51 - He Send It

1.6K 100 24
                                    

Kejutan yang sangat membuatku senang, tapi entah itu akan bertahan lama atau tidak. -Icha Febrina.

***

Saat Icha sampai di rumah, ia masih kecewa dengan Steven. Icha berkali-kali mengecek ponselnya untuk memastikan apa Steven mengirimkan pesan.

Tapi ternyata, tidak sama sekali.

Icha ingin mengirimkan pesan ke Steven, tapi ia takut itu akan mengganggunya. Ichapun memilih untuk merebahkan tubuhnya, menenangkan pikirannya, dan berusaha mencerna kejadian yang membuatnya sakit hati.

"Stev, kenapa sekarang lo nggak pernah hubungin gue? Apa gue nggak penting lagi buat lo?" gumam Icha dengan lirih. Ia menatap langit-langit kamarnya dengan sendu.

Icha menghela napas berat.
"Gue terlalu banyak ngeluh, selalu nangis. Padahal kejadian yang gue alami sekarang juga karena gue sendiri. Gue harus kuat, gue nggak boleh lagi nangis dan uring-uringan nggak jelas. Banyak yang peduli sama gue, gue nggak boleh buat mereka sedih karena gue."

Tapi mengapa rasanya tujuh hari terasa seperti tujuh tahun?

"Semoga Indira bisa bahagia dengan Steven, meskipun pura-pura. Seenggaknya gue bisa buat Indira bahagia disisa hidupnya," lirih Icha dengan senyuman.

Icha tak mengerti lagi kenapa air matanya selalu keluar, padahal ia sudah berusaha untuk menangis. Icha mengusap air matanya dengan kasar, dan mengatur napasnya.

"Plis, jangan nangis lagi. Selalu senyum," ucap Icha pada dirinya sendiri.

***

Icha menyisir rambutnya, ia sengaja mengurai rambutnya hari ini. Ia menatap pantulan dirinya di cermin, lalu ia berusaha mengembangkan senyumnya.

Lalu Icha beralih mengambil tasnya, lalu berlari menuruni tangga. Saat Icha menutup pintu, ia terkejut ada Dani yang duduk di kursi terasnya.

"Kak Dani?" kaget Icha.

Dani menoleh ke arah sumber suara. "Eh, lo udah selesai aja. Ayo berangkat bareng gue."

Icha terdiam, tapi sampai akhirnya ia mengangguk dan tersenyum. Mereka berdua menaiki motor Dani dan memakai helm. Mereka mulai melaju dan meninggalkan rumah Icha.

"Kak Dani, kok tumben ke rumah. Ada apa? Kangen sama aku?" tebak Icha dengan terkekeh pelan.

"Sekarang lo mulai pede banget ya," sahut Dani dengan tawa kecil.

"Terus ngapain kalo nggak kangen aku?" tanya Icha dengan tawa kecil.

"Cuma rindu aja," jawab Dani tenang.

Icha memukul punggung belakang Dani, lalu memasang tampang kesal. "Apa bedanya Kak?"

"Beda huruf dan ejaannya," sahut Dani polos tanpa berdosa.

Sedangkan Icha hanya berdecak kesal dan akhirnya berjalan ke arah motor Dani.

"Cha, hubungan lo udah membaik sama Steven?" tanya Dani tiba-tiba teringat.

Icha lalu menghela napas pelan, "ya gitu Kak- udahlah nggak usah bahas itu."

"Maaf ya kalau gue lancang," ujar Dani merasa bersalah.

"Iya, nggak papa kok."

Obrolan mereka berhenti disitu, tidak ada suara lagi. Dani yang melihat Icha sedih seperti itu membuat dirinya ingin memarahi Steven.

'Andai gue bisa berada di posisi Steven sekarang, gue pasti bisa bahagiain lo, Cha. Gue nggak suka lihat lo sedih kaya gini, lo nggak pantes dapat perlakuan gitu, Cha,' batin Dani.

LOVE VIBESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang