You Are My Drugs || Part 41 [Me.]

17.7K 775 2
                                    

Cie kangen ya sama YAMD, walaupun part sebelum gak mencapai 30, tp ak bakal tetap up kok. Kasian udah hampir sebulan kalian nunggu YAMD.

So Enjoy it!


Lexi segera masuk ke dalam mobil Jex menuju kursi penumpang. Pasalnya Jex membawa supirnya, otomatis Jex akan duduk di samping supir tersebut. Dan tidak mungkin ia duduk di atas Jex bukan? Memikirkannya saja sudah membuat Lexi merinding membayankannya.

Sayangnya, dugaan Lexi salah. Jex juga duduk di kursi penumpang. Lexi langsung saja menutup kembali pintu mobil itu, namun segera di tahan oleh Jex. Tatapan Jex seperti memperingatkannya. Terpaksa, Lexi harus duduk di samping Jex.

Selama perjalanan, Lexi sibuk memainkan ponselnya mengabaikan Jex. Lagipula, Jex terlihat sibuk dengan iPad miliknya. Jadi, Lexi juga harus memainkan sesuatu untuk menghilangkan rasa bosannya.

"Lexi."

Lexi menoleh menyadari Jex memanggilnya, "Hm?"

Jex yang awalnya menatap iPad-nya, langsung menatap Lexi yang tengah menatapnya dengan taatapan jutek -khas gadis itu.

"Aku ada rapat sehabis ini, kau tunggulah di ruanganku. Aku akan kembali saat jam makan siang tiba."

Lexi membelalakkkan matanya. Apa katanya? Lexi harus menunggu sampai jam makan siang tiba di kantornya? Sendirian? Pret. Itu sama saja Lexi berada di mansion besaar itu. Terkurung.

"Tidak akan lama, setelah selesai meeting, kita akan jalan-jalan sesuai maumu."

Jex kembali menatap iPad-nya dengan serius. Sementara Lexi masih terus memandangi Jex yang menatap iPad tersebut. Okelah. Bisa diterima. Ia akan menghabiskan waktunya untuk tidur di ruang kerja Jex. Oh, Lexi lupa satu hal.

"Kau akan mengantarku ke ruanganmu 'kan?" Lexi memastikkan bahwa ia tidak akan tersesat nantinya.

"Tentu."

Suasana kembali hening saat Lexi telah menadapat jawaban dari pertanyaannya. Mereka berdua kembali larut dalam kegiatan masing-masing. Jex yang masih setia dengan pekerjaan onlinenya, dan Lexi yang sudah memejamkan matanya.

Tidak lama kemudian, mobil yang mereka tumpangi berhenti. Lexi masih memejamkan matanya, walupun ia tidak tidur sesunngguhnya.

"Tuan, dan nona. Kita sudah sampai," ucpa sopir Jex sambil membukakan pintu samping Lexi, setelahnya supir itu beranjak untuk membuka pintu samping Jex namunn sudah keburu Jex buka sendiri.

"Terimakasih," ucap Lexi mengangkat senyumannya yang dibalas dengan supir Jex membungkuk hormat.

Lexi yang masih berdiri memandangi gedung besar milik Jex tentunya, menyenggol lengan Jex menyadari Jex tidak mengucapkan sepata-katapun pada supir. Harusnya Jex berterimakasih.

"Ayo."

Jex beranjak duluan, Lexi yang tidak mau tertinggal berjalan mengekori Jex dari belakang. Kepalanya mulai menunduk saat mereka berdua memasuki loby kantor Jex. Lexi tidak mau mereka melihat wajahnya. Apalagi menggosipinya. Namun sayang, telinga Lexi memang diciptakkan untuk mendengar, mendengar bisik-bisikkan dari para pegawai yang mereka lewati.

Dan, itu tentang dirinya yang berjalan di belakang CEO mereka. Banyak yang berpikir Lexi adalah kekasih Jex, dan banyak yang membantahnya dengan berkata bahwa itu hanya sekretaris baru pengganti Jane. Dan, siapa Jane? Itukah sekretaris Jex di sini?

"Tutup telinngamu, jangan dengarkan bisikan mereka," Jex memasuki lift disusul dengan Lexi. Posisi mereka sangat dekat. Dengan Jex yang di belakang Lexi, serta Lexi yang berada di depan Jex. Dari pantulan kaca yang ada di pintu lift, Jex bisa melihat Lexi sedang menunduk kesal dengan bisikan-bisikan tadi.

You are My Drugs [END]Where stories live. Discover now