EMPAT PULUH TUJUH - HARI PERTAMA GYEOM

13.9K 1.4K 138
                                    

Hari pertama Jeon Gyeom lahir menyapa Jihye serta Jungkook. Sepasang suami istri tersebut kembali dikaruniai seorang putra sampai-sampai ibu Jihye menjuluki 3G untuk ketiga putra Jungkook yang sama-sama memiliki nama dengan huruf 'G' sebagai huruf pertama.

Jihye sudah bisa berjalan tanpa menunjukkan rasa sakit sedikit pun setelah malam kemarin berjuang mati-matian untuk melawan kontraksi. Bahkan wanita Park tersebut sudah diperbolehkan pulang sore itu dengan Gyeom yang juga ia bawa pulang.

Namun, tetap saja Jungkook memaksanya untuk banyak-banyak beristirahat sementara dirinya mengurus Gukie dan Gail mulai dari memasak, memandikan anaknya, sampai membacakan dongeng pada kedua jagoannya.

Bibir itu terus mengulas senyum manakala menatap wajah bayi Gyeom yang tertidur di sampingnya. Jihye baru saja selesai memotong kuku-kuku jari Gyeom sebab beberapa kali wajah sang anak tergores akibat kuku yang terlalu panjang dan tajam.

Jihye tak menyangka akan mendapatkan tiga anak dalam usianya yang bahkan belum menginjak usia 35 tahun. Rasa senang menyelimuti hatinya. Air matanya pun menetes diam-diam setiap mengingat ia menjadi wanita paling beruntung karena bisa memiliki suami seperti Jungkook serta dititipkan anak-anak yang baik.

Jihye kini menyusui bayi Gyeom saat Jungkook memasuki kamar usai lelah mengurus kedua anaknya yang sulit sekali diatur. Lantas pria itu sejenak mencuci tangannya sebelum menyusul tidur di atas ranjang.

"Gail sudah mulai pintar sekarang, Mom." Jihye menoleh, kemudian mendapati sang suami yang tidur miring sambil mengamati Gyeom.

"Ada apa dengannya?" tanya Jihye penasaran.

Jungkook meraih jari-jari mungil anak bungsunya untuk dimainkan. Lantas pria itu mengecup singkat. "Sudah bisa memintaku ini dan itu. Bahkan sampai memaksa seperti yang hyung-nya lakukan," jelas Jungkook. "Goo mengenalkan Captain America dan Hulk pada Gail."

Jihye terkekeh. "Kau harus siap-siap lemari kaca lagi. Anakmu tidak akan berhenti meminta dan merengek kalau kau terus menuruti kemauan mereka." Tangan Jihye yang bebas bergerak menyingkirkan surai Jungkook yang jatuh menutupi kening. "Aku ingin kau lebih tegas dalam menyikapi Gail."

Jungkook mengangguk. "Hm, dia sudah terlihat bibit keras kepalanya sepertiku. Gail bisa saja menangis semalaman kalau aku tidak menuruti kemauannya. Tapi dia benar-benar pintar meskipun masih kalah dalam hal merayu seperti Gukie."

Jihye terkekeh sekali lagi mendengar celotehan sang suami. Nyaris setiap malam mereka saling mengobrol dan berbagi cerita tentang perkembangan sang anak atau masalah pekerjaan Jungkook. Tak jarang Jihye memberi masukan, pun keduanya saling menguatkan.

Jungkook sadar berperan menjadi Jihye bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Mengurus Gukie dan Gail selama dua jam saja sudah cukup membuat Jungkook kewalahan. Hanya saja, pria itu sering lepas kendali soal cara menjaga anak. Jungkook pikir Jihye sering ceroboh manakala menjaga anak-anaknya. Menjaga tanpa mengawasi bisa membahayakan Gukie serta Gail yang harus mendapatkan pengawasan ekstra.

"Mau aku buatkan teh herbal atau kopi? Aku tahu kau pasti kelelahan." Jihye menawarkan diri. Sikap lembut dan hangatnya kembali datang setelah melahirkan. Lucu jika membayangkan ekspresi Jungkook dua hari yang lalu saat hanya bisa diam manakala Jihye mengomelinya karena efek kontraksi. "Setelah ini aku akan memijat tubuhmu. Tunggu sebentar."

Jihye menuruni ranjang dan memindahkan bayi Gyeom ke dalam baby box bekas milik Gail yang masih sangat bagus. Wanita yang memakai gaun tidur itu kemudian berjalan mendekati Jungkook dan duduk di bibir ranjang sebelah sang suami untuk memijat bahunya.

"Kasihan sekali suamiku karena harus mengurus anak-anak." Jungkook mengubah posisi menjadi miring menghadap Jihye, lalu memeluk perut sang istri hingg sukses membuat Jihye menghentikan kegiatannya memijat bahu. "Daddy, tasnya—"

"Iya, Mommy ... besok Daddy belikan," potong Jungkook dengan segera lantaran tak mau mendengar omelan sang istri malam ini. "Usap saja punggungku." Jihye tersenyum manis sebelum mengusap punggung polos sang suami. Seperti biasa, Jungkook tidak terbiasa tidur memakai kaosnya.

