LS.37

5.7K 592 184
                                    

"Cinta itu menguatkan. Bukan melemahkan."

#guebucinmauapalo




Rissa berjalan santai menuju dapur. Masih belum menyadari ada manusia lain yang juga berada di sana.

Dia membuka kulkas dan mengambil sebotol anggur lalu menegaknya sedikit. Cairan merah itu mengalir mulus memasuki tenggorokannya.

Dahinya berkerut. Menandakan ada yang tidak beres. "Rasanya aneh," gumamnya. "Seperti rasa karat bercampur manis."

Ia mendekatkan ujung botol itu ke hidungnya. Menghirup aroma anggur itu. Rissa memejamkan matanya sejenak lalu tersenyum miring. "Ini aroma kesukaanku. Siapa yang berani mencampurkan darah ke dalam anggurku? Sialan!"

Di teguknya sekali lagi cairan merah itu baru kemudian menyimpannya ke dalam kulkas. "Not bad," gumamnya.

Setelah menutup kembali pintu kulkas, ia berjalan menuju ruang tv. Gadis itu berjalan tanpa beban lalu mendudukkan pantatnya dia atas sofa berwarna hitam itu.

Masih belum menyadari ada yang aneh hingga suara rintihan dari sisi kanan membuatnya harus menoleh.

Matanya membulat sempurna melihat apa yang ada di depannya.

Bukan karena Gio yang penuh darah dan dalam posisi kedua tangan dan leher terikat serta sedang berlutut di lantai. Tapi karena wanita yang berada di belakangnya yang terlihat tanpa dosa padahal sudah memperlakukan seseorang sekejam itu.

"K-Kau...?" dia terbata.

Lussy tersenyum manis. Dan dengan entengnya mengangkat kedua kaki lalu meletakkannya di punggung Gio yang sedang berada di bawahnya. Membuat pemuda itu harus mendongak agar kawat yang mengikat lehernya tidak menggores kulit putihnya lebih banyak lagi.

"Hai. Kita ketemu lagi. Bagaimana kabarmu?" tanyanya.

Sapaan itu terdengar bersahabat jika di ucapkan pada kondisi yang berbeda. Bukan saat ini. Bukannya terkesan ramah. Malah jadi menyeramkan.

Rissa terdiam. Pandangannya beralih pada Gio. Keadaan cowok itu benar-benar mengenaskan. Tubuhnya penuh darah dan wajah kesakitan itu seolah menyalurkan hawa yang membuat orang sekitar jadi ketakutan.

Dia jadi tersadar. Apa cairan yang ia minum tadi bercampur darah temannya sendiri?!

"Bagaimana anggurmu? Manis bukan?"

Rissa menelan ludahnya susah payah. Ini berbahaya. Dia harus kabur sekarang. Karena dia tidak akan menang melawan Lussy tanpa pasukan. Terlebih dia hanya seorang diri.

Tapi, dia tidak mungkin meninggalkan Gio dalam kondisi seperti itu.

Jauhkan dia dari Gio. Lalu bawa pemuda itu kabur lewat pintu belakang.

Tangan kirinya berusaha meraih pisau lempar yang selalu ia simpan di balik bajunya. Setelah mendapatkan benda itu. Tanpa ragu ia melemparkannya ke arah Lussy.

Lussy menggeser kepalanya ke arah kiri. Tepat sebelum pisau kecil itu menancap pada sandaran sofa di sisi kanannya. Ia terkekeh sinis. "Kau hebat dalam menggunakan pisau," pujinya.

Lussy Smith: Psycopath GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang