LS.34

6.4K 526 149
                                    

"Pengorbananmu terlalu besar. Satu-satunya yang bisa aku lakukan untuk membalasnya hanyalah kesetiaan."

#bucinagain




Hawa dingin di malam hari membuat bulu kuduk berdiri. Tapi itu tidak membuat kedua remaja itu berhenti melangkah memasuki hutan makin dalam. Mereka harus terus melangkah jika tidak ingin mati muda.

Gadis tersebut menghentikan langkahnya ketika sang pemuda memberi aba-aba. Keduanya diam sambil menatap sekitar.

Inilah risiko jika bermain dengan Sea. Memang awalnya mereka menang. Tapi wanita iblis itu pasti akan menuntut balas. Tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan.

Wanita itu akan langsung melupakan dendamnya. Asal__please jan kepo. Cukup aliza aja yang tau!

Dor!

Kedua orang itu langsung memasang sikap waspada. Sambil melihat keasal suara letusan senjata api tersebut.

Sedetik kemudian muncul sepuluh pria berbadan tegap mengepung mereka.

"Sialan!" yang laki-laki mengumpat keras. "Lo siap, Mova?" tanyanya.

Sang gadis tersenyum miring. "Always!" balasnya.

Tidak perlu basa-basi pertarungan itu di mulai. Kemampuan dua remaja itu tidak bisa di remehkan. Mereka punya basic ilmu bela diri yang tinggi. Tentu saja. Jangan lupakan jika mereka ketua kelompok mafia.

Lima orang sudah tumbang. Tersisah lima lagi. Tapi tenaga kedua orang itu sudah terkuras banyak.

"Butterfly memang tidak bisa di anggap remeh. Bahkan anak buahnya saja sehebat ini," puji Rissa.

"Gue setuju," sahut Gio.

Mereka jadi membayangkan sosok John Miller. Bagaimana dengan pemimpin kelompok itu? Pastilah jauh lebih hebat.

"Gue gak mau berakhir di tangan wanita iblis sialan itu. Jadi kita harus bisa lolos dari mereka," ujar Gio.

Rissa mengangguk setuju. Karena itu memang benar. Dilihat dari cara wanita itu membunuh pasukan Gio tadi. Sudah terlihat jelas seberbahaya apa seorang Sea itu.

Mereka salah pilih lawan. Mereka kira wanita itu tidak sehebat julukannya. Karena beberapa kali mereka membuat kekacauan, wanita itu hanya melihat. Atau paling tidak menyuruh anak buahnya untuk membereskan kekacauan.

Tapi yang terjadi tadi sungguh membuat mereka berpikir berkali-kali lipat.

"Lakukan dengan cepat, Mova!" ujar Gio.

Rissa yang paham meraih pisau lempar dari balik punggungnya dan melempar ke lima pria itu. Dua meleset. Sisanya tepat mengenai jantung ketiga pria tersebut. Beruntung lah dia yang memang ahli memggunakan pisau lempar.

"Bagianmu. Aku lelah," katanya.

Gio memutar bola mata malas. Memangnya dia tidak lelah? Ayolah. Mereka sama-sama berlari dan juga berkelahi tadi. Tapi seperti yang semua orang tau. Jika 'wanita selalu benar'.

Tidak ingin membuang waktu. Pemuda itu bergerak maju dan menyerang dua pria yang tersisa. Tubuhnya yang lebih kecil membuatnya bergerak lebih lincah dan cepat. Jelas saja. Dia kan ketua Red blood jika kalian lupa.

Tiga menit kemudian dua pria tadi sudah tumbang. Sedangkan dia masih berdiri kokoh. Meski terlihat jelas jika dia kelelahan.

"Ayo!" ucapnya.

Lussy Smith: Psycopath GirlWhere stories live. Discover now