LS.41

5K 874 316
                                    

"Jangan main api kalo takut kebakar."

#Aliza




Perhatian. Di bagian akhir terdapat kalimat halus. Khusus buat silent. Yg merasa tolong baca. Yg silent tapi tidak merasa itu namanya 'TIDAK SADAR DIRI!'

Lussy duduk tenang sambil memakan brownis coklat incarannya tadi. Tidak peduli jika situasi sudah mencekam.

Di sudut ruangan sana. Seorang pria yang umurnya lebih tua darinya sedang meringkuk kesakitan. Dahinya berdarah. Membuat wajahnya seperti mandi darah. Tangan kanan yang sepertinya patah tulang. Terlihat mengerikan bagi orang awam yang menyaksikan. Lima orang lainnya hanya bisa menonton.

Ruangan itu kedap suara. Seharusnya alarm akan berbunyi jika ada bahaya di dalam ruangan itu. Dan puluhan senjata akan mengarah pada penyusup. Tapi Lussy sudah mematikannya saat masuk tadi.

Keamanan di gedung itu buatannya. Dan bodohnya mereka tidak mengganti dengan yang baru.

Ya, tentu saja! Keamanan buatannyalah yang terbaik. Tidak ada yang bisa meretas. Kecuali dia tentunya. Dan itu adalah masalah terbesar mereka saat ini.

Masih dengan wajah malas Lussy berucap, "Aku tidak peduli apapun yang kau lakukan dengan organisasi ilegalmu itu. Tapi dua hal yang harus kau ingat." Semua diam. Yang menjadi lawan bicaranya hanya bisa menunduk menahan sakit. Seharusnya ia tidak memata-matai kegiatan wanita iblis ini.

"Pertama, jangan ganggu keluargaku. Kau tau apa maksudku keluarga, kan?" Pria tua itu makin gemetar. "Dan kedua, jangan coba usik negara yang aku jaga mati-matian ini. Demi negara ini aku rela dianggap pengkhianat. Jadi jangan coba ganggu kedua hal itu."

Selama belasan tahun dia menjaga negaranya dalam bayangan. Agar pihak luar maupun dalam tidak ada yang bisa mengacaukannya. Karena itu ia terus berpindah tempat. Berganti identitas yang menurutnya sangat merepotkan. Hanya demi dua hal tersebut.

"Dan untukmu, Andrean," Lussy menatap Andrean berang, "Kenapa tidak langsung kau bereskan mereka? Kau kan sudah tau tentang organisasi ilegal itu!" sergahnya.

Bukannya takut. Andrean hanya terkekeh geli. "Aku ingin melihat Sea yang turun tangan. Makanya aku hanya diam," jelasnya.

Lussy menatapnya sinis. Harusnya dia tidak perlu mengurusi hal yang merepotkan seperti ini. Tapi ya sudahlah. Hitung-hitung olahraga.

Dia bangkit dari kursinya. Menatap salah satu dari lima orang yang tersisa. "Hari ini aku bongkar satu. Besok akan ada lagi jika kalian mengganggu keluargaku. Cari negara lain untuk kalian hancurkan. Jangan disini," ucapnya sinis.

Sudah lama wanita itu tidak menunjukkan emosinya. Biasanya hanya wajah datar dan senyum kematian saja yang terlihat.

"Aku tidak terikat hukum mana pun. Karena tidak ada yang bisa memenjarakan orang yang sudah mati. Jadi tanpa takut aku bisa menghancurkan organisasi kalian dengan mudah."

Hening.

Semua diam. Salah mereka karena menganggapnya sudah mati. Dan saat dia kembali tidak ada hukum yang mengekangnya. Dia bebas.

"Nyonya Alexander...," detik itu juga pria yang memanggilnya dengan nama tersebut mendapat kenang-kenangan luka gores di jidat akibat lemparan high heels dari Lussy.

Andrean terbahak. Sedang yang lain menatapnya sinis. Pria itu tertawa di saat yang tidak tepat.

"Panggil saja Sea. Jangan pernah menyebut nama belakang suamiku jika tidak ingin aku beri bingkisan," ucap nya memberi peringatan.

Lussy Smith: Psycopath GirlWhere stories live. Discover now