EMPAT PULUH DELAPAN - RASA KAGUM IYEL

12.2K 1.4K 261
                                    

Jeon Gail menjadi orang nomor dua yang terbangun lebih awal setelah sang ibu yang sedang sibuk masak untuk sarapan di dapur.

"Mommy ..."

Jihye menunduk manakala Gail memegangi ujung kemeja sebatas paha yang ia kenakan. "Eh, anak Mommy sudah bangun!"

Gail mengucek matanya. "Mommy, mau gendong."

Meletakkan pisau tajam yang tengah ia pegang, Jihye lantas menggandeng tangan anak keduanya menuju kamar utama. "Sini, tidur lagi, Sayang."

Gail menggeleng. "Mau tidur dengan Hyungie! Daddy berisik," rengeknya membuat Jihye lekas membawa Gail ke kamar Gukie.

Karena masih pukul enam pagi, Jihye mau tak mau harus menyuruh Gail kembali tidur. Ditambah Bibi Han belum juga datang. Gail pasti akan sangat menyulitkan acara masak-memasak Jihye pagi ini jika tidak dipaksa untuk tidur.

Kebetulan Gukie tidur tidak memakan tempat hari ini. Jadi, Jihye bisa meletakkan Gail di samping anak sulungnya.

Jihye segera merebahkan tubuhnya di atas ranjang—ikut berbaring untuk menggaruk punggung Gail hingga sang putra terlelap.

Memakan waktu lima belas menit sebelum Jihye kembali ke area dapur untuk melanjutkan aktivitasnya yang sempat terhenti karena bangunnya Gail.

Hari ini ada tiga menu untuk sarapan. Dada ayam panggang, sup ikan, serta kongnamul muchim kesukaan sang suami.

Saat Jihye sedang sibuk dengan masakannya, pintu utama mendadak terbuka dan Bibi Han muncul dari balik pintu sebelum membungkuk sopan.

"Selamat pagi, Bi!" sapa Jihye.

"Pagi, Nyonya," balas wanita setengah baya itu, kemudian bergabung ke area dapur untuk membantu Jihye memasak.

Seperti biasanya. Bibi Han ditugaskan untuk memotong sayur atau ayam. Mengambil bumbu-bumbu dapur, lalu ikut memasak dengan arahan Jihye.

"Ikannya dipotong agak besar saja, Bi. Gukie tidak suka kalau potongannya terlalu kecil. Sisanya bisa dipotong kecil-kecil untuk Iyel," kata Jihye yang lekas dituruti oleh Bibi Han.

Kongnamul muchim telah diselesaikan lebih dulu karena terbilang cukup mudah. Jihye lalu memindahkannya ke atas piring dan meletakkan masakan pertamanya ke atas pantri dapur sebelum Bibi Han pindahkan di atas meja makan.

"Garamnya ditambah setelah semuanya matang. Ingat, lebih baik kurang asin daripada terlalu asin," kata Jihye lagi. Sebab cita rasa makanan akan rusak jika sudah terlalu asin. Sulit menemukan solusi selain mengulang lagi dari awal. Tapi jika kurang asin, Jihye bisa menambah garam sedikit demi sedikit hingga menemukan rasa yang pas di lidahnya.

Acara memasak itu selesai satu jam kemudian. Jihye berjalan agak kesulitan menuju kamarnya. Melihat sang suami yang masih tertidur pulas tanpa kaus, membuat Jihye lantas menarik selimut hingga menutupi dada Jungkook.

Lalu Jihye menengok pada bayinya yang juga masih tertidur di dalam keranjang bayi. Sejenak, Jihye tersenyum menatap Jeon Gyeom sebelum melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Kali ini Jihye tidak akan membuang banyak waktu untuk mandi karena khawatir pada jahitannya yang belum kering karena masih baru.

Hanya membutuhkan sekiranya lima belas menit, Jihye keluar dengan handuk melilit rambut basahnya. Kemeja milik Jungkook yang ia kenakan kemarin malam, kini ia pakai lagi lantaran kesulitan untuk berjongkok.

Saat keluar, Jihye dikejutkan oleh sosok sang suami yang sudah terbangun. Duduk di bibir ranjang dengan kepala menunduk seolah tengah mengumpulkan sebagian nyawanya yang sempat hilang.

EUPHORIAWhere stories live. Discover now