You are My Drugs || Part 39 [ Worrying You ]

17.2K 789 5
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote + comment ya! Kritik + saran + typo langsung comment aja~

ENJOY!!!

PART 39 - WORRYING YOU____________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

PART 39 - WORRYING YOU
____________________

Setelah mengantar Lexi ke mansion miliknya, Jex segera pergi kembali. Ada sesuatu yang harus ia bereskan.

"Ken, lacak bedebah itu." Jex menekan earpiece-nya yang menyambung ke earpiece milik Ken juga. Ken pun langsung mematuhi pintah tuannya, dan segera melacak di mana orang yang Jex maksud. Setelah dapat, Ken langsung mengirimkannya pada Jex.

"Dasar penguntit berandalan." Jex langsung menancapkan gasnya dengan amarah menggebu-gebu.

Sesampainya di tempat bedebah itu berada, Jex langsung berjalan cepat menuju lantai kamar orang itu. Setelah mendapat nomor kamarnya, ia segera menggedor-gedor pintu itu.

"KELUAR!" Jex menggedor-gedor pintu itu lagi, tanpa memikirkan seorang wanita hamil yang tengah menatapnya penuh kecurigaan.

Saat pintu itu dibuka, Jex langsung mendorong orang itu. Dan memojokkannya di pintu.

"Woah, easy man!" lelaki itu tampak membuka telapak tangannya untuk menenangkan Jex yang sudah penuh dengan amarah.

Jex mengencangkan genggamannya di leher lelaki itu. "Ini terakhir kali ku peringatkan padamu. Jauhi Lexi, sebelum aku bertindak."

Lelaki itu tampak memutar bola matanya. "Hanya itu? Sampai berapa kali kau harus mengancamku, heh!?"

Jex mendorong lelaki itu ke pintu lebih rapat. "Ini terakhir kalinya kau kuperingatkan."

"Terserah padamu, aku tetap akan memili—"

BUG

Hantaman keras dari Jex membuat lelaki itu mengerang kesakitan dan memegangi pipinya yang sangat perih ditinju oleh Jex.

"Masih mau?"

BUG

Lagi. Jex menghantam keras wajah pemuda itu, membuat lelaki itu meringis kesakitan. Jex melepaskan cengkramannya dari kerah baju lelaki itu, lelaki itu langsung terduduk di lantai menahan sakit di wajahnya.

"Cu-cuku—"

BUG

"Sudah kuperingatkan! Aku bisa saja membunuhmu di sini. Tapi kembali aku mengingat bahwa kau tidak memiliki seseorang yang akan menangisimu di kuburan nantinya."

BRAK

Jex mendobrak pintu kamar apartment itu, dan melangkah keluar meninggalkan lelaki yang sedang terduduk meringis kesakitan. Pukulan Jex memang benar-benar kuat, tangan kekarnya membuat pipi lelaki itu lebam keunguan.

"Shit."

---

Lexi sedari mondar-mandir sambil menggigiti jari-jarinya. Jex kenapa belum pulang? Dan apa-apaan tadi, Jex langsung menaruhnya di mansion, sementara lelaki itu sendiri pergi tanpa alasan yang jelas pada Lexi.

Sekarang sudah tengah malam, dan Jex belum sama sekali pulang. Lexi khawatir jika Jex terjadi apa-apa. Ia juga khawatir jika Jex marah padanya karena tidak menuruti apa yang Jex perintahkan. Tapi tidak mungkin seorang psikopat menjadi lemah dan ngambekan seperti itu kan?

"Oh c'mon..."

Lexi bangkit berdiri dari sofa, memandangi jendela dan pintu besar di mansion. Berharap terdengar suara mesin mobil. Para maid yang melihat Lexi, sudah berkata untuk kembali ke kamar dan segera tidur, dengan alasan tuan Jex akan mengkhawatirkan nona Lexi...

Halah, yang harus mereka khawatirkan sekarang adalah tuan mereka sendiri. Ini sudah larut malam dan dia belum pulang!? Apakah Jex memang selalu pulang malam. Kenapa? Apa ia pergi ke club dan bermain dengan wanita lain saat ada gadis yang sedang menunggunya di mansion miliknya?

Hell no! Lexi sudah menanyakan kenapa Jex belum kunjung pulang. Namun kembali ia menerima jawaban yang sama. "Tuan sudah sering pulang malam, sebaiknya anda tidur."

Tidak. Ia akan tidur sampai Jex juga sudah pulang. Memang terlihat konyol, tapi Lexi tidak pernah pulang malam sebelumnya, yah kecuali ada tugas yang mengharuskannya untuk tidur.

Lexi mencoba untuk menelpon Jex tapi tidak kunjung diangkat. Entah Jex berada di mana sekarang.

Lexi melirik ke arah jam dinding, waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu malam. Dan, Jex belum menunjukkan batang hidungnya sama sekali. Lexi sudah beberapa kali menguap, ia mulai membaringkan badannya di sofa yang disediakan.

Lexi pikir, ia mungkin akan tertidur sebentar saja untuk menunggu Jex.

Brm.

Jex keluar dari mobilnya, dan menyuruh salah satu supir untuk memarkirkan mobilnya di basemant. Ia melangkah masuk menuju mansionnnya.

Baru saja ia masuk ke dalam, ia sudah melihat pemandangan yang membuatnya tersenyum. Lexi sedang tertidur di sofa, menunggunya. Jex pun berjalan mendekat lalu duduk di sofa tersebut. Dengan lembut ia mengelus rambut Lexi.

"Kau sangat perhatian."

Jex menatap wajah indah Lexi. Dalam hatinya, ia selalu memuji ciptaan Tuhan yang sangat indah ini, mau Lexi dalam kondisi apapun. Ia tetap memancarkan pesonanya.

"Emm..." Lexi membuka sedikit matanya, dan langsung mendapati wajah Jex yang berada di hadapannya.

"Oh, kau sudah pulang," ucap Lexi memposisikan dirinya untuk duduk. "Lama sekali."

Jex tersenyum. "Aku ada urusan sebentar, terimakasih telah menungguku."

"Sebentar katamu!? Lihat ini sudah jam berapa heh!" Lexi memasang raut kesal. Aku merindukanmu psycho. Ingin rasanya Lexi melanjutkan kalimat itu, ia hanya melanjutkan di batinnya saja.

"Well, kau memang merasa lama. Tidak bagiku," Jex mengusap lembut wajah Lexi. "Ayo tidur."

"Tidur? Kau tidur di kamarmu sendiri saja." Lexi bangkit berdiri dan beranjak menuju kamarnya. Sebelum dari belakang, Jex mengangkatnya dan memeluknya ala bridal style.

"Jex! Turunkan!"

Jex masih saja tidak menurunkan Lexi. "Siapa bilang aku tidur sendiri lagi?"

BERSAMBUNG...
____________________

Jangan lupa vote + commentnya!
[ 22 Juni 2019 ]

SWIPE UP FOR NEXT PART
_______________

You are My Drugs [END]Where stories live. Discover now