TIGA PULUH ENAM - AKHIRNYA

15.5K 1.5K 374
                                    

Setelah sekian lama melakukan karantina di dalam rumah, kini keluarga Jeon bisa merasakan udara segar di luar rumah.

Gukie tidak berhenti mengoceh di sepanjang perjalanan menuju rumah ibu mertua Jihye. Sementara itu, Gail sudah terlelap sambil meminum ASI.

"Goo, duduk, Sayang. Nanti bisa terjatuh," ujar Jihye saat menoleh ke belakang dan mendapati Gukie sibuk berdiri di jok mobil; tengah bermain seorang diri seolah ia berperan sebagai Thor. "Ayo, duduk. Kalau mau main bisa di rumah nenek." Jihye meraih pergelangan tangan Gukie-refleks membuat anak sulung Jeon itu duduk.

"Mommy senang bisa keluar?" tanya Gukie antusias.

Jihye mengangguk seraya menyulam senyum. "Senang. Goo bagaimana?" Wanita itu melempar pertanyaan yang sama.

"Senang! Kalau sudah boleh keluar 'kan Daddy bisa membelikan robot dan mobil-mobilan yang banyak," sahutnya.

Jihye meletakkan jari telunjuk di bibirnya. "Ssstt, jangan berisik ... Baby Iyel sedang tidur," tegur sang ibu lembut.

Gukie membekap mulutnya kemudian. Namun, beberapa detik setelahnya bocah itu kembali bersuara. "Daddy, boleh pinjam ponsel? Goo bosan, mau lihat kartun."

Jihye yang mendengar itu lekas meraih ponselnya dari dalam tas selempang. "Pakai punya Mommy saja," kata wanita Park tersebut. "Sebentar saja, ya, lihat kartunnya? Jangan terlalu dekat dengan mata. Duduk dan diam agar kepalanya tidak pusing." Gukie mengangguk sumringah, lalu menerima ponsel sang ibu dan mulai memasukkan nomor sandi sebelum mengunjungi aplikasi Youtube.

"Mommy, kalau menulis The Lion King bagaimana caranya?" Gukie bertanya dengan kedua kaki bergelantungan. Matanya mengarah lurus ke arah sang ibu. Jihye kemudian menoleh dan memberi tahu huruf-huruf yang harus Gukie tekan. "Terima kasih, Mommy Cantik!"

Jihye terkekeh rendah, lalu sibuk menenangkan Gail yang melepas putingnya dan menangis kecil. Akan tetapi, balita tersebut berhasil ditenangkan dengan mudah.

"Mommy cantik ya, Hyung?" Setelah sekian lama terdiam, Jungkook pada akhirnya melempar pertanyaan.

Gukie mengangguk sontak melepaskan atensinya pada layar ponsel. "Cantik sekali. Jinseo bilang Ji Mom lebih cantik daripada mommy-nya," cerita anak itu. Gukie seakan melupakan film yang ia tonton dan malah berdiri di tengah-tengah sambil memegangi bahu Jungkook. "Goo jadi ingin punya adik lagi. Tapi yang cantik seperti mommy," lanjutnya.

Jungkook berdeham seraya melirik Jihye yang tengah fokus membenarkan bra menyusui dan mengancingkan kemejanya.

"Coba bilang mommy. Kalau mommy mau, Daddy akan buatkan untuk Hyung."

Gukie mengerjap. "Memangnya bisa dibuat?" tanya Gukie polos. Jungkook hanya mengangguk, membuat Gukie semakin penasaran. "Bagaimana, Daddy? Gukie boleh lihat?"

Jihye berdecak mendengar diskusi ayah dan anak di samping kirinya. "Goo, duduk saja. Sebentar lagi sampai," timpal Jihye tiba-tiba.

"Mommy, bagaimana caranya membuat adik untuk Goo?" Gukie mengarahkan atensi pada sang ibu.

"Nanti beli boneka dulu, setelah itu dimasukkan di perut Mommy," jawab Jihye kemudian. Gukie mendadak membulatkan bibirnya. Tatapannya berubah sendu, kemudian matanya berkaca-kaca. "Hei, kenapa?" tanya Jihye cemas.

"Kasihan Mommy ...," cicitnya. "Terus perut Mommy disobek dulu? Goo tidak jadi ingin adik."

Jungkook tersenyum dan mengecup pipi bulat gigi berkali-kali manakala ia berhenti di lampu merah. Jungkook meneluk pahanya sambil menatap Gukie. "Sini, Hyung. Ayo, menyetir dengan Daddy," kata Jungkook.

EUPHORIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang