LS.46

2.6K 375 37
                                    

"Bacot, besok mati!"

#.

Lussy bergeser ke kiri saat pria di depannya berniat menendang perutnya. "Hey. Anakku ada di dalam!" serunya kesal.

Pria itu tampak terdiam sejenak sebelum akhirnya kembali menyerangnya. "Wah, kau punya istri, ya?" tebaknya. Sepertinya tepat sasaran. "Kasian jika dia harus jadi janda," ujarnya kemudian.

"Percaya diri sekali kau! Kau sendiri sedangkan kami lebih banyak darimu!" sergah pria itu. Beberapa temannya bahkan sampai terkejut.

Lussy tertawa kecil, dan entah bagaimana tiba-tiba saja ia sudah melilitkan dasi ke leher pria itu. Ia menendang kaki pria tersebut, membuatnya jatuh berlutut. "Sekarang saja kau sudah di ambang maut," katanya.

Pria itu tidak bisa membalas. Sebab, ia butuh mulutnya untuk bernapas. Dia mendongak kala tarikan di lehernya semakin kuat. Saat ini Lussy sedang bertarung dengan yang lainnya. Jadi, jangan salahkan wanita itu jika sering bergerak kesana kemari.

Sekarang, berdoa saja agar Lussy melepaskan ujung dasi itu. Sebelum dia benar-benar kehabisan napas.

Dia akhirnya setuju jika orang yang gantung diri itu bodoh. Jelas-jelas sakit. Tapi masih saja hendak melakukannya. Pasti di penghujung kematian orang itu menyesal.

▲▼▲

Di tempatnya berdiri, Rissa menggeram sejak tadi. "Bodoh!" geramnya. "Sudah ku bilang jangan pedulikan apapun ucapan wanita itu! Tapi mereka malah terpancing!"

Dirinya sudah pernah terpancing dulu. Karena itu dia tahu. Jika Lussy selalu memanifulasi otak musuhnya. Agar mereka bertarung dengan gegabah, tanpa memikirkan strategi yang baik.

Gio keluar dari dalam mobil, dan bergabung dengannya. "Punya rencana cadangan?" tanyanya. "Tu perempuan pasti bisa ngalahin mereka. Kecuali kalo dia udah kecapean. Mungkin," ujarnya.

"Sedang ku pikirkan," sahut Rissa.

Gio menatap serius ke arah Lussy. Mulai dari wajah hingga cara wanita itu bertarung. "Udah tua tapi bodynya masih cakep aja," celetuknya.

Langsung saja Rissa menatapnya sambil melotot. "Apa?" tanyanya lugu. "Terserah!" sahut Rissa ketus.

Pukk! Gio menepuk jidatnya sendiri. Psikopat bisa ngambek juga ternyata, pikirnya. "Cantikan elu kok," katanya memuji.

"Hm."

Ingin merayu. Tapi waktunya tidak tepat. Jadi, nanti saja jika masih ada kesempatan.

▲▼▲

Ethan mengumpat keras. Dia paling benci saat-saat seperti ini. Sungguh. Ketimbang dirinya, Dylan bahkan lebih hebat jika bertarung jarak dekat.

Secepat apapun musuh bergerak, dia pasti bisa membidik musuh itu dengan tepat. Tapi, jika dengan tangan kosong dia pasti kalah. Itulah manusia. Tidak ada yang sempurna.

Bahkan Lussy yang hebat dalam kedua hal itu saja punya kelemahan. Wanita itu tidak bisa berenang. Berulang kali ia mengajarinya dulu. Tapi tetap saja.

Lussy pasti akan memperingatkannya, "jangan sampai orang lain tau!"

Wanita itu tidak ingin jika suatu saat musuhnya menantangnya untuk lomba berenang. Karena dia pasti akan kalah. Konyol memang.

Lussy Smith: Psycopath GirlWhere stories live. Discover now