42 -Trying Understand

1.6K 100 20
                                    

Memang mulutmu bisa berkata tidak apa-apa, tapi aku tau bahwa didalam pikiran dan hatimu pasti terjadi apa-apa. - Steven Alvian

***

Icha berangkat pagi hari ini, ia tidak mau jika harus berangkat dengan Steven. Icha yakin Steven akan ke rumahnya pagi ini. Setelah selesai sarapan, Icha segera mengambil tasnya untuk pergi berangkat ke sekolah. Ia masih berusaha mengembangkan kedua sudut bibirnya walau itu terlihat sangat dipaksakan. Semalam, Icha tak henti-hentinya memikirkan keadaan Steven, ia berkali-kali mengecek ponselnya berharap Steven akan memberikan pesan kepadanya.

Namun nyatanya Steven tak memberikan pesan apapun, Icha sedikit kecewa akan hal itu. Ia kemudian berjalan keluar dari rumahnya dan menutup pintu rumahnya. Icha mengeluarkan ponsel dari sakunya, setelah itu ia memesan ojol dan segera berangkat menuju sekolah.

***

Sesampainya di sekolah, Icha masih memikirkan Steven. Ia ingin menemui Steven di kelasnya tapi ia takut jika Indira tau. Ichapun memutuskan untuk diam saja dan berusaha menyingkirkan semua pikiran negatif dari otaknya.

Akhirnya Icha sampai di kelasnya, keadaannya sepi. Pantas saja, sekarang masih pukul enam, hanya ada Icha sendiri di kelas ini.

Icha segera menuju bangkunya dan duduk disana. Tapi tak lama, ada seseorang yang datang menghampiri Icha di kelasnya. Icha hanya diam tapi ia sempat terkejut akan kedatangan orang itu.

Orang itu berjalan mendekat ke arahnya lalu duduk di bangku Raisa, tepatnya di samping Icha.

"Gue ke rumah lo, tapi nggak ada orang. Masih berusaha menghindar?" tanya Steven lalu ia menatap Icha.

Icha merasakan tubuhnya panas dingin saat ini, ia tak menyangka Steven akan datang sepagi ini. Ia memainkan kukunya dan menatap ke bawah tanpa memandang Steven yang saat ini di sampingnya.

"Kalau ada masalah itu bilang, jangan diem aja," ucap Steven. Kedua matanya masih tak lepas dari Icha.

Icha tak membalas perkataan itu dan memilih untuk diam.

"Sebenernya ada apa sih Cha?" tanya Steven lagi dan sabar.

"Sejak kapan lo jadi banyak ngomong gini, Stev?" Icha bertanya balik dingin. Icha tidak mau Steven berbicara lagi, ia sudah tak kuasa jika lama-lama seperti ini.

"Sejak gue cinta sama lo."

Satu kalimat yang dilontarkan dari mulut Steven membuat Icha membeku. Perkataan itu masih terulang-ulang di pikirannya.

"Lo jangan diem aja, kita bisa nyelesaiin ini baik-baik," kata Steven masih sabar dan tak menyerah.

Icha berdecak. "Mending sekarang lo jauhin gue aja, Stev."

Kening Steven berkerut samar, ia masih berusaha memahami kata yang dikeluarkan dari mulut Icha. "Maksud lo?"

Icha menghela napas pelan.
"Ya lo jauhin gue mulai dari sekarang, jangan anggep gue pacar lo, Stev."

Steven lalu tersenyum hambar. "Segampang itu lo ngelupain gue?"

Steven lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain, ia masih berusaha mencerna ucapan Icha.

"Kenapa? Lo tiba-tiba minta gue untuk jauhin lo?" tanya Steven meminta penjelasan lebih dalam.

Icha masih diam dan menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangisnya saat ini. Icha menghela napas perlahan dan menundukkan kepalanya dalam-dalam.

"Maaf gue nggak bisa kasih tau alasannya, nanti lo bakal tau sendiri," ucap Icha dengan pelan.

Steven yang mendengar itu mulai menyerah dan tak tau lagi bagaimana caranya, ia kemudian bangkit dari duduknya. Merasa frustasi jika berurusan dengan cewek, ia kemudian menghela napas berat.

