11 - Hate But Worry

2.9K 170 17
                                    

Ada saatnya aku membalas kebaikanmu.

-Steven Alvian Ardiansyah.

***

Karena Raisa dan Alysya tidak bisa menemani Icha, ia harus pergi ke toko bahan seni sendirian. Icha memesan ojek online, tak lama kemudian ojek tersebut datang.

Setelah sampai, Icha memberikan uangnya kepada abang ojek online tersebut. Icha segera masuk ke dalam toko tersebut, ia melihat banyak bahan dan alat untuk seni. Yang Icha butuhkan saat ini adalah kanvas, kuas, dan cat. Icha mencari benda-benda tersebut. Setelah ketemu, Icha membayar benda benda tersebut ke kasir.

Icha sangat haus hari ini, kebetulan ada mall dekat sini. Icha berjalan menuju mall tersebut, saat sampai Icha ingin sedikit melihat lihat. Icha menuju starbucks, kerongkongannya sangat kering dan butuh air. Untung Icha membawa uang lebih, jika tidak pasti ia sudah pulang dari tadi.

Sambil menunggu pesanan, Icha duduk dan mengedarkan pandangan disekitarnya. Akhirnya pesanan Icha datang juga, memilih untuk pulang saja. Icha menuju lobby dan menunggu angkot datang.

Akhirnya angkot datang, Icha segera masuk ke dalamnya. Icha sendirian di dalam mobil ini, ia merasa kasihan melihat supir ini. Meskipun sudah tua, tapi ia tetap kuat.

Saat setengah perjalanan, Icha dihadang oleh gerombolan preman. Icha sangat takut saat ini, apalagi supir angkot ini sudah tua dan susah untuk mencari pertolongan. Mereka dihadang oleh dua preman berbadan besar itu.

"Serahin barang barang lo semuanya!" suruh salah satu preman.

"Gu..gue nggak punya apa-apa!" Icha terbata bata.

"Halah nggak usah alasan! Serahin semuanya apa lo bakal mati sekarang!" ancam preman tersebut dengan senjata tajam di tangannya.

Supir angkot itu sangat ketakutan, apalagi ia sudah tua. Icha takut jika supir itu terluka.

Icha menyerahkan ponselnya, preman itu tersenyum penuh kemenangan.

"Makanya jadi orang jangan bodoh lo, bocah!" ejek Preman itu dengan tawa meremehkan.

Bersamaan dengan itu, derum motor terdengar telinga Icha. Untung saja dia datang.

"Lo semua cari kerja itu yang halal!" bentaknya.

"Ngapain lo bocah! Minggir lo!" usir preman itu.

"Kalau gue nggak mau gimana?" tantang dia.

"Wah, cari gara-gara dia sama kita." Preman tersebut tersenyum licik.

Tanpa sepatah kata, ia meninju rahang preman tersebut. Mrmbuatnya sampai berdarah, ia berkelahi dengan bruntal. Tapi preman yang satu berhasil menonjok bibir bawahnya hingga meninggalkan bercak darah. Amarahnya memuncak, ia Menendang perut preman tersebut sampai akhirnya preman-preman itu kabur dan memberikan ponsel Icha ke Steven.

"Lo nggak papa kan?" tanyanya.

"Gue nggak papa. Seharusnya gue yang nanya, lo nggak papa?" Icha bertanya balik.

"Gue nggak papa, ayo pulang," ajaknya.

"Bentar, gue belum bayar angkotnya," ujar Icha

"Udah sana."

Setelah membayar angkot tersebut, mereka pulang dan menuju rumah Icha. Sepanjang perjalanan tidak ada yang membuka suara, keadaan menjadi canggung.

Akhirnya, mereka berdua sampai di depan rumah Icha.

LOVE VIBESWhere stories live. Discover now