You are My Drugs || Part 52 [ The End? ]

27.6K 806 9
                                    

Hola para readers yang setia menunggu YAMD selama 2 minggu. Maaf banget aku jarang update, soalnya minggu" ini minggu ujian huhu. So, langsung aja ke ceritanya!

PART 52--THE END?
____________________


ENJOY!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ENJOY!!!

Jex mempererat pelukannya pada Lexi, mendekap gadis itu sekaligus meredam suara tangisan Lexi yang belum saja mereda. Tangannya ia biarkan mengelus lembut rambut Lexi. Seharusnya jika seperti ini, Lexi tidak perlu menceritakannya pada Jex. Itu sama saja membuat luka lama kembali terbuka.

"Kita sama-sama terluka Lexi," hibur Jex—mengelus rambut Lexi dan meletakkan dagunya di kepala Lexi. "Dan kita harus bersama sama untuk melupakan luka itu."

Mereka berdua kini berada di kamar Jex—tepatnya di ranjang. Mereka duduk dan saling berpelukan satu sama lain setelah Lexi menceritakan masa lalunya pada Jex.

Setelah membiarkan Lexi berhenti menangis, perlahan wajahnya terangkat dan menatap wajah Jex dengan mata memerah. "Ya, kau benar. Kita harus melupakan masa lalu itu."

Jex mengecup pelan kening Lexi. "Kau tahu, jika saja kau berhenti mengusik kehidpanku, mungkin kita tidak akan seperti sekarang," Lexi menatap Jex dengan tatapan penasaran.

"Kenapa?" tanya Lexi menunggu jawaban dari Jex—menatap lekat manik lelaki itu.

Jex terdiam sejenak berpikir untuk melanjutkan kalimatnya atau tidak, sedetik kemudian ia menghela nafas. "Aku berniat untuk membunuhmu dengan cara membuatmu jatuh cinta, lalu aku akan menghancurkan kehidupanmu—namun takdir berkata kebalikannya..."

"Aku malah yang terperangkap dengan permainanku sendiri," ujar Jex menatap lurus ke arah jendela, tanpa melihat reaksi Lexi.

Gadis itu masih mencerna baik-baik apa yang Jex katakan. Apa maksudnya Jex mencintainya? Kalau iya, berarti Lexi tidak salah lagi. Ia memang merasakan hal yang sama, namun Lexi belum bisa mengambil keputusan dengan mudahnya untuk berkata bahwa ia juga mencintainya. "Benarkah?" Lexi mengarahkan wajah Jex hingga pandangan mereka bertemu. "Apa benar kau mencintaiku?"

"Kurasa. Awalnya aku berpikiran ini hanya obsesi belaka untuk menghancurkanmu, tapi—"

CUP

Entah dapat keberanian dari mana, Lexi langsung mencium bibir Jex saat lelaki itu akan melanjutkan kalimatnya lagi. Ciuman yang Lexi kira akan berlangsung sebentar saja, namun dibuat oleh Jex semakin lama. Bibir mereka saling beradu, tidak kalah dengan lidah mereka yang saling menari-nari di mulut masing-masing.

Merasa ini sudah cukup lama, akhirnya Lexi melepaskan lumatan itu. Ia menatap manik sebiru laut di depannya dengan tatapan tulus. "Aku juga mencintaimu, psycho."

Setelah mengatakan itu, mereka menghabiskan waktu bersama dari sore sampai malam. Tidak ada yang boleh mengganggu mereka lagi, biarkan mereka menikmati waktu yang ada. Karena mulai sekarang, mereka tidak akan pernah terpisahkan lagi.

***

Gadis itu berjalan mondar-mandir sambil memegangi ponselnya. Ia bingung harus berkata apa pada leadernya, ia sudah berpikir dengan matang. Bahwa ia akan keluar dari pekerjaannya itu dan menerima tawaran Jex menjadi sekretarisnya.

Setelah mengumpulkan keberanian yang masih tersisa, akhirnya Lexi mengetik ponselnya dan mengirim pesan pada Vedro dan Adrian, bahwa ia keluar dari pekerjaannya. Ia akan membuat surat pengunduran diri setelah mengirim pesan itu.

Send!

Lexi bernafas lega saat ia sudah mengirim pesan itu pada kedua leadernya. Ia pun melangah masuk ke dalam kamar dan mengambil laptopnya—mengetik surat pengunduran diri.

Ia sudah memikirkannya dua kali. Tidak mungkin ia menjadi secret agent terus menerus, selama buronannya sendiri ialah kekasihnya. Lebih baik ia segera mengundurkan diri daripada harus dipecat dan dimusuhi banyak karyawan dan secret agent lainnya.

"Kau menerima tawaranku?" Jex tiba-tiba masuk ke dalam kamar Lexi. Lexi yang tengah mengetik surat pengunduran diri itu harus berhenti sejenak menanggapi lelaki itu.

"Tentu saja." Lexi tersenyum saat Jex berjalan mendekat dan duduk di samping Lexi. "Aku sedang mengetik surat itu, kau bisa makan malam terlebih dulu. Aku akan menyusul."

"Tanpa dirimu? Oh tentu tidak, kau harus bersamaku terus menerus untuk selamanya, sweetie."

Tanpa aba-aba, Jex langsung menyerang Lexi dengan ciuman penuh cinta dan nafsu. Lexi yang tidak siap pun hanya bisa menerima Jex yang sudah berkuasa atas dirinya itu.

"I love you, sweetie. Don't leave me anymore," Jex menahan wajah Lexi untuk menatapnya, kening meeka bersentuhan sehingga mata mereka saling terkunci satu sama lain.

"I'll never leave you, my psycho."

Malam itu mereka menghabiskan waktu di kamar, tanpa keluar sedikit pun dari sana. Makanan yang sudah disediakan di bawah, disuruh Jex untuk di bawah ke kamar mereka. Karena hari ini, adalah hari mereka.

Dan seterusnya, sampai Tuhan yang turun tangan untuk memisahkan mereka sendiri.

TAMAT....
______________


Akhirnya YAMD tamat gaessss!!!! Thankyou so much yang udah setia baca dari awal YAMD sampai akhirnya muaahhh, i love you 5000!!!

But, ini buka akhir beneran kok, masih ada epilog uhuyyy~~~

See you on the last chapter!

Apa yang Jex lihat saat pagi hari

Apa yang Lexi lihat saat pagi hari

.
.

17 November 2019

SWIPE UP FOR NEXT PART
____________________


You are My Drugs [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang