TUJUH - GOO DAN DADDY

18K 1.6K 70
                                    

Hari libur, dan keluarga kecil itu memutuskan untuk menghabiskan waktu di dalam rumah sebab hujan sedang turun deras-derasnya.

Tidak biasanya di pagi hari hujan datang sederas saat ini. Maka dari itu, Jihye semangat memasak beberapa menu sarapan, lalu membiarkan dua jagoannya tertidur di kamar utama.

Yah, pukul lima pagi Gukie terbangun dan menangis karena suara petir yang menyambar. Anak itu lekas berlari dan berpindah ke kamar sang ibu untuk meminta pelukan.

Barangkali hari libur kali ini mereka hanya berdiam diri saja karena hujan serta Jungkook yang over protektif semenjak mengetahui kehamilannya. Padahal sejujurnya Jihye tidak masalah dengan kandungan yang sudah berjalan tiga bulan itu.

Ia juga tidak pernah merasa kelelahan karena ibu mertuanya ikut andil dalam mengurus Gukie untuk sementara waktu. Begitu pula Bibi Han yang lebih ekstra dalam berbelanja karena Jungkook memerintahkan untuk membeli bahan makanan yang aman untuk kandungan Jihye.

Saat ini jarum pendek sudah menunjuk angka delapan. Berpapasan dengan Jihye yang telah menyelesaikan acara masaknya setelah melewati dua kali mual, wanita itu lekas masuk ke dalam kamar untuk membangunkan Jungkook dan Gukie.

Ditatapnya kedua jagoan yang kini tidur tak beraturan di atas ranjang. Kemudian Jihye memekik manakala Jungkook menggeliat dan meletakkan satu kakinya pada perut Gukie.

“Astaga ...,” Jihye menggumam lirih, lalu menyingkirkan kaki suaminya perlahan dan menepuk pipi beberapa kali. “Oppa ... ayo, bangun. Sudah siang,” kata Jihye. Hanya sejenis akal-akalan kecil agar si pria mau membuka mata.

Gukie yang tidur dengan posisi kaki di atas bantal itu kini ikut menggeliat dan tanpa sengaja kakinya mengenai kening sang ayah—membuat Jungkook terpaksa membuka mata dan duduk dengan mata sedikit terbuka.

Jungkook berdecak kesal. “Kebiasaan! Aku baru tidur pukul tiga,” kata pria itu lalu lagi-lagi merebahkan diri dan memeluk kaki Gukie.

“Salahmu sendiri main game dengan Gukie selama itu!” Jihye menarik lengan suaminya kuat hingga Jungkook mamaksakan tubuhnya untuk duduk dan menyingkap mata.

Saat Jungkook sudah duduk dan menunduk menatap lantai sambil mengumpulkan nyawanya yang tertinggal, Jihye berpindah ke posisi sang anak dan menciumi pipinya beberapa kali.

“Sayang ... ayo, bangun. Katanya mau bantu Mom bersih-bersih rumah hari ini,” bisik sang ibu. Gukie hanya menggeliat kecil, lalu memunggungi Jihye.

Mendengar sang istri yang kesusahan membangunkan buntalan kecilnya, Jungkook lekas menghadap ke belakang dan menghampiri sang anak.

Hyung, kalau tidak bangun, Daddy tidak mau belikan robot lagi,” ancamnya sekilas membuat Gukie terbangun dan memberengut.

Sama seperti sang ayah. Gukie terdiam sesaat di tengah ranjang. Berusaha keras mengingat mimpi yang baru saja mendatanginya dan siap-siap menceritakannya kepada sang ayah dan ibu.

Namun, belum genap anak itu menemukan mimpinya, Jihye sudah mengangkat tubuhnya dan membawa ke kamar mandi.

“Tadi Goo mimpi apa?” Ah, padahal semenit yang lalu si buntalan itu baru ingin mengingat apa yang ia mimpikan, tapi Jihye malah mengganggu.

Setiap bangun tidur, Jihye maupun Jungkook memang selalu menanyakan kalimat tersebut.

Gukie menggeleng, matanya berkedip tidak tenang karena rasa kantuk yang merajai. “Besok tidak boleh lagi pinjam ponsel Mommy untuk main game dengan dad.

Jihye berhasil melepaskan piama anaknya, kemudian berdiri dan membawa Gukie masuk ke dalam bathup berisi air dan busa yang sudah Jihye siapkan sejak tadi.

EUPHORIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang