EMPAT PULUH - GUKIE TIDAK MENANGIS

15.6K 1.8K 289
                                    

Kegiatan biasa dimulai tepat hari ini. Gukie sudah kembali pergi ke sekolah dan jalanan sudah berubah ramai kendatipun orang-orang masih tetap mengenakan masker setiap harinya.

Terik matahari menyorot kediaman Jeon Jungkook sehingga membuat Jihye lekas melirik jam dinding yang berada di ruang santai. Wanita itu sibuk di dapur untuk memasak tim; menu makan siang Gail hari ini bersama daging sapi yang dicincang kecil.

Maniknya sejenak terbelalak dengan mulut terbuka saat melihat jarum jam telah menunjuk angka satu siang. Tungkainya berjalan cepat menuju ruang makan untuk mengambil ponselnya yang berada di atas meja makan. Jihye kemudian mencari kontak Paman Go (sopir keluarga yang sudah bekerja dari awal Jihye dan Jungkook menikah) untuk menjemput Gukie di sekolahnya.

Sayangnya, ponsel Paman Go tidak segera diangkat sebab pria paruh baya itu tengah sibuk mengantarkan Bibi Han berbelanja di supermarket. Jihye menghela napas panjang, lalu berlari kecil ke ruang santai yang dikelilingi oleh baby gate lantaran Gail yang tadinya bermain kini berdiri memegangi bibir sofa.

"Hei, hei—astaga, Gail .... ya ampun!" Jihye memekik panik, padahal nyatanya Gail tidak menangis saat pantat berlapis popok itu membentur karpet bulu. Bukannya kesakitan, Gail malah terkikik dan mempertemukan kedua telapak tangannya; bermaksud untuk bertepuk tangan. "Kenapa tertawa, huh? Kau membuat Mommy panik." Jihye pura-pura memasang wajah galak sebelum menggendong Gail dan mengecupi pipi bulat anak itu.

Kemudian Jihye duduk di atas sofa untuk menghubungi Jungkook yang sedang bekerja. Sembari menunggu masakannya matang serta Jungkook yang tak kunjung mengangkat sambungan teleponnya, Jihye mengusap surai Gail yang mulai sedikit panjang.

Lantas setelah menunggu sekiranya sepuluh detik lamanya, suara dari Jungkook menyapa rungunya—membuat Jihye segera menegakkan punggung.

"Ada apa, Jiy?" tanya pria itu seketika melepas jas kerjanya.

Jihye meletakkan Gail kembali di atas karpet sehingga balita itu merangkak untuk mengambil gitar mainannya. "Sayang, kau di mana?"

"Di kantor. Sedang istirahat makan siang. Ada sesuatu?"

Wanita itu berdeham lirih. "Bisa jemput Gukie di sekolah? Paman Go sedang keluar ke supermarket dengan Bibi Han. Aku lupa mengabari kalau hari ini Goo pulang jam setengah dua."

Menghela napas, Jungkook lekas kembali memakai jas yang sempat ia tanggalkan. "Baiklah. Aku jemput Gukie sekarang. Sekalian masak makan siang untukku, ya? Aku mau makan di rumah saja."

Jihye refleks mengangguk meskipun ia tahu Jungkook tidak akan bisa melihatnya. "Mau makan apa?"

"Di rumah ada bahan apa?"

"Sayurnya hanya tersisa wortel dan bayam. Ada daging sapi dan dada ayam juga di kulkas," jawab wanita itu lalu menggendong Gail karena ia merasa masakannya sudah matang. Jihye berjalan dengan Gail di tangan kirinya dan ponsel di tangan kanannya. Setelah sampai di area dapur, wanita itu terpaksa mengapit ponsel dengan bahu dan telinga sebab tangan kanannya harus ia gunakan untuk mengaduk nasi tim.

"Terserah kau saja mau masak apa. Aku akan memakannya nanti," ujar Jungkook. "Sudah dulu. Aku mau menyetir."

Setelah itu sambungan diputus oleh Jungkook. Jihye mengantongi ponselnya dan berusaha memindahkan nasi tim ke dalam mangkuk dengan satu tangannya.

"Hari ini makan nasi tim daging. Iyel suka?" tanya Jihye. Gail hanya menatap sang ibu sambil menghisap jari telunjuknya—sontak membuat Jihye buru-buru menarik tangan anaknya. "Tidak boleh makan jari. Kotor, Sayang ..." Jari telunjuk Jihye bergerak ke kanan dan kiri di hadapan Gail.

EUPHORIAWhere stories live. Discover now