LS.15

6K 481 91
                                    

"Kenapa bayanganmu tidak bisa hilang? Padahal sudah aku lempar dengan bubuk kemenyan!"

#edisibucin




Rissa tampak tak percaya apa yang baru saja di katakan Liam. Tidak mungkin wanita yang terkenal itu adalah ibu Aurora.

"Tidak mungkin Dad. Tidak mungkin dia adalah Sea," tolak Rissa.

"Sudah aku Jangan lakukan apapun sampai aku datang. Tapi kau tetap saja berulah," geram Liam.

"Tapi, Dad. Dia tampak seperti wanita biasa pada umumnya. Tidak terlihat jika dia itu bisa melakukan kejahatan," kata Rissa bingung. Dia masih belum percaya jika Lussy adalah wanita penakluk dunia itu.

Liam memegang pundak Rissa. Dari wajahnya tersirat kekhawatiran jelas. "Itulah ciri khasnya. Dia tidak akan mencolok di antar orang biasa. Tapi bisa berbahaya saat terusik."

"Dia mungkin sudah berhenti dari dunia gelap. Tapi bukan berarti jiwa pembunuhnya hilang. Dan jangan lupakan John Miller. Pria itu akan langsung datang jika terjadi sesuatu padanya."

"Rissa," Liam mengelus kepala gadis itu. "Daddy hanya tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu. Kau satu-satunya hartaku. Daddy tidak mau kehilanganmu sayang. Jadi mengerti lah."

Meski tidak rela. Tapi Rissa tetap mengangguk setuju. "Iya, Dad. Aku akan berusaha menjauhi keluarganya," ucapnya.

"Bagus," Liam menghela napas. "Karena jika kau membuat masalah dengannya, Daddy harus turun tangan untuk menyelamatkanmu. Kau tidak akan bisa melawannya sendiri. Bahkan dengan pasukanmu itu sekalipun."

"Apa dia begitu hebat?"

"Tidak. Hanya saja dia cerdas. Karena itu dunia takluk di bawah kakinya."

Rissa mengingat Aurora. Apa gadis itu juga secerdas ibunya? Lalu bagaimana cara mengalahkannya?

Sekarang dia tau bagaimana Aurora bisa membelokkan peluru. Itu karena John Miller yang mengajarinya. Itu pasti!

"Sialan!"

▲▼▲

"Sepertinya masalah gadis itu sudah selesai," ucap Carter.

"Aku ragu," Lussy berkomentar. "Remaja adalah masa-masanya orang salah mengambil keputusan. Kau pasti ingat bagaimana aku ingin menghancurkan dunia demi Nathan. Dan aku yakin gadis itu pasti juga akan melakukan hal yang ceroboh demi kepuasannya," ujarnya.

Carter mangut-mangut. "Sepertinya kau benar," sahutnya.

Lussy mengangguk. "Tentu saja aku benar!"

"Lalu apa yang akan kau lakukan setelah ini?"

"Tidak ada. Aku hanya akan duduk diam dan menunggu Williams yang akan menyelesaikan tugasku."

Carter menutup komputernya dan berjalan ke arah Lussy. Dia duduk di sofa panjang lalu mulai bertanya. "Maksudmu abang adik itu? Kau percaya pada mereka?" tuntutnya.

"Ya, tentu saja."

"Bagaimana jika mereka berkhianat?"

Lussu tertawa renyah. "Mereka itu sudah tua. Jadi tidak ada alasan untuk berkhianat. Malahan aku harus membantu mereka. Agar tidak mati dengan cepat," katanya.

Lussy Smith: Psycopath GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang