61 - Resolve

1.6K 98 37
                                    

Siapin hati buat part ini :v

Udah siap bacanya? :v

Tarik napas dulu yak, biar kuat :v

Entah ini keputusan yang terbaik atau yang terburuk. Tapi membuat semuanya bisa berubah.

🎶: Shawn Mendes - Mercy

***

Tiga hari yang sangat penting itu terlewati dengan tenang dan damai. Tiga hari itu mungkin terasa sangat cepat, tapi waktu itu menentukan masa depan mereka semua. Hari ini adalah hari yang santai bagi semua siswa SMA Sriwijaya, karena mereka sedang merayakan kebahagiaan, semua siswa dinyatakan lulus dan naik kelas.

Dan pastinya, semua murid senang. Ada yang pergi ke kantin untuk segera makan, ada yang tidur di kelas, ada yang menggosip, dan ada yang melakukan video tik tok. Semuanya melakukan aktivitas dengan tenang, andai saja sekolah bisa seperti ini setiap hari, pasti semua murid akan betah.

Wajah semua murid terlihat lega dan senang, ujian berakhir dengan hasil yang membanggakan. Begitu juga Icha, ia sekarang merasa sangat senang. Ia dinyatakan naik kelas dengan nilai yang baik. Usaha yang keras dan doa yang selalu dilakukan membuahkan hasil yang diharapkan.

Hanya ada satu yang terlintas dipikiran Icha, ia harus menemui Steven. Berkat bantuan Steven, Icha bisa menyelesaikan soal dengan benar. Apalagi Icha melihat pengunguman di mading sekolah, Steven meraih juara pertama di seluruh kelas 11.

Namun, saat Icha sampai di kelas Steven, ia menemukan Steven sedang berbicara dengan Dimas. Tatapan kedua mata Dimas dan Steven terlihat serius, entah apa yang sedang dibicarakan oleh mereka. Icha sama sekali tidak dapat mendengar pembicaraan mereka berdua.

Tapi, Icha akhirnya memberanikan diri muncul dihadapan Steven. Icha tidak tau kenapa, pembicaraan Steven dan Dimas terhenti saat Icha datang. Seperti disembunyikan dan rahasia yang tidak boleh diketauhi oleh Icha.

Dimas terkejut ada Icha disini, beruntung ia cepat-cepat tau jika ada Icha disini, jadi Icha tidak tau apa yang Dimas katakan pada Steven. Lalu ia pamit pada Steven dan Icha, setelahnya langsung pergi begitu saja.

Icha menatap kepergian Dimas dengan dahi yang bergelombang, sangat bingung.

"Kenapa Icha dateng, Dimas kok langsung pergi, Stev?"

Steven hanya mengangkat bahu acuh, lalu memasang wajah dinginnya. Icha mengerti, mungkin sangat privasi dan tidak boleh diketauhi oleh orang lain. Ichapun duduk di kursi samping Steven dengan senyum yang sempurna.

"Ngapain ke sini, Cha?" tanya Steven datar.

Icha menatap ke arah Steven. "Makasih, ya. Steven udah ajarin Icha selama ini, buat Icha selesaiin ujian dengan tenang. Dan selamat ya, Stev. Steven dapet peringkat pertama di seluruh kelas sebelas."

Steven membalas senyum itu, lalu tatapannya menjadi hangat. Steven mengelus pipi Icha lembut, sepertinya ia memang sangat senang saat ini. Icha mendapat juara tiga diseluruh kelas sebelas, itu semua karena Steven.

"Sama-sama, Cha. Dan makasih."

"Iya, Stev," sahut Icha. "Steven nggak ada niatan buat ngajak Icha makan kah?"

Steven mengerutkan kening, masih tak mengerti arah pembicaraan Icha. Icha tau jika Steven tak peka, sudah terlihat dari taut wajahnya. Mengapa pacarnya ini tidak bisa peka? Merusak suasana saja, menyebalkan.

"Maksud lo apa?" bingung Steven.

"Ya.... Steven nggak ngajakin Icha ke mana gitu, ngerayain kejuaraan Steven," jawab Icha ragu.

LOVE VIBESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang