LS.43

4.2K 548 104
                                    

"Berani pergi. Kaki kamu aku patahin."

#adilkan




Dylan kembali melayangkan pukulan pada musuh di depannya. Jumlah mereka berkurang begitu pula musuhnya. Tapi itu bukan berarti mereka akan menyerah.

Dari arah jam 2 ada pria yang sedang menodongkan pistol kearahnya. Dylan tidak sadar karena fokus bertarung.

Ia menjatuhkan musuhnya dan saat itu juga pelatuk tersebut di tekan. Timah panas itu keluar dari sarangnya dan melaju cepat kearah Dylan. Tapi benda kecil itu terhenti oleh benda tipis namun tajam.

"Dania?"

Gadis yang di sebut namanya itu hanya bergumam sebagai jawaban. Di belakang Dania sudah berdiri Jack dan juga duo William.

Mereka langsung ke sini saat mendengar berita jika di rumah sakit ini terjadi penyerangan. Padahal rencananya mereka hendak pergi jalan-jalan sekeluarga. Tapi di batalkan karena hal ini.

"Mereka bukan anak buah Liam atau anggota Red blood. Tapi ada masalah apa dengan Carter?" Bruce bertanya.

Brian merenggangkan otot lehernya yang kaku. "Bukan Carter. Lebih tepatnya Mantan Ketua BIN," ralatnya. "Mereka sepertinya anggota sebuah organisasi Ilegal. Dan pemimpinnya mungkin punya masalah internal dengan Carter atau mungkin Lussy."

"Musuh negara, ya?" gumam Bruce. "Mereka akan di hancurkan si iblis cantik itu," ujarnya sambil terkekeh kecil.

Bruce berdiri di samping Dania. Dan Brian di sebelah Jack. Sementara Dylan berdiri di belakang mereka. Dari sini ia bisa melihat keluarga William berdiri lengkap di depannya.

William's sama berbahayanya dengan Smith. Mengganggu salah satu dari mereka artinya kau dalam bahaya.

"Untuk kehormatan itu, aku berikan pada satu-satunya cucu perempuanku," ucap Brian.

Dania tertawa kecil. "Baik. Hancurkan mereka sampai ke akar!" serunya.

Keempat orang itu maju bersama. Mau tidak mau Dylan harus mengakui kehebatan Dania. Gadis cengeng itu sudah menjadi tangguh sekarang. Dan perubahannya sangat drastis. Tidak salah jika dia merupakan keturunan Mafia.

"Apa aku harus jadi polisi juga?" gumamnya.

▲▼▲

Ethan menatap Rissa. Wajah gadis itu tampak polos dan ketakutan. "Larissa Aramova. Itu namamu, kan?" ujarnya.

Rissa mengangguk. Namun ia masih menundukkan kepalanya. "Iya," sahutnya.

"Lihat aku." Rissa mengangkat wajahnya perlahan. Mata biru itu mulai mencoba masuk ke dalam mata coklat tua milik Ethan.

Namun sebelum gadis itu berhasil menghipnotis Ethan, pria itu sudah memutus kontak matanya sambil tertawa remeh. "Aku tidak mungkin kena jebakan itu dua kali, Nona," katanya.

Rissa tidak terkejut. Dirinya juga yakin jika Komandan Polisi di depannya ini tidak bodoh untuk masuk jebakan yang sama dua kali. Dia hanya sedang mengulur waktu.

"Jadi, kau akan ikut tanpa perlawanan? Itu mustahil bukan," kata Ethan. Ia melirik taksi yang masih terparkir di sana. Sekilas ia melihat ada orang di kursi penumpang. "Kau membawa teman?" tanyanya.

Lussy Smith: Psycopath GirlWhere stories live. Discover now