SEMBILAN - TATO

16K 1.6K 127
                                    

“Sayang ... aku boleh tato, tidak?”

Jihye yang tengah menungging karena letak bayinya sungsang, kini lekas duduk di atas ranjang dan menatap tidak suka ke arah sang suami.

“Jangan macam-macam!” jawabnya. “Kau sudah memasang piercing sebanyak itu—bahkan tidak meminta pendapatku sama sekali waktu itu.”

Jungkook mengulum bibir saat ibu hamil itu tengah sibuk mengomel dan membahas tindik telinga yang ia pasang.

Sebanyak itu, ya? Padahal Jungkook hanya memasang dua di telinga kanan, dan satu di telinga kiri. Yah, sepertinya ibu hamil suka sekali melebih-lebihkan.

“Hanya di area punggung, Sayang.” Jungkook kembali merayu sembari mendekap sang istri dari belakang dan mengusap perut besar Jihye.

Saking lamanya mengomel, Jihye memilih bungkam dan malas menanggapi sang suami yang terus merayu agar mendapat persetujuan darinya.

“Tidak banyak, kok. Hanya satu—tapi besar, hehe.

Sebenarnya tidak masalah jika Jungkook memiliki tato atau mempunyai piercing di telinganya. Hanya saja, Jihye menyayangkan kulit bersih Jungkook. Pun Gukie pasti cerewet dan terus bertanya jika punggung sang ayah mendadak dilukis begitu.

Saat ketiga anting itu terpasang di telinga Jungkook saja Gukie sudah menjerit takut dan ngeri, membuat Jihye harus ekstra sabar untuk tidak marah-marah pada sang suami.

Wanita itu melepas lengan suaminya yang bertengger di atas perutnya, lalu berangsur menjauh dari ranjang seraya melepas kancing kemeja untuk diganti dengan gaun tidur yang lebih longgar.

“Terserah kau saja,” kata Jihye sambil beralu—meninggalkan Jungkook yang berseru senang di dalam hati.

Agaknya mempersunting Jihye selama nyaris tujuh tahun tidak membuat Jungkook hafal akan sikap cuek istrinya jika sedang marah.

Berhubung jarum jam sudah menunjuk angka dua belas, Jihye yang baru saja selesai mengganti pakaian kini berjalan ke luar kamar untuk mengecek keadaan kamar Gukie.

Bisa gawat jika anaknya masih terjaga dan bermain dengan robot-robot miliknya. Tidak masalah jika besok adalah hari libur. Pasalnya besok Gukie masih harus masuk sekolah setelah tiga hari tidak masuk karena demam.

Pelan-pelan Jihye membuka pintu kamar Gukie. Lampu kamar sudah padam, hanya dibantu dengan lampu di atas nakas yang menyala temaram.

Gukie-nya pun sudah terlelap begitu nyenyak sampai-sampai tubuhnya berputar menjadi kaki yang di atas bantal dan kepala di area ranjang bawah.

Sejenak Jihye bergeming sembari mengamati wajah teduh Gukie yang tertidur. Beberapa saat kemudian, Jihye menghela napas dalam dan berakhir memunguti buku-buku dongeng yang Gukie jatuhkan di atas lantai.

Sedikit susah untuk dirinya berjongkok atau membungkuk sebab perutnya sudah membesar. Tangannya bahkan harus bertumpu pada ranjang Gukie agar dapat menjaga keseimbangan.

Setelah mengambil empat buku yang tergeletak di atas lantai, Jihye lekas berdiri lalu merunduk untuk mengecup kening, bibir, dan pipi Gukie.

Selesai dengan Gukie, Jihye kembali ke dalam kamar. Ia juga mendapati sang suami yang sudah terlelap tanpa memakai kaus.

Jihye membuang napas jengkel. Kebiasaan Jungkook memang seperti itu. Kaus dilepaskan asal dan dibuang di atas lantai, lalu celana jeans tidak dilepas dan diganti dengan celana rumahan. Bukan apa-apa. Jihye hanya risi melihatnya.

Dengan gerakan pelan Jihye mulai melepas ikat pinggang yang melilit sang suami. “Kau itu kebiasaan!” ujarnya kesal saat Jungkook menggeliat dan membuka matanya.

EUPHORIAWhere stories live. Discover now