LS.2

8.3K 547 98
                                    

"Ra, kata anak-anak, di kelas lo ada murid baru, ya?" Dania langsung bertanya begitu tiba di kantin.

Aurora mengangguk. "Iya. Namanya Rissa. Emang kenapa?"

"Gak papa. Temen sekelas gue lagi ngomongin dia. Katanya tu anak cantik banget," kata Dania.

"Emang cantik kok," Aurora berucap. "Iya, kan, Lan?" kata dia minta persetujuan.

Dylan hampir saja menyemburkan air yang ada di mulutnya. Firasatnya buruk sekarang. Mampus gue!

"I-Iya. Cantik," katanya. "Tapi lebih cantik Aurora kok," lanjutnya.

Zee dan Dania mati-matian menahan tawa melihat wajah ketakutan cowok itu. Sedangkan Aurora, hanya tersenyum tipis. Menjahili pacarnya ini lumayan menyenangkan.

"ADA YANG BERANTEM DI LAPANGAN!" suara teriakan salah satu siswi mengganggu ketenangan Aurora. Begitu pula penghuni kantin lainnya.

Apa-apaan itu?! Berkelahi saja harus di sebar! Pikir Aurora.

"Kita liat, yuk, Ra." Ajak Dania.

"Ngapain? Kan, udah biasa kayak gitu. Sering malahan." Ujar Aurora malas.

"Tapi kali ini beda. Perasaan gue gak enak," kata Zee pula.

Aurora terdiam. Perasaannya juga tidak enak. Tapi,

"Ya udah. Gue juga kepo," ucapnya.

Mereka beranjak menuju lapangan. Di sana sudah ramai murid yang menonton. Tidak sulit untuk menerobos masuk kerumunan itu. Semua dengan sendirinya menyingkir saat tau itu Aurora.

Sekarang mereka sudah berada di barisan paling depan. Terlihat seorang siswi menyerang siswa lain dengan sebuah belati! Ini membingungkan bagi Aurora.

Bagaimana siswi itu bisa lebih unggul dari siswa tersebut? Padahal dia bukan salah satu anak dari klub bela diri. Ditambah pisau yang ia pegang. Itu bukan belati biasa.

Kecurigaannya semakin jelas saat siswi itu menyerang murid lain dengan membabi buta. Banyak murid yang terluka akibat belatinya.

"Dia di kendalikan oleh pihak lain," ujarnya.

"Maksud lo, dia di hipnotis?" tebak Zee.

"Iya." Jawabnya.

"Trus kita harus ngapain? Kalo dibiarin, banyak yang bakal luka." Kata Dania cemas.

"Kita harus sadarin dia,"

"Caranya?"

"Kata Mama," Aurora menatap mereka bertiga dengan senyuman, "pukul kepalanya." Lanjutnya.

"Dasar!"

Entah beruntung atau sial. Tapi, siswi itu sekarang sedang berjalan mendekati mereka. Murid yang berada di belakang mereka mundur menjauh. Tidak ingin terluka seperti yang lainnya.

"Lo bisa sendiri, Ra?" tanya Dania.

"Gue bisa," jawabnya mantap. Dia menatap murid yang ada di lapangan itu. "Kalian. Bawa yang luka ke rumah sakit!" perintahnya pada mereka.

Mendengar itu, para murid segera membawa teman mereka ke rumah sakit. Cukup banyak yang terluka. Sekitar 20 orang lebih.

Sekarang siswi itu sudah ada hadapan Aurora. Tanpa basa-basi langsung mengayunkan belatinya ke arah gadis itu.

Aurora menarik kaki kanannya ke belakang, lalu menahan pergelangan tangan kanan siswi itu yang terhuyung ke depan. Tadinya dia kira akan mudah. Tapi siswi itu lebih kuat dari dugaannya.

Lussy Smith: Psycopath GirlWhere stories live. Discover now