You are My Drugs || Part 40 [ Thirty-minute ]

18K 814 6
                                    

Sebelum baca, jangan lupa vote + comment ya. Kritik + saran + typo langsung comment aja...

ENJOY!!!

PART 40 - THIRTY-MINUTE____________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

PART 40 - THIRTY-MINUTE
____________________

Merasa nyaman, Lexi kembali mengencangkan pelukannya pada sesuatu yang menurutnya boneka. Pelukan itu membuatnya nyaman, dan geli bersamaan. Boneka ini tidak punya bulu yang lebat, hanya ada kulit licin yang menempel di bajunya. Dan, rupanya Lexi makin mersa nyaman saat boneka itu kembali membalas pelukannya dan mengusap rambutnya pelan.

Tunggu, kulit licin? Memeluknya? Apakah boneka seperti itu?

Lexi langsung membuka matanya, dan mendapati wajahnya tengah berhadapan dengan dada bidang Jex. Shit, ini bukan boneka. Lexi langsung mendorong badan Jex mnjaauh darinya. namun, Jex menahannya dan makin mempererat pelukannya. Bahaya!

"Jex! Apa kau selalu seperti ini? Lexi menggeram kesal dengan tingkah Jex. Dimana setiap malam ia harus ditemani tiidur. Dan bodohnya lagi, Lexi ketiduran saat Jex tengah menggedongnya.

"Hm."

Hanya itu!? Lexi segera mendorong badan Jex yang tidak memakai baju. Seperti ini saja membuat Lexi kesusulitan untuk tidak melihat kotak-kotak itu. Namun lagi, lelaki berbadan sempurna itu makin mempererat dekapannya pada Lexi.

"Jex. Kau harus bekerja. Lepaskan." Lexi melirik ke arah jam digital, pukul 07.25. sementara Jex harus masuk kerja jam 09.00, ya memaang Lexi tahu Jex adalah bossnya namun seorang pemimpin harus memberi teladan yang baik bukan?

"JEX!" Lexi menggeraam marah.

Jex membuka matanya, dan menundukkan kepalanya agar bisa melihat wajah Lexi di pagi hari. Lexi langsung membeku menatap manik biru milik Jex, seakan Lexi dihipnotis untuk terus memandangi manik itu.

"Good morning, sweetie."

Lexi memutar matanya kesal, "Bangun."

Jex pun segera melonggaarkan pelukannya dari Lexi. Tentu itu membuat Lexi langsung bangun terduduk di ranjang –masih dengan menarik selimut. Lexi merenungkan hal-hal yang terjadi semalam, sejenak ia berpikir. Kenapa ia mati-matian menunggu Jex sampai larut malam? Ia seperti seorang ibu yang khawatir anaknya kenapa-napa.

"Memikirkanku, hm?"

Lexi langsung menolehkan kepalanya ke samping, dan mendapati Jex yang memajukan wajahnya juga. Sehingga wajah mereka sekarang berada di jarak yang dekat, seakan-akan mereka mau berciuman.

"Tidak," Lexi langsung memalingkan wajahnya merasa Jex tahu apa isi pikiran terkutuknya ini.

"Jika tidak, aku mandi dulu." Jex bangkit dari ranjang, dan menuju toilet yang ada beberapa langkah di samping tempat mereka tidur.

Merasa bau kamarnya tidak seperti ini, Lexi segera mengedarkan pandangannya saat sadar kamar yang ia tempati sekarang memiliki ukuran yang lebih besar. Serta, lebih mendominasi dengan warna hitam dan emas. Lexi menatap ranjang yang ia tempati sekarang. Yang benar saja! Ini kamar Jex.

Lexi buru-buru melepas selimutnya, dan beranjak keluar kamar menuju kamar yanng seharusnya ia bangun dan tidur ada di sana. Lexi langsung membuka pintu kamarnya, dan beranjak mengambil beberapa perlengkapan mandi, termasuk pakaian yang akan ia pakai nantinnya.

***

Lexi kini sudah selesai membersihkan dirinya, bahkan ia sudah lengkap dengan pakaian santainya. Ia melirik sekilas ke arah jam digital, pukul 07.45. Lexi pun bergegas keluar kamar untuk mencari makanan, ia harus sarapan.

