LS.18

5.8K 581 173
                                    

"Senyum dan tawaku terasa kosong. Hanya karena sebuah pengkhianatan yang tak berujung."

#bucinteros




Gio membuang pikiran soal Sea. Tidak mungkin Aurora ada hubungan dengan wanita iblis itu. Pasti yang gadis itu katakan tadi hanya kebetulan sama.

"Gak kaget sih, lo punya pistol. Jenis Walther P99 pula. Pistol buatan Jerman," ucap Aurora. "Tampang lo mirip preman soalnya."

"Dari pada lo," Gio membalas. "Tampang bidadari. Tapi berhati iblis!"

Aurora terkekeh. "Dari mana lo tau gue berhati iblis? Kenal juga enggak!" tanyanya.

Gio mendengus sebal. Bagaimana mungkin ada orang semenyebalkan Aurora ini?

"Gue lagi banyak urusan. Lain kali aja kita duel ulang," ujar Aurora. Dia menyimpan kembali pistolnya dan berjalan menghampiri siswa tadi.

Menyampirkan tasnya, lalu memapah siswa itu. "Gue Aurora Alexander. XII IPA 3. Lo bisa cari gue di sana," ucapnya saat di ambang pintu.

"Giofano Abraham," balas Gio.

"Udah tau," Aurora menyahut. Lalu berlalu.

Setelah Aurora pergi, Gio berjalan menuju wastafel. Luka di wajahnya harus di bersihkan. Tidak elite jika berkeliaran dengan wajah berdarah.

"Pukulannya lebih kuat dari Dania. Dan dia juga lebih santai," komentarnya.

"Ciri khas Lussy Smith."

▲▼▲

"Kamu dari mana?" Dylan bertanya begitu Aurora tiba di kelas.

"Uks. Ada masalah kecil tadi," Aurora menjawab.

Dylan memeriksa Aurora. Melihat apakah ada yang luka atau sebagainya. "Kamu berantem sama siapa?" tanyanya begitu melihat beberapa luka di wajah gadis itu.

"Aku gak papa. Tadi ada cowok usil. Biasalah. Tu anak bully siswa lain," jelas Aurora. Agar Dylan tidak khawatir.

"Tapi kamu luka loh!"

"Smith udah biasa terluka. Kamu gak usah khawatir," ujar Aurora santai.

"Karena itu. Aku gak mau kamu luka!" gerutu Dylan.

"Gak lagi kok," ucap Aurora.

Dylan mengelus pucuk kepala Aurora gemas. Gadisnya ini sungguh keras kepala. "Kamu harus aku ikat biar gak kemana-mana kayaknya. Lepas dikit langsung cari lawan tanding. Dasar!" omelnya.

"Emangnya aku kucing!" keluh Aurora. Gadis itu merengut. Membuat Dylan tidak tahan untuk mencubit pipinya.

Keduanya tampak bahagia. Berbeda dengan Rissa yang mati-matian menahan kesal. Gadis itu cemburu melihat kemesraan mereka.

"Aku ingin Dylan," gumamnya. "Kepalanya akan menjadi koleksi terindahku."

Rissa mencintai Dylan. Dan dia ingin menjadikan kepala cowok itu koleksi di rumahnya. Karena Psikopat sepertinya tidak tau bagaimana cara mencintai dengan benar.

"Pertama aku harus membunuh Aurora!"

▲▼▲

Lussy Smith: Psycopath GirlWhere stories live. Discover now