LS.8

6.3K 515 96
                                    

Aurora menggeliat tak menentu saat merasakan ada yang menggelitik telapak kakinya. Dia menekuk kakinya, tapi tetap saja kakinya ada yang menggelitiki.

Lama-lama dia kesal juga. Tanpa membuka mata, dia menendang orang yang berada di bawah. Tapi kakinya berhasil di tahan dengan mulus.

"Ck!" dia berdecak kesal. Jika begini, hanya satu orang saja pelakunya. "Mama!" kesalnya.

Lussy terkekeh kecil. "Bangun. Udah pagi. Kamu sekolah sayang,"

Aurora makin menarik tinggi selimutnya. "Lima jam lagi, Ma." Sahutnya.

"Orang lima menit, anak gue lima jam!" gumam Lussy. "Bangun! Atau Mama gak akan ajarin kamu bela diri lagi!" ancamnya.

Aurora berdecak kesal. Ibunya ini pandai sekali menggunakan titik lemahnya. "Iya. Ini udah bangun, Ma," katanya.

"Duduk coba," ujar Lussy.

Aurora mengulurkan kedua tangannya. Tapi matanya tetap terpejam. "Bangunin," pintanya.

Lussy mendengus pelan. Lalu menyambut uluran tangan itu dan menariknya agar duduk. Tapi Aurora malah duduk sambil menyadarkan kepalanya pada pundaknya.

"Ah elah!"

"Mama kapan pulang?" tanya Aurora pelan.

"Dari tadi," Lussy menjawab sambil mengelus rambut Aurora.

"Ada yang luka gak?" tanya Aurora lagi.

"Ada!" tubuh Aurora menegang. Tapi tetap tidak membuka matanya. "Tapi bukan Mama. Perampok itu yang luka," lanjut Lussy.

"Ck!" decak Aurora. "Bikin jantungan aja," gumamnya.

"Mandi sana," ujar Lussy. "Kamu bau!"

Aurora segera duduk tegak. "Mama jahat ih!" kesalnya.

Lussy terkekeh pelan. "Sana mandi. Bandel banget jadi anak," katanya.

"Cerminan diri!" celetuk Aurora.

"Mama gak bandel ya. Cuma nakal aja!" ujar Lussy.

"Sama aja elah!" gumam Aurora.

"Udahlah sana. Mandi. Yang bersih. Nanti Dylan pindah hati ke Rissa kalo kamu bau," kata Lussy memanasi.

Aurora menghela napas pelan. Jika saja bukan Ibunya, pasti sudah dia bogem. "Coba aja kalo berani," tantangnya.

▲▼▲

"Aku mau daftar di BIN," ucap Aurora. Membuat Lussy dan Nathan menghentikan acara makan mereka.

Lussy meletakkan sendok lalu meminum air putihnya. "Tujuannya buat apa?" tanyanya.

"Mau berbakti pada negara, mungkin," jawab Aurora.

Lussy mengangguk paham.

Ketua BIN sudah bukan Fino lagi. Agensi itu sekarang di pimpin oleh seorang pria seumurannya. Pria itu cukup bertanggung jawab dan setia pada negara. Tidak seperti Fino.

"Udah yakin? Gak mau berubah pikiran?" tanya dia. "Kamu tau, kan, kalo jadi Agent itu resikonya tinggi? Bukan cuma nyawa kamu. Tapi juga orang yang kamu sayang jadi taruhan. Dan kamu juga harus menjaga rahasia negara. Kamu sanggup?"

Aurora terdiam. Dia sedang memikirkan apa ia sanggup menanggung itu semua? Apa dia bisa melindungi negara dan orang yang ia sayang? Atau ia hanya akan menghancurkan semuanya?

Lussy Smith: Psycopath GirlOnde histórias criam vida. Descubra agora