Saat akan turun dari tangga, manik Lexi menangkap Jex yang tengah duduk sambil memakan sandwich, di samping kirinya ada iPad yang sedang Jex perhatikan. Pikir Lexi, mungkin Jex sesibuk itu sampai harus menyelesaikan pekerjaannya di luar kantor.

"Pagi, non –maksud saya Lexi."

Lexi mengedarkan pandangannya ke arah maid yang menatapnya, Lexi tersenyum dan menyapa balik salah satu maid tersebut. Kemudian bergabung di meja makan yang di atasnya telah tersedia sepiring sandwich dan teh hangat.

"Kau ikut denganku."

Lexi yang baru saja akan menyantap makanannya, menatap tajam ke arah Jex yang sibuk dengan pekerjaannya. Gadis itu mengeryit bingun, apa maksud Jex?

"Ke?" lanjut Lexi masih menahan sandwich yang tengah berada di depan mulutnya untuk ia masukkan.

"Kantorku."

"Ngapain? Aku betah di sini kok," jawab Lexi setelah melahap satu gigitan sandwich ke mulutnya, ia berkata dengan menekankan kata 'betah' guna menyindir dirinya sendiri yang pasti akan bosan.

"Tidak ada penolakan, lagi pula mengaku saja jika kau tidak suka aku kurung di sini, begitu kan?" Jex menatap intens wajah Lexi.

Lexi pun terdiam dan berpikir sejenak mendengar tawaran Jex. Dirinya akan menyesal jika ia tidak mencerna baik-baik tawaran Jex.

"Apa yang akan kulakukan di sana?" tanya Lexi penuh selidik di mata Jex.

"Menemaniku bekerja," Jex mengangkat alisnya.

"Hanya itu? Kau tahu, itu sama saja aku terkurung. Bedanya tidak di mansion besar ini, melainkan di kantormu. Harusnya kau biarkan saja aku pergi jalan-jalan mengelilingi kota ini—"

"Dan membiarkanmu berpacaran dengan sembarang lelaki, begitu? Syukur saja aku memergokimmu dengan lelaki, bagaimana jika dengan perempuan?" sarkas Jex dengan ekspresi sangat santai. Membuat Lexi ingin sekali meremukkan wajah tampan itu.

"Sudahku bilang lelaki itu hanya temanku. Dan apa? Kau menuduhku tidak normal dengan berpacaran dengan sesama jenis? Dengar ya, meskipun aku tidak pernah berpacaran sebelumnya, kau harus tahu bahwa aku masih menyukai lelaki tampan bertubuh proposional dengan segala keromantisannya, mengerti?"

Jex tampak menatap lebar, menyadari itu adalah kalimat terpanjang yang keluar daari mulut Lexi.

"Dan tentu saja itu bukan dirimu." Lexi segera memotong kalimat yang baru saja akan Jex keluarkan.

"Jadi, kau mau ikut atau tidak?"

"Tidak. Jika kau menyuruhku ikut untuk menunggumu di kantor." Lexi masih bertahan dengan tekadnya.

"Baiklah. Padahal aku akan mengajakmu jalan-jalan setelah makan siang nanti," Jex bangkit berdiri hendak meninggalkan Lexi.

"Benarkah?" Jex memberhentikkan langkahnya mendengar Lexi yang mulai goyah dengan keputusan yang ia buat.

"Hm. Bersiaplah jika kau mau ikut, 30 menit lagi berangkat."

Lexi langsung berjalan cepat mendahului Jex menuju kamarnya. Waktu 30 menit itu adalah waktu yang sangat singkat bagi seorang wanita untuk berdandan. Jadi Lexi harus bergerak cepat.

"Gadis labil," gumam Jex beranjak menaiki tangga menuju kamarnya.

BERSAMBUNG...
____________________

Berhubung ini sudah Part 40. Target update ditingkatin. Readers per chapter cerita ini udah 30 lebih kan ya. So, 30 VOTE + 15 COMMENT untuk update-an selanjutnya. Makasih.

Vote + comment ditunggu
[ 26 Juni 2019 ]

SWIPE UP FOR NEXT PART
_______________

You are My Drugs [END]Where stories live. Discover now