28 - Quarrel

2.2K 125 18
                                    

Semenjak kejadian kemarin, Icha menjadi senyum senyum sendiri. Padahal, Steven hanya memperlakukannya seperti itu. Icha merebahkan tubuhnya di ranjang.

Icha menatap langit-langit kamarnya, di dalam kepalanya hanya terisi perkataan Steven dan Dani. Jika Icha menyukai Steven, apakah ia egois?

Icha juga merasa kasihan pada Dani. Tapi bagaimana lagi, namanya perasaan tidak bisa dibohongi.

Icha berpikir, jika ia dan Steven saling menyukai, apakah Dani akan mau menerimanya? Icha takut jika terjadi pertengkaran antara kakak beradik itu.

Apa Icha harus memendam perasaan ini?

Icha tidak mau kakak beradik itu bertengkar karenanya.

***

Steven yang sedang duduk di ranjang tersenyum kecil, entah kenapa kejadian kemarin membuatnya lega. Berarti, ia menyukai Icha?

Apakah kakaknya mau menerima jika Steven dan Icha saling menyukai?

Steven tidak mau menjadi adik yang egois, Steven tidak mau menyakiti hati Dani. Tapi, jika Icha juga menyukainya apa boleh buat?

Semua ini membuatnya pusing, Steven memilih untuk memejamkan mata sejenak.

****

Sinar matahari datang dengan senyum terindahnya, Icha hari ini sudah siap untuk ke sekolah.

Icha melihat pantulan dirinya dicermin, rambut diikat satu dengan bedak tipis, tak lupa senyum yang mengembang menyempurnakan penampilannya hari ini.

Setelah selesai sarapan, Icha langsung pergi dari rumah. Saat mengunci pintu, Icha dikejutkan dengan suara motor di depan rumahnya.

Setelah selesai mengunci pintu, Icha langsung berjalan menuju ke depan rumahnya. Saat melihat siapa yang datang, Icha langsung terdiam.

"Lo ngapain di sini?" tanya Icha.

"Nganter lo," jawab Steven singkat.

Ya, seseorang yang datang di depan rumah Icha adalah Steven.

"Oh, gue bisa berangkat sendiri kok," ucap Icha.

"Jadi lo nggak mau? oh oke gue berangkat," ujar Steven sembari mengenakan helmnya.

Icha melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, sstaga jika ia menunggu angkot pasti ia akan telat ke sekolah.

"Eh, tunggu gue mau," cegah Icha.

Membuat Steven memandang ke arah Icha, lalu mengisyaratkan Icha untuk naik ke motornya.

Steven menyodorkan helm ke Icha, Ichapun menerima helm dari tangan Steven lalu naik ke motor.

Stevenpun melajukan motornya dan pergi dari rumah Icha.

Tanpa disadari, seseorang sedari tadi melihat keduanya, ia tersenyum sinis dan menghela napas panjang.

***

Setelah sampai di parkiran sekolah, Icha turun dari motor Steven dan melepas helm dari kepalanya.

"Makasih," ucap Icha dan pergi dari hadapan Steven.

Steven hanya menganggukkan kepala. Steven menatap punggung Icha yang mulai menjauh dari pandangannya. Steven tersenyum kecil, lalu ia juga pergi dari parkiran sekolah dan berjalan menuju kelasnya.

Sepanjang koridor kelas, Icha tak berhenti mengembangkan kedua sudut bibirnya. Icha tidak tau kenapa, hanya saja Icha merasa sangat senang dan bahagia saat ini.

Saat tiba di kelasnya, Icha langsung duduk dibangkunya. Melihat Icha yang tak berhenti tersenyum membuat Alysya dan Raisa saling pandang lalu menaikkan bahunya.

LOVE VIBESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang