EMPAT PULUH DUA - MOMMY SUDAH SEMBUH

17.1K 1.6K 208
                                    

Pagi sekali Jihye terbangun. Pukul lima pagi ia menyingkap mata. Sejenak mengumpulkan tenaga sebelum benar-benar melakukan aktivitas sebagai ibu rumah tangga.

Lengan sang suami melingkari perutnya begitu erat, menenggelamkan wajah di ceruk leher tanpa menyadari bahwa dengkuran Jungkook lah yang membuat Jihye terbangun dari mimpi indahnya.

Jihye mencoba untuk menyingkirkan lengan kekar itu dari perutnya, tapi Jungkook malah menggeliat kecil sambil mengerang dan disusul decakan kesal seakan tak suka Jihye mengganggu tidur nyenyaknya. Pada akhirnya Jihye tetap diam. Tangannya mengusap lembut lengan telanjang Jungkook dan sesekali menepuknya untuk memberi ketenangan.

Omong-omong, Jungkook memang jarang mengenakan kaus saat tidur. Pria Jeon itu lebih menyukai tidur hanya menggunakan celana dari piama atau celana rumahan sebatas lutut sedangkan dirinya membiarkan perut kotak-kotaknya terekspos.

Sekiranya sepuluh menit lamanya Jihye memberikan waktu untuk Jungkook memeluknya. Wanita itu menunggu sang suami merubah posisi agar ia bisa menyingkir dari atas ranjang dan mandi dengan air hangat sebelum memasak atau Gail akan terbangun saat Jihye masih belum melakukan aktivitasnya. Itu sungguh sangat merepotkan.

Mengangkat pelan lengan sang suami, Jihye agaknya kembali gagal karena Jungkook kian mengeratkan pelukan. "Jangan ganggu!" kata pria itu jengkel. Matanya masih tertutup dengan suara serak khas seperti orang bangun tidur.

Memiringkan badannya, Jihye membuat kepala Jungkook kini berada di area dada atasnya. Wanita itu memeluk kepala sang suami dan mengusap belakang kepalanya dengan lembut. "Minggir dulu, Dad. Aku harus segera mandi dan masak sebelum Gail bangun." Kepala Jungkook menggeleng pertanda menolak keinginan sang istri. "Sebentar saja. Biarkan aku mandi dan masak, setelah itu kau bisa memelukku lagi."

"Tidak mau," jawab Jungkook keras kepala. Pria itu melanjutkan kembali tidurnya dan tidak membiarkan Jihye lepas dari pelukannya. Selalu seperti itu nyaris setiap hari. Hanya saja, ada beberapa waktu tertentu di mana Jungkook memang sulit bangun dan melepaskan lengannya yang melilit perut sang istri.

"Daddy ..." Jemari lentik itu memainkan surai Jungkook. Merapikannya, tapi detik selanjutnya kembali Jihye acak agar Jungkook bisa terbangun. "Satu jam saja, ya? Nanti bisa dilanjut lagi kalau anak-anak belum bangun."

Tidak ada jawaban apa pun. Jihye menghela napas dalam dan diembuskan sedikit jengkel. Kalau sudah seperti ini, Jihye jelas lebih memilih mengawasi Gail dan Gukie seharian penuh tanpa istirahat daripada meladeni sang suami yang sulit untuk ditaklukan. Terkadang Jihye tidak habis pikir kenapa Jungkook masih saja bersikap kekanakan saat tidak ada Gukie dan Gail—itu artinya saat mereka sedang berdua.

Ibu Jungkook bahkan pernah bilang seperti ini pada menantunya tersebut, "Jungkook beruntung memilikimu. Kalau bukan kau, tidak akan ada wanita yang betah dan sabar dengan sifatnya."

Jihye tahu bagaimana sifat asli sang suami. Jungkook itu sulit diatur dan diberi tahu, pemarah, keras kepala, dan tidak suka dibantah. Itulah kenapa banyak wanita sebelum Jihye yang tidak kuat menjalin hubungan dengan Jungkook. Namun, jangan salah menilai soal Jungkook—sebab pria itu memiliki hati yang besar, penyayang, dan sangat mencintai sang istri meskipun sempat tertangkap basah menggoda wanita-wanita di luar sana.

Yang paling sulit adalah ketika Jungkook marah. Pria itu akan berubah menjadi pria sensitif yang akan menilai kesalahan sekecil apa pun di matanya. Harus memiliki kesabaran luar biasa untuk mengerti Jungkook. Tipsnya adalah mengalah. Walaupun Jihye melakukan hal yang benar, jika di mata Jungkook yang istrinya lakukan adalah kesalahan, Jihye harus diam dan tidak boleh melakukan pembelaan terhadap dirinya sendiri. Keesokan harinya, Jungkook pasti akan datang dengan sendirinya untuk minta maaf.

EUPHORIAWhere stories live. Discover now