LS.47

5.5K 522 209
                                    

"Saat mulut tidak dapat bersuara, tulisanlah yang menjadi perantara."

#copas:v

"Hahaha!" Rissa terbahak. Tangan kirinya yang bebas menutup mulutnya untuk mempertahankan image. "Astaga. Lucu sekali," katanya.

Ethan yang berdiri di depannya nampak melirik heran. Dalam hatinya mengatai jika gadis tersebut memang gila.

Sementara Lussy masih terus memperhatikan gelagatnya. Selesai tertawa, Rissa memasang wajah datar. "Bunuh saja. Aku sudah tidak perlu dia," ujarnya.

Hening. Semua terdiam.

"Kau sendiri tau, 'kan? Sejak kapan seorang psycopath memiliki rasa simpati? Terlebih jatuh hati. Haha itu tidak mungkin," tambahnya.

Dia berdecak sekali. "Tadinya aku ingin memanfaatkannya. Karena itu aku membawanya pergi. Tapi jika begini, apa untungnya untukku? Menyusahkan saja," dia berdecih.

Lussy menggeleng prihatin. Gio bahkan meringis miris mendengar itu. Pertanyaannya tadi pagi terjawab. Apa mungkin psycopath bisa jatuh cinta?

"Kasian sekali dirimu, Nak. Tidak ada yang mencintaimu," ucap Lussy sedih. Ia mundur beberapa langkah, lalu berbalik badan dari mereka. Pistolnya sudah ia turunkan sejak Rissa berucap tadi.

Gio menunduk sambil tersenyum miris. Dia tidak masalah jika Lussy membunuhnya sekarang. Setidaknya, ia mati di tangan wanita legenda itu. Bukan bunuh diri karena di tinggalkan.

Dor!

Semuanya begitu cepat.

Lussy berbalik dan melepas timah panas ke arah Gio. Namun cowok itu tetap berdiri tegak dengan kepala menunduk. Yang jatuh dengan darah bercucuran malah Rissa. Bahu kiri gadis itu tertembus peluru. Dan darah mengalir deras dari luka itu.

Beberapa saat setelah itu Lussy ikut ambruk. Sebelum jatuh ke tanah, ada tangan lain yang menahan tubuhnya. Orang itu berdecak kesal lalu membawanya pergi.

Gio tersadar jika gadis psikopat itu terluka. Ia berjongkok di sampingnya. Terlihat jika Rissa masih bisa tersenyum. "Jangan ingin mati hanya karena aku tinggalkan. Itu sama saja dengan pecundang," ujarnya. "Kau tau? Beginilah caraku mencintai."

"Rissaaa!"

▲▼▲

Satu tahun kemudian...

Lussy memasak sembari menguap lebar. Tadi malam dia tidak bisa tidur karena Sadewa terus saja rewel.

Dia sudah melahirkan empat bulan lalu. Mereka memberinya nama Sadewa Akhtar Alexander. Katanya biar keren.

Sadewa sendiri memiliki arti pemimpin, cerdas seperti si kembar di pandawa lima. Dan Akhtar artinya bintang. Sedangkan Alexander adalah nama belakang Nathan. Lussy ingin anaknya nanti jadi pemimpin yang bersinar.

Ada yang bilang 'apalah arti sebuah nama'. Itu nyatanya bisa berpengaruh pada karakter anak. Jangan asal beri nama. Misalnya, Abu Jahal. Itu paman Rasul yang dzolim. Atau musuh Rasul yang bernama Ubay bin Khalaf.

Ia terkekeh membayangkan jika dirinya sok islami. Tangannya saja sudah sering berlumur darah.

Sarapan sudah siap. Saatnya membangunkan putri tidur di rumah ini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 28, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Lussy Smith: Psycopath GirlWhere stories live. Discover now