"Tidak mau teh atau kopi sebelum tidur, hm?" Jungkook menggeleng, matanya mengatup rapat. "Aku lapar. Ayo, temani aku makan!" Berdecak singkat, Jungkook lantas menuruti kemauan sang istri dan turun dari atas ranjang.

"Ngantuk tahu, Ji." Jungkook mendumal, tapi tetap saja mengikuti langkah kaki sang istri. Jungkook duduk di kursi ruang makan sementara Jihye memasuki dapur untuk memasak dan membuatkan kopi hitam. "Kalau begitu aku juga mau makan," seru Jungkook. Pandangan matanya mengarah pada layar ponsel.

Sesuai janji, Jungkook melihat-lihat tas di salah satu website toko brand kesukaan Jihye. Memilih mana yang terbaik dan cocok untuk sang istri kenakan. Meskipun terkesan mahal, namun Jungkook tetap saja mengabulkan kemauan Jihye lantaran Jungkook sadar Jihye tidak pernah menuntut apa pun padanya bahkan meminta ini dan itu seperti kebanyakan istri dari teman-temannya yang hobi menghabiskan uang.

Sepuluh menit, Jungkook selesai memesan salah satu tas terbaik. Kemudian Jihye datang membawa dua mangkuk salad sayur. Sebelum benar-benar duduk, Jihye menyempatkan diri untuk kembali ke dalam dapur untuk mengambil cangkir kopi yang tertinggal.

"Iyel tidur dengan Goo, Dad?" Jungkook mengangguk, kemudian segera menyantap sayuran di hadapannya. "Memangnya cukup? Kau kan tahu bagaimana anak-anakmu kalau tidur. Besok pagi coba kita lihat apakah mereka masih dalam posisi yang benar."

"Kasur lipat di ruang kerja aku bawa ke kamar Gukie. Aku letakkan di bawah untuk berjaga-jaga Gail jatuh," ujar Jungkook. "Lagi pula, kau tidak menyetujui kemauanku untuk merenovasi kamar Gukie agar lebih luas. Rencananya tembok ruang bermain akan aku hancurkan karena terhubung dengan kamar Gukie. Kita beli dua kasur besar untuk Gukie dan Gail, lalu kasur Gukie yang lama bisa kita letakkan di kamar tamu."

Jihye mengangguk manakala mendengar penjelasan Jungkook. Wanita itu pun membayangkan bagaimana jika kamar Gukie direnovasi menjadi lebih besar. Ruang bermain justru lebih besar dibandingkan dengan kamar Gukie sendiri. Jika kedua ruangan disatukan, maka kamar Gukie akan menjadi sangat besar melebih kamar Jihye dan Jungkook.

"Tapi sebenarnya aku masih ingin tidur dengan Iyel," cicit Jihye. "Kau tahu, Iyel tidak bisa tidur kalau punggungnya tidak digaruk-garuk."

"Buktinya malam ini dia bisa."

"Itu karena dia sudah sangat mengantuk. Kau tahu kan sejak selesai makan malam dia menangis terus dan berubah nakal." Obrolan itu terhenti manakala keduanya mendengar pintu kamar terbuka dan muncul Gukie sambil mengucek mata. "Eh, anak Mommy bangun."

Wanita Park itu beranjak dari atas kursi. Meninggalkan makanannya dan melangkah menghampiri anak sulungnya yang terbangun.

"Kenapa, Hyung?" tanya Jungkook.

Gukie masih mengucek matanya seraya menjawab, "Kaki Iyel menendang kepala Goo terus," lapornya dengan suara merengek karena tidurnya terganggu.

Jihye akhirnya membawa Gukie masuk kembali ke dalam kamar anak itu. Mengurangi suhu AC agar semakin dingin, Jihye kemudian terkejut manakala melihat posisi Gail yang tidur telentang namun miring di tengah ranjang.

"Tidur di kasur lipat mau?" Gukie menggeleng kencang pertanda sangat menolak. "Kalau begitu, Baby Iyel dipindahkan ke kamar Mommy dulu." Jihye keluar sejenak untuk memanggil Jungkook. "Dad, angkat Iyel. Goo tidak mau tidur di kasur lipat."

Kebetulan sekali karena Jungkook baru saja menyelesaikan makannya. Pria jangkung tersebut segera berjalan menyusul sang istri dan buru-buru mengangkat Gail yang nampak tertidur lelap. Sebelum meninggalkan kamar, pria itu mengusap puncak kepala Gukie. "Selamat tidur, Hyung."

Jihye menepuk ranjang. "Ayo, sini tidur."

Gukie menaiki ranjangnya dan buru-buru tidur sementara sang ibu mengusap kepala anak itu agar cepat tertidur. "I love you, Mommy." Bisikan itu menjadi suara terakhir sebelum Gukie kembali terlelap dengan cepat.

***

Malammmm, sini aku bungkus TT.

Oh ya, bagi yang nanya kenapa kok Jihye udah pulang aja sorenya padahal malam kemarin baru lahiran. Sebenernya aku cuma ngikutin kakakku sih wkwk. Kakakku setelah lahiran, besoknya dibolehin pulang dan keduanya sehat-sehat aja (kakak dan bayi kakak aku). 

-02 Agustus 2020

ymowrite

EUPHORIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang