LS.27

5.8K 581 248
                                    

"Kamu itu kayak es krim. Dingin tapi manis. Wkwk!"

#bucinlagi




Rissa terpaksa berhenti saat Aurora menghadangnya. Ia menatap gadis itu dengan tatapan bertanya dan di balas tatapan malas oleh Aurora.

"Ada apa?" tanyanya.

Aurora memutar bola mata malas. "Gue udah pernah bilang. Jangan ganggu temen sekolah gue lagi. Tapi lo masih juga ganggu mereka," katanya.

"Aku tidak mengganggu. Mereka yang menggangguku terlebih dahulu," ujar Rissa.

"Mereka memang ganggu lo. Tapi yang lo ganggu bukan cuma yang bersalah. Tapi yang lain juga. Kalo gue gak dateng tadi mereka udah lompat dari lantai tiga!" geram Aurora.

Rissa terkekeh. "Aku tidak peduli," ujarnya.

"Ya, gue juga gak peduli ama mereka. Gue cuma gak mau aja ni sekolah ada hantunya," Aurora bergumam.

"Ya sudah. Artinya kita sama-sama tidak peduli. Lalu untuk apa kau repot?" Rissa hendak berlalu, tapi Aurora mencegahnya.

"Lo bisa ganggu semua orang. Kecuali temen-temen gue dan Dylan tentunya!"

Rissa tertawa. Membuat beberapa murid yang lewat menoleh ke arahnya. "Padahal dialah targetku selanjutnya," katanya.

Aurora hanya tersenyum menanggapi itu. "Coba aja kalo mampu," sahutnya. Setelah itu berlalu pergi.

Rissa menatap punggung Aurora yang perlahan menjauh. Rahangnya mengeras karena emosi. "Aku pasti bisa mendapatkan Dylan. Meski aku harus berhadapan dengan iblis sekalipun!" tekadnya.

▲▼▲

Ruangan milik kepala polisi itu sedang ramai. Apalagi masalahnya jika bukan kasus kematian yang di akibatkan oleh seorang gadis psikopat berinisial Mova.

Mereka sedang berdiskusi bagaimana cara menangkap gadis itu. Karena rumor yang mereka dengar dia bukanlah gadis yang mudah di taklukan.

"Jadi bagaimana? Saya dengar dia sudah sering melakukan pembunuhan dan tidak pernah ada yang bisa menangkapnya," salah satu polisi itu berujar.

"Iya! Bahkan panglima perang di Rusia juga berhasil ia bunuh," seru yang lain.

Ethan memijit pelipisnya yang berdenyut. Satu orang gadis membuat tugasnya makin banyak.

Ngomong-ngomong soal gadis, ia jadi ingat Lussy. Dulu wanita itu juga sama merepotkan dengan Mova. Bedanya wanita itu tidak membunuh sembarang orang dengan kejam.

"Aku yang akan mengurus kasus ini. Kalian tenang saja," ujarnya.

Sekitar 5 orang yang ada di ruangan itu berhenti berbicara dan menatapnya. "Anda serius Pak?" tanya salah satunya yang bernama Andi.

"Iya. Kalian bisa mengurus kasus lainnya," sahut Ethan.

Terdengar suara helaan napas dari kelima orang itu. Setidaknya mereka aman. Karena bisa saja pembunuh itu ikut meneror mereka.

"Jika sudah tidak ada masalah aku harus pulang. Aku ada urusan di rumah," ucapnya.

"Tidak ada, Pak!" jawab mereka kompak.

Lussy Smith: Psycopath GirlWhere stories live. Discover now