LS.14

6K 607 106
                                    

Aurora menaruh gelas berisi teh hangat itu di atas nakas, samping ranjang. Lalu duduk di kursi kayu itu.

"Di minum," katanya.

Dengan gemetaran Nina meminum teh itu. Terlihat jelas jika gadis itu masih takut. "M-makasih y-ya," ucapnya terbata.

"Hmm."

Terjadi keheningan yang cukup lama. Karena Aurora yang sibuk dengan ponselnya, sedangkan Nina masih menenangkan diri.

"Kelas pasti udah rame," Aurora kemudian berucap. "Lo gak mau masuk?"

Nina menoleh cepat. "T-tapi...?"

"Anggap aja gak terjadi apa-apa," ujar Aurora santai. "Lagian, lebih aman di sana dari pada disini. Lo tau lah maksud gue."

Nina tampak menimbang apakah harus ikut atau tetap disini. Jujur saja dia masih takut jika harus kembali bertemu dengan Rissa. Tapi jika dia tetap berada disini, bisa saja Rissa yang datang ke sini!

"Aku ikut kamu aja," ujarnya.

"Ya udah."

Aurora bangkit dan disusul oleh Nina.

Setibanya di dalam kelas, kelas sudah ramai. Tidak seperti dua puluh menit yang lalu. Hanya sebagian kecil saja yang belum datang. Bahkan Zee dan Dylan juga sudah duduk di kursi mereka.

Aurora berjalan menuju tempat duduknya. Begitu pula Nina. Gadis kutu buku itu sempat melirik sekilas pada Rissa. Tapi kemudian segera menunduk. Padahal Rissa sama sekali tidak peduli padanya.

"Kita belum selesai," Rissa berucap saat Aurora melewatinya.

▲▼▲

Kantin yang tadinya sepi langsung ramai saat jam istirahat tiba. Bahkan sangat sesak untuk sekedar bernapas saja.

Zee yang juga berada di kantin menggerutu kesal. "Seharusnya ni kantin di besarin lagi!"

"Ya udah. Bilangin aja sama kakek lo kalo gitu," sahut Dania. Gadis itu terganggu karena dia sedang makan.

"Ide bagus tuh!" Zee tampak bersemangat.

Dylan sendiri lebih memilih untuk memperhatikan Aurora dari pada dua gadis itu. Dia yakin jika gadisnya ini habis berkelahi. Tapi dengan siapa? Orang tolol mana yang ingin cari mati itu?

"Kamu habis berantem sama siapa, Ra?" akhirnya dia bertanya.

Aurora meminum air putihnya. Sedari tadi dia sudah menunggu pertanyaan itu keluar dari mulut Dylan. "Sama cewek gila!" jawabnya.

Dylan mengerutkan dahinya. Sedangkan Zee terbahak.

"Cewek gila mana? Emang ada ya di sekolah ini yang kek gitu?" tanyanya geli.

Aurora mengangguk. "Ada," jawabnya. "Lo contohnya."

Giliran Dania yang tertawa. Dan sukses mendapat toyoran dari Zee. "Enak aja!" Zee tidak terima.

Tiba-tiba suasana kantin yang tadinya ramai, berubah gaduh. Tepat di pintu masuk kantin, terlihat seorang siswi sedang di kejar siswa lain. Yang mengejutkan siswa itu membawa pisau ditangan kanannya.

"Eh? Si Yoga kok ngejar Nina sambil bawa pisau gitu? Mana pisaunya tajam deh kayaknya," celetuk salah satu teman Aurora.

Aurora yang penasaran ikut melihat ke arah yang di maksud. Benar saja! Nina tampak ketakutan saat di kejar Yoga. Dan sepertinya Yoga sangat ingin membunuh Nina.

Lussy Smith: Psycopath GirlWhere stories live. Discover now