DUA PULUH TIGA - LARANGAN DADDY

17.2K 1.7K 154
                                    

Pukul dua dini hari. Jihye yang tengah memakai gaun tidur berbahan satin itu sengaja merapatkan tubuhnya pada sang suami yang baru saja memejamkan mata tanpa kaus yang menutupi perutnya. Wanita tersebut mengusap lengan kekar telanjang Jungkook sebelum menghadapkan wajahnya pada ceruk leher prianya.

"Dad ..."

"Hm?" sahut Jungkook tanpa berniat menyingkap mata. Kedua lengannya masih tetap terlipat di atas dada sementara Jihye terus menggerakkan telapak tangannya hingga mengusap perut kotak-kotak itu. "Ck, Jiy. Aku mengantuk." Jungkook bertutur sedikit kesal dengan satu tangan menepis tangan Jihye, namun suaranya sudah serak sebab tak lagi dapat menahan rasa kantuk. Matanya bahkan enggan terbuka saat mengatakannya.

"Dengarkan aku dulu," kata Jihye memakai nada merengek. Jarang-jarang Jihye bertingkah seperti saat ini kalau bukan karena ada maunya. "Seolbi mengajakku nongkrong di kafe dengan teman-teman kami. Boleh, ya? Sehari saja. Janji tidak akan lama."

"Terserah."

Matanya berbinar senang. Jihye buru-buru memeluk erat sang suami dan meninggalkan kecupan ringan di ceruk leher Jungkook. "Love you, Daddy ..."

"Aku tidak bilang 'boleh', kan?" Jungkook membuka matanya, kemudian tidur membelakangi Jihye guna menghindar dari rayuan Jihye—atau barangkali emosinya yang bisa saja meledak karena ia baru saja pulang dari kantor setelah lembur bersama beberapa karyawannya.

"Jungkook ... aku juga sudah lama tidak pergi dengan teman-temanku," kata Jihye berusaha keras merayu Jungkook. Wanita itu kembali merapatkan tubuhnya manakala Jungkook menciptakan jarak. Memeluk Jungkook dari belakang, Jihye kemudian mengecup lengan Jungkook hingga pria itu merasa tidak begitu nyaman sebab Jihye seolah memancing berahinya. "Satu kali—dan tidak akan lama, kok. Hanya nongkrong di kafe, bukan jalan-jalan di mal."

"Apa sulitnya menolak ajakan temanmu?" Jihye mengembuskan napas jengkel lantaran Jungkook yang posesif lagi-lagi muncul. "Katakan padaku seberapa penting kau menongkrong? Lebih penting dari anak-anak dan suamimu?" Jihye tertegun saat Jungkook membuka mata dan menyingkirkan lengannya, lalu pria itu bergerak duduk di bibir ranjang dan berakhir meninggalkan Jihye.

"Oppa ..." Jihye bergegas menyusul Jungkook yang berjalan keluar kamar. Melihat Jungkook menaiki anak tangga untuk menuju lantai dua di mana ruang kerja berada, Jihye lekas menghampiri Jungkook. "Dengarkan dulu," ujarnya.

"Bisa diam, tidak?!" Jungkook membuka pintu ruang kerjanya dan masuk ke sana. Menyalakan lampu dan AC tanpa menghiraukan sang istri yang mengekori dirinya dari belakang, Jungkook sontak merebahkan diri pada ranjang kecil yang tersedia di ruang kerja.

"Aku tidak pernah berkumpul dengan mereka." Jihye duduk di sudut ranjang, menyentuh kaki Jungkook dengan bibir mengerucut. "Kalau begitu, aku bawa Gukie dan Gail ke kafe."

Tidak mendapat respons dari Jungkook, Jihye lekas ikut tidur di depan Jungkook. Tubuh mereka saling menempel sebab tidak ada lagi sisa ruang—membuat Jungkook spontan bergeser ke belakang agar sang istri mendapat ruang yang lebih besar.

"Daddy ..." Jungkook menulikan pendengaran. Kalau bukan karena Jihye yang berulangkali mengusap lengan, perut, dan pipinya, barangkali Jungkook akan tetap di di dalam kamar mereka dan membiarkan Jihye merengek sepuasnya—asal tidak ada acara menyentuhnya. "Kau boleh pergi dengan teman-teman klub futsalmu atau klub yang lain besok. Ya ...?"

Jungkook menggeleng manakala Jihye menempelkan kening mereka. "Dad ..."

Mata Jungkook menyingkap seiring dengan Jihye yang bergelayut sambil memeluknya. Jungkook menghela napas jengkel. Pembahasan semacam ini adalah topik yang paling tidak Jungkook sukai sepanjang mereka telah menikah. Jungkook bahkan selalu bilang secara terang-terangan di depan beberapa teman Jihye bahwa pria itu tidak menyukai sang istri yang menghabiskan waktu hanya untuk menggosip dan melakukan hal yang tidak penting lainnya.

EUPHORIAWhere stories live. Discover now