LS.1

11.2K 556 114
                                    

Pagi-pagi buta dapur sudah gaduh akibat ulah suami istri itu. Bukannya menyiapkan sarapan, mereka malah saling menjahili.

Putri mereka yang melihat itu hanya mendengus kesal. Apa mereka tidak menghargainya? Bisa-bisa dia mati muda karena cemburu.

"Ma, Pa. Ish! Kalian ini! Bukannya membuat sarapan, malah kejar-kejaran! Aku, kan, cemburu!" gerutunya.

Sepasang suami istri itu saling pandang kemudian terbahak. Mereka menghentikan acara mesra-mesraan itu, dan kembali melakukan tujuan awal mereka. Membuat sarapan.

Aurora --nama gadis itu-- memperhatikan kedua orang tuanya dengan antusias. Sudah setengah tahun Ibunya kembali. Dan dia sangat senang karena mendapat perhatian dari mereka berdua.

Ayahnya --Nathan-- membawakan sepiring nasi goreng untuknya. Dan seperti biasa, pria itu hanya sarapan roti.

"Aku heran," Lussy --Ibunya-- berucap, "kenapa kau tidak ingin makan nasi? Apa kau takut gemuk?" tanya dia.

Nathan mendengus. Mereka sudah menikah selama 18 tahun, tapi dia tidak tau jika suaminya mudah gemuk!

"Iya. Memangnya kenapa?!" ketusnya. Kemudian menjejalkan roti selai kacang itu ke mulutnya sendiri dengan kesal.

Lussy mengangkat bahunya acuh. "Untung saja aku tidak seperti itu. Jadi aku tidak perlu diet agar tetap langsing." Kata dia santai.

"Kita sama, Ma." Ujar Aurora pula. Mereka kemudian ber-high five ria sambil tertawa.

Nathan merengut sambil terus memakan rotinya. Istri dan anaknya ini kompak sekali menjahilinya. "Dasar Iblis." Gumamnya.

"Siapa yang kau sebut Iblis!?"

Mendengar teriakan itu, Nathan tersedak rotinya. Mampus!

▲▼▲

"Ada apa?" pertanyaan Lussy membuat Nathan mengalihkan perhatian dari tv dan beralih padanya. "Kau melihat berita luar negeri?" tanya wanita itu lagi.

"Ya, terjadi pembunuhan di Rusia. Polisi yakin jika pembunuh itu seorang pria. Karena dalam beberapa kasus, dia sanggup membanting tubuh korbannya yang bertubuh besar." Ujar Nathan.

Lussy menoleh ke layar tv. Terlihat tubuh seorang gadis dengan tubuh penuh luka dan ada sebilah kayu tertancap di tubuh bawahnya. "Pembunuhnya seorang wanita." Katanya.

Dahi Nathan berkerut. "Dari mana kau tau?" tanya dia.

"Sebab, jika pembunuh itu seorang pria, bukan kayu yang menancap di situ." Jelas Lussy. "Dan itu juga ulah Psyco. Karena, beberapa Assassin, tidak suka tangan mereka terkena darah. Itu menjijikkan." Lanjutnya.

"Kau selalu tau," kata Nathan.

"Pembunuh itu memang ingin orang lain tau jika dia seorang wanita. Entahlah. Mungkin dia punya rencana atau sejenisnya," Lussy berpendapat.

"Kau tau," Nathan berucap, "aku juga sepertinya punya rencana."

Lussy menaikkan kedua alisnya ke atas. "Oh, ya?"

Nathan mengangguk semangat. "Ya. Aku berencana membuat rumah ini di penuhi suara tangis bayi." Katanya, tersenyum menggoda.

"Wow! Itu rencana bagus." Lussy memuji. "Lalu, bagaimana cara mewujudkannya?" balasnya menggoda.

Nathan menarik pinggang Lussy untuk mendekat ke arahnya, hingga wajah mereka berada pada jarak yang sangat dekat. "Mungkin di mulai dari sini," dia menunjuk bibir merah istrinya itu dengan jari telunjuk.

Lussy Smith: Psycopath GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang