DUA PULUH LIMA - PERKEMBANGAN GUKIE

17.9K 1.5K 75
                                    

Hujan turun teramat deras manakala jam menunjuk angka delapan kurang. Pada akhirnya Jihye memutuskan untuk melarang Gukie masuk sekolah meskipun ada mobil di dalam garasi.

Sebenarnya mudah saja. Jihye hanya tak mau ada masalah di perjalanan saat Jungkook mengantar Gukie—atau ketika pria itu perjalanan pulang.

Sementara Jungkook merasa pusing setelah seharian lembur di ruang kerjanya di lantai atas, Gukie malah terlihat sangat senang karena ini kali pertama Jihye memperbolehkannya membolos. Padahal biasanya Jihye akan mengomel dan tetap memaksa Gukie masuk sekolah meskipun anak itu dirundung kantuk.

Anak umur enam tahun tersebut memasuki ruangan bermain ditemani oleh sang ibu yang terlihat susah payah menidurkan Gail yang mendadak menangis keras setelah suara petir sepuluh menit yang lalu terdengar memekakkan telinga.

“Goo, bekal makan di dalam tas sudah dikeluarkan?” tanya Jihye selagi menepuk pelan pantat Gail yang mulai meredakan tangisnya. Gukie mengangguk tanpa menatap sang ibu yang berdiri di hadapannya sambil sesekali berjalan mondar-mandir. “Karena tidak masuk sekolah ... hari ini harus bantu Mommy membersihkan halaman belakang. Tidak boleh mengganggu baby kalau sedang tidur. Dan jangan masuk kamar Mom.”

Gukie langsung melemparkan tatapan tak terimanya. Bibir tipisnya mengerucut seolah-olah itu adalah bentuk protesnya akan larangan dari sang ibu. “Gukie kan tidak nakal,” katanya membela diri. Tujuannya sepulang sekolah hanyalah kamar sang ibu dan ruang bermain. Gukie bahkan nyaris tidak pernah menghabiskan waktu di dalam kamarnya sendiri kecuali saat hendak tidur siang atau tidur malam.

Daddy sedang sakit. Nanti Goo pasti ganggu.”

Gukie menggeleng. “Tidak,” kilahnya.

“Iya.”

“Tidak, Mommy ...”

“Tidak boleh melawan, Gukie ...” Anak itu akhirnya diam dengan bibir yang masih mengerucut jengkel. Setelah fokus Gukie teralihkan dengan mainan robotnya, Jihye lekas mengacak surai anak itu gemas. “Mommy tingga dulu, ya. Nanti kalau sudah selesai jangan lupa apa?”

Tidy up!” serunya girang.

Jihye tersenyum bangga. “Bagus. Jangan merepotkan Ibi Han, mengerti?” Gukie mengangguk lugu sebelum sang ibu meninggalkan dirinya seorang diri.

Setelah meninggalkan anak sulungnya, Jihye kemudian memasuki kamar dan meletakkan Gail ke baby box sebelum menghampiri Jungkook yang nampak kesusahan tertidur. Maniknya terus memejam dan tersingkap dengan satu lengan yang menutupi sebagian wajah.

Jihye duduk di sisinya, lalu menyingkirkan lengan kekar tersebut. “Mau aku pijat biar sedikit ringan?” Jungkook tentu saja mengangguk. “Kemarikan kepalanya.” Wanita itu menepuk pahanya—bermaksud untuk menyuruh Jungkook menggunakan pahanya sebagai bantalan.

Jemarinya terampil memijat pelipis Jungkook, kemudian berpindah pada pangkal hidung hingga kening—membuat pening pada kepalanya berkurang meskipun tak banyak. “Sudah aku bilang kerjakan setengah-setengah dulu. Lagipula Taehyung akan membantumu hari ini, kan? Kalau sudah sakit begini siapa yang repot? Kau atau aku?”

Jungkook hanya diam tak berani merespons omelan sang istri. Sedang di sisi lain Jihye merasa kesal lantaran Jungkook tak mau menjawab pertanyaannya.

“Kau itu sudah punya dua anak sekarang. Jangan cuma memikirkan pekerjaan. Pikirkan kesehatanmu sesekali. Lembur, merokok, mabuk, lembur, merokok, mabuk. Selalu seperti itu yang kau lakukan. Kau tidak sayang aku dan anak-anak?”

Sontak Jungkook menyingkap mata dan memiringkan tubuhnya untuk memeluk perut sang istri—refleks Jihye menjauhkan tangannya. “Sudah mengomelnya ... sejak aku bangun sampai sekarang masih saja dibahas.”

EUPHORIAWhere stories live. Discover now