TIGA PULUH SATU - KEMARAHAN DADDY

16.4K 1.6K 264
                                    

"Daddy, Goo boleh ikut bantu?" Gukie menghampiri sang ayah yang sedang sibuk mengecat tembok halaman belakang karena permintaan sang istri. "Goo bosan ...," lanjut anak itu sambil meremas ujung kaus yang tengah ia pakai.

Jihye sedang sibuk melihat-lihat desain kamar untuk Gail. Wanita itu duduk di atas sofa ruang santai sambil memegangi ponselnya. Sementara itu, Gail tidur di sofa yang lain dengan guling kecil yang sengaja diletakkan di bibir sofa—mencegah anaknya terjatuh ke atas lantai.

"Mommy di mana? Main dengan mom saja. Nanti tidak selesai-selesai kalau Goo ikut membantu," kata Jungkook seraya menunduk karena kini dia menaiki tangga untuk mewarnai tembok bagian atas. Sejemang, pria itu mengembuskan napas dalam saat melihat Gukie yang memamerkan wajah cemberut kepadanya. "Baiklah. Tunggu di situ. Daddy selesaikan yang atas dulu. Setelah itu, Goo bantu mengecat tembok yang kiri. Oke?"

Gukie mengangguk penuh antusias. Buntalan kecil sulung Jeon itu duduk di kursi lalu menggoyangkan kaki-kakinya selama ia menunggu sang ayah menyelesaikan bagian tembok kanan atas.

Manik bulatnya mengedar ke seluruh penjuru halaman belakang. Kemudian Gukie terdiam sejenak manakala pandangannya berhenti pada kolam renang besar yang terletak di bagian tepi halaman.

"Dad, Goo mau berenang nanti sore. Boleh, ya?"

Jungkook menurunkan masker yang ia kenakan sambil mengangguk. Pria itu lantas turun dan meletakkan kuasnya ke dalam wadah cat yang sudah tersisa setengah.

"Ganti baju dulu. Sekaligus minta tolong pada mommy untuk mengambilkan kuas kecil di teras," kata Jungkook yang disambut anggukan kepala oleh anaknya.

Gukie berlari kecil karena kegirangan, lalu menghampiri sang ibu yang masih fokus pada ponselnya.

"Mommy, bantu Goo ganti baju," ujarnya dan menarik pergelangan tangan Jihye—refleks membuat wanita itu menghentikan aktivitasnya yang ternyata tengah saling mengirim chat di grup masa SMA.

"Kenapa ganti baju? Gerah, ya?" tanya Jihye di tengah perjalanan menuju kamar anaknya.

Gukie menggeleng setelah sampai di depan lemari miliknya. "Mau mengecat bersama daddy. Goo mau gambar Thor di sana."

Terkekeh gemas seraya mengacak surai anaknya, Jihye lantas meraih satu kaus rumahan yang sudah jarang dipakai dan mengenakannya ke tubuh Gukie.

"Memangnya Goo bisa menggambar Thor?" Gukie mengangguk percaya diri. "Kalau menggambar Mommy bisa tidak?"

Anak itu berpikir dalam jangka waktu pendek. "Bisa. Mau yang cantik?" Jihye mengangguk saja dan lekas berdiri untuk keluar dari kamar Gukie. "Nanti Goo gambar Mommy yang cantik," celoteh anak itu mengekori sang ibu yang kembali menuju ruang santai.

Jihye menatap heran. "Ada apa lagi? Katanya mau mengecat dengan daddy?"

"Gukie mau minta ambilkan kuas kecil di teras," ujarnya lagi membuat Jihye menghela napas dalam dan beranjak dari duduknya untuk berjalan ke arah teras. Wanita itu mengambil kuas kecil yang masih baru kemudian ia berikan pada sang anak yang setia mengekori dirinya. "Terima kasih, Mommy. Gukie sayang Mommy yang banyak," ucapnya sambil berlalu begitu saja setelah mendapatkan apa yang ia butuhkan.

Jihye melangkah kembali memasuki rumah dan melangkahkan tungkainya menuju halaman belakang untuk melihat hasil kerja sang suami sejak pukul sembilan sampai pukul dua siang ini.

"Woah, Daddy hebat juga," katanya memuji. Wanita itu menghampiri sang suami yang tengah berjongkok dan memberi tahu arahan pada Gukie. "Mau dibuatkan minum apa?"

EUPHORIAWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu