You are My Drugs || Part 44 [ Do I Know You? ]

16.7K 692 9
                                    

Hai! Maaf banget udah jarang aktif di wattpad lagi...tapi tenang aja kok, YAMD gak bakal stop di sini (ya iyalah). Berhubung karena ini udah mendekati part-part terakhir huhu, updatenya bakal kembali seperti yang lama--yang pasti gak kayak sekarang ini.

Oke, langsung baca aja deh!

ENJOY!!!

🖤PART 44 -- DO I KNOW YOU?🖤

[ps: ini pure gak ak edit/periksa sama sekali, jadi maaf jika banyak typo dan beberapa kata yang ambigu]

[ps: ini pure gak ak edit/periksa sama sekali, jadi maaf jika banyak typo dan beberapa kata yang ambigu]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lelaki itu tengah berbaring di kamarnya sendiri. Ia menatap langit-langit kamar yang tidak ada apa-apanya. Pikirannya melayang pada satu sosok yang sangat ia cintai. Beberapa akhir ini, lelaki itu sudah tahu Lexi-–gadisnya tengah berada di rumah psikopat itu. Dan karena itu, ia sedikit kecewa karena Lexi membohonginya.

Memang sebelum kejadian Jex membogemnya, lelaki itu sudah mengikuti mobil Jex yang mengantar Lexi ke mansion Jex. Dan dengan itu, El langsung tahu gadisnya berada di mansion psikopat itu. Segera, El langsung melajukan mobilnya kembali menuju apartmentnya. Dan tidak lama kemudian Jex datang padanya, dan menghajarnya habis-habisan.

Sehabis aksi perkelahiannya dengan Jex, dan dimenangkan oleh Jex sendiri, El tidak pernah keluar kamar apartment lagi. Bukan karena ia takut dengan ancaman Jex, namun ia harus menyehaatkan dan mengembalikkan tubuh sehatnnya. El sudah menelpon salah atu doker untuk mengobatinya. Dan sekarang, untuk satu hari ke depan El harus beristirahat di kamarnya. Tidak boleh kemana-mana demi kesehatannya.

El pun beranjak duduk di pinggir ranjangnya sambil menatapi jendela luar, yang hanya menampakkan langit dan awan, serta sebagian gedung pencakar langit. Dikarenakan kamar El berada di lantai 20, sama seperti kamar Lexi. El harus berada di dekan jendela itu jika ia mau melihat seluruh Kota Madrid.

Dilirknya jam dinding yang menggantung di atas ranjangnya, sedikit lagi matahari akan tenggelam. Dan El tidak bisa keluar hanya untuk menyehatkan badannya kembali.

"Luka sialan."

El tidak peduli, ia sudah bosan terkurung di kamar membosankan itu selama satu haru kemarin. El segera bangkit berdiri, sambil menyeimbangkan tubuhnya dan meringis pelan saat tinjuan Jex di perutnya terasa perih kemballi.

El segera beranjak keluar kamar apartment dan menuju lift. Ia akann turun ke lantai 5 tempat taman outdoor itu berada.

Ting!

Sesampainya di sana, El langsung mencari tempat duduk untuk beristirahat. Setelah mendaapatkannya, El langsung duduk sambil memandangi beberapa orang yang tengah berenang di kolam renang yang telah disediakan.

Mata El berkedip-kedip saat melihat seorang gadis yang sama persis dengan Lexi. Namun, segera hilang saat El mengedip matanya kembali. Hanya halusinasi.

Sekarang saja lelaki bermanik hazel itu merindukan Lexi. Ia masih ingat saat wajah cantik Lexi menatapnya, saat mereka berada di taman ini tentunya. Itu menjadi hari yang paling berkenan di memori El. El sendiri tersenyum mengingat wajah cantik gadsinya itu.

Baru saja El akan menutup matanya, suara pria tiba-tiba terdengar.

"Permisi, aku duduk di sini ya."

El menatap ke arah lelaki itu. Lelaki itu seperti familiar di benak El. Ia merasa kenal dengan sosok di depannya ini. namunn, ia tidak tahu siapa. El segera mempersilahkan lelaki itu untuk duduk.

Lagi-lagi pandangan El teralihkan pada leher lelaki itu yang ditutupi perban, El mengeryi heran. Ada apa dengan lelaki itu? Batinnya. Lelaki itu sadar dengan pandangan El ke arah lehernya, lelaki itu hanya tersenyum.

"Ini hanya luka, kau juga ada apa dengan pipimu sehingga banyak memar?" tanya lelaki itu mencairkan suasana.

"Ah, aku berkelahi dengan orang." Ucap El tanpa mengikut sertakan nama Jex ke dalamnya, setidaknya ia berkata jujur. Lelaki itu pun hanya mengangguk lalu mengedarkan ppandangannya ke arah langit-langit yang mulai gelap.

"Kau tinggal di lantai berapa?" tanya lelaki itu.

"20." El menjawab singkat dengan mata yang ia pejamkan –merasakan angin sepoi-sepoi yang menari di pipinya.

"Aku 25. Sepertinya kita akan sering bertemu di lift."

El tidak menanggapinya lagi, dan hanya membalas dengan gumaman. Menurut El lelaki di sampingnya ini terlalu friendly. Dan El akui ia sedikit iri dengan orang yang mudah bergaul sepertinya.

Lelaki itu menegapkan posisi duduknya lalu menolehkan wajahnya ke arah El. "Sepertinya aku mengenalmu."

El langsung membuka matanya dan menatap lelaki bermata hazel itu, "Hm?"

Walaupun dalam batinnya ia ingin mengatakkan hal yang sama pada lelaki di sampingnya itu.

"Kau, Elandro jurusan hukum itu kan?"

El terperanjak kaget dan membenarkan posisinya menghadap lelaki itu. Ia sendiri terkejut ada yang mengetahuinya.

"Kau siapa?" El balik bertanya pada lelaki itu, matanya menyelidik manik hazel itu sambil kembali menyuruh otaknya untuk bekerjaa lebih keraas.

"Kevin Delson. Harusnya kau mengenaliku."

El langsung teringat dengan nama itu. Ya, ia ingat. Lelaki itu pernah dekat dengan gadisnya serta Anggi –teman gadisnya itu. El pun mengangguk saat sudah mengingat Kevin.

"Ya aku mengenalmu."ucap EL. Kevin pun terkekeh, dan mulai menceritakkan mengapa ia bisa pindah ke Madrid. El sedikit tersentuh saat Kevin mengatakan ia harus ke Madrid karena ia baru saja pulih dari koma-nya.

BERSAMBUNG...
________________

Pendek ya? Makanya vote sama comment ramein biar jadi tambah semangat updatenya wkwkw. Gak kok, bercanda. Sukarela aja vote+commentnya.

1 September 2019

SWIPE UP FOR NEXT CHAPTER
_______________

You are My Drugs [END]Where stories live. Discover now