Nggak kayanya, nggak keliatan dari tadi. Pasti kalau dia masuk nempel aja sama si Steven," sahut Rama.

"Eh lo berdua jangan jauh-jauhan gitu, kan nggak ada Indira," ucap Raisa menggoda Icha.

Ucapan Raisa membuat Icha malu dan pipinya bersemu merah.

"Stev, lo peka dikit kek. Masa iya lo terus jauhin Icha meskipun nggak ada Indira?" sindir Dimas dengan berdecak meremehkan.

Sontak hal itu membuat Alysya memutar bola matanya dan menghela napas pelan.
"Yang ngomong juga, nggak ada peka-pekanya."

Mendengar sindiran Alysya, semua orang tertawa kecuali Dimas dan Steven. Rama bertepuk tangan dan berdecak tak percaya.

"Bisa-bisanya, temen gue nggak ada yang peka. Cuma gue aja yang peka ternyata," ucap Rama menyombongkan dirinya.

"Lo juga bambang!" sahut Alysya tak terima dengan ucapan Rama.

"Nama gue bukan Bambang!" bantah Rama kesal.

"Masa gue peduli?" balas Alysya dengan tawa renyah.

Rama hanya menggerutu tak jelas, ia kesal setengah mati. Untung saja, Alysya perempuan dan pacar Dimas. Kalau tidak, pasti sudah Rama usir dari sini.

"Dasar geng nggak peka!" cerca Alysya.

"Meskipun nggak peka tapi lo sayang kan?" balas Dimas.

Semuanya yang mendengar itu langsung menyoraki Dimas, Alysya yang mendengar itu merasakan pipinya bersemu merah.

"Cha, lo nanti ada waktu nggak?" tanya Steven, akhirnya ia membuka suara untuk pertama kalinya.

"Emang mau ngapain?" Icha bertanya balik.
Icha sangat berharap bahwa Steven akan mengajaknya jalan nanti setelah pulang sekolah.

"Nggak papa, nanti aja."

Sungguh! Icha sangat kesal saat ini, padahal ini waktu yang ditunggu Icha. Steven selalu menyebalkan dan tidak pernah peka.

***

Saat pulang sekolah, Steven langsung menemui Icha dikelasnya. Steven mengajak Icha untuk pergi ke mall dan menghabiskan waktu bersama. Jika kalian bingung kenapa Steven bisa dengan Icha, karena Indira tidak masuk hari ini. Jadi Steven bebas dengan siapapun dan kemanapun.

Seperti biasa, Steven menunggu Icha di koridor depan kelas Icha dengan punggung yang menyandar ke tembok kelas Icha dan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana.

Mata tajam milik Steven melihat siswa yang lalu-lalang di depannya, membuat siswa perempuan menjadi salah tingkah.

Saat Icha di luar, ia kaget ada Steven di sini. Ichapun berjalan menghampiri Steven.

"Stev, ngapain di sini?" tanya Icha.

Steven langsung menoleh ke arah sumber suara. "Nunggu lo."

Icha mengerutkan kening, tak mengerti maksud ucapan Steven. "Nunggu Icha? Mau ngapain emang?"

"Mau jalan, ke mall."

Icha menjadi salah tingkah dan percaya diri. "Sama Icha? Sekarang?"

Steven mengangguk dan akhirnya memegang pergelangan tangan Icha untuk segera pergi menuju parkiran.

Icha sangat senang hari ini, ia senyum-senyum sendiri saat Steven kembali seperti dulu.

Saat mereka sampai di parkiran, Steven menyodorkan helm ke Icha.

"Cha, lo mau ngapain aja?" tanya Steven dengan memakai helmnya.

Icha terdiam sebentar, berpikir sejenak. "Icha mau nonton, beli ice cream, yang penting mau apa aja kalau sama Steven."

Steven tersenyum kecil mendengar itu, ia naik ke motornya begitu juga Icha. Mereka berdua mulai pergi meninggalkan sekolah yang masih ramai oleh warga sekolah.

Tapi tiba-tiba motor Steven terhenti di tengah perjalanan. Icha menjadi bingung dan panik sendiri. Steven merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya yang berkali-kali bergetar karena ada telfon masuk. Saat Steven sudah berbicara, Steven menjadi terburu-buru.

"Cha, Mama Indira tadi nelfon gue. Gue disuruh ke rumah sakit soalnya kankernya kambuh. Lo nggak papa kan?" tanya Steven.

"Kita lain kali ya jalannya, lo bisa kan turun sekarang?" pinta Steven.

Icha hanya bisa tersenyum pedih dan akhirnya turun dari motor Steven seraya melepas helmnya. Icha menyodorkan helmnya dan Steven dengan cepat menerimanya. "Iya, Icha nggak papa. Salamin ke Indira ya, semoga cepet sembuh."

Tak butuh waktu lama, Steven pergi melaju kencang bersama motornya.

Tak terasa, Icha menangis dan air matanya membasahi pipinya. Tiba-tiba, hujan turun dengan deras. Seolah hujan mengerti akan kesedihan yang Icha alami. Icha membiarnya hujan mengguyur tubuhnya, tak peduli dengan seragam yang masih membalut tubuhnya.

Icha terus berjalan tanpa berhenti. Sepanjang perjalanan ini hanya ada tangis dan kesedihan. Langit mulai menggelap, menandakan malam akan menjemput. Icha hanya bisa terus menangis dan berjalan.

Tapi tiba-tiba, ada mobil yang mengklakson. Membuat Icha menghentikan langkahnya dan berbalik badan untuk melihat siapa orang yang mengklakson dirinya. Padahal, Icha sudah sedikit menepi.

Akhirnya, seorang pemilik mobil itu turun dari mobilnya. Ia membawa payung dan melihat Icha dengan kaget.

"Cha, lo ngapain hujan-hujanan kaya gini?"

***

Hayo hayoo siapa sih orang itu?

Jangan lupa vote and comentnya, selalu ditunggu❤

Maaf partnya pendek, tapi gimana kalian kasihan nggak sama Icha?

Ditunggu part selanjutnyaa❤

Salam,

Reva Adhia

LOVE VIBESWhere stories live. Discover now