"Yaudah sekarang terserah lo mau apa sama gue," ujar Steven. Ia sekarang menatap Icha yang masih menunduk.

"Gue yakin lo masih cinta sama gue, kalau nggak kenapa lo nangis?" ujar Steven lagi. Ia tau jika Icha menangis karena pipinya sekarang basah.

Icha tersadar dan langsung mengusap pipinya kasar, ia tak percaya kalau Steven akan berbicara seperti ini.

"Gue ke kelas dulu, jaga diri lo baik-baik," pamit Steven dan berjalan keluar dari kelas Icha.

Icha melihat punggung itu mulai menjauh dan hilang dari pandangannya. Icha hanya bisa tersenyum nanar memandang semua itu.

***

Saat Icha makan di kantin, ia melihat Steven dan kedua temannya itu sedang makan. Sesekali pandangan mereka bertemu, tapi Icha dengan cepat memalingkan wajahnya ke arah lain. Steven hanya bisa tersenyum samar, hampir tidak terlihat seperti senyuman.

"Cha, lo nggak papa?" tanya Alysya seraya menyeruput jus jeruknya.

Icha dengan cepat menggeleng dan tersenyum. "Nggak papa, Sya."

"Akhir-akhir ini lo kok jarang sama Steven, berantem?" tebak Raisa. Raisa tau saat Icha dan Steven saling berpandangan tapi Icha hanya memalingkan wajahnya tanpa tersenyum atau sapaan kepada Steven.

"Nggak, Sa."

Raisa dan Alysya hanya mangut-mangut. Tidak mau mencampuri hubungan antara kedua orang itu.

Raisa tiba-tiba teringat sesuatu.
"Eh, Indira kok tumben nggak sama kita ya? Emang dia nggak masuk?" tanya Raisa.

Alysya seketika hilang nafsu makan dan memutar bola matanya. Alysya sudah senang tadi karena Indira tidak datang. "Plis, nggak bahas cewek itu bisa kan?"

Raisa hanya geleng-geleng dan kembali makan mie ayamnya yang tertunda. Ia sama sekali tidak menghiraukan perkataan Alysya tadi.

"Sya, kenapa sih lo nggak suka sama Indira?" tanya Icha. Icha selama ini diam karena ia pikir Alysya hanya dalam keadaan badmood, tapi sekarang tidak, ternyata Alysya sangat membenci Indira.

Alysya hanya berdecak dan menghela napas. "Lo tau nggak, Cha? Dia itu suka sama Steven. Udah dari tatapan matanya gue tau, keganjenan banget tuh cewek!"

Belum sempat Icha ingin menanggapi, Alysya sudah memutusnya.

"Oh, atau jangan-jangan lo berantem sama Steven gara-gara tuh cewek? Mana cewek itu? Gue labrak sekarang juga!" tambah Alysya dengan semangat menggebu-gebu.

"Nggak usah, Sya," cegah Icha. Ia takut jika Indira diapa-apakan dengan Alysya.

"Oke, Cha. Terserah lo sekarang, gue nggak tau lagi cara biar lo ngerti kalau Indira itu jahat." Alysya akhirnya menyerah dan mengalah, ia biarkan saja Icha memilih jalannya.

"Emang dia udah jahatin gue, Sya. Tapi gue takut kalau gue bilang ke lo masalahnya semakin besar. Memang lebih baik gue diem dan nggak ngomong apa-apa ke kalian," batin Icha.

Icha menundukkan kepalanya, menatap ke bawah. Kemudian ia memejamkan mata dan menghela napas perlahan. Icha sekarang diposisi yang serba salah. Ia tak tau lagi ingin berbuat apa, sebenarnya Icha tak mau hubungannya seperti ini dengan Steven, tapi mau bagaimana lagi.

Icha sudah sepakat dengan Indira untuk menjauhi Steven.

***

Terima kasih telah membaca cerita LOVE VIBES✨

Gimana part ini?

Maaf partnya pendek, jangan bosen sama cerita ini karena di part selanjutnya bakal ada kejutan yang menanti kalian

Apa deh?

Jangan lupa vote and comentnya, selalu ditunggu❤

Salam

Reva Adhia

LOVE VIBESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang