1. Adaptasi Ulang

24.3K 403 48
                                    

Gak pernah disangka seorang saya akan mengatakan ini 😔

VERSI REVISI NIH BOSS, SENGGOL DONG. AHAHAHARK.

Ok, hope u guys enjoy, muach:*

***

Ellen tidak pernah menyangka bahwa akan tiba masanya dia kembali berdiri di hadapan wajah-wajah asing dengan telapak tangan berkeringat dingin. Cewek itu menelan ludahnya sekali lagi, membasahi kerongkongan yang kering akibat diserang oleh rasa gugup. Rangkaian kalimat perkenalan yang setahun lalu pernah diucapkannya di sekolah lama berulang-ulang diputar di kepala.

Dua menit berlalu sejak pertama dia menapakkan kaki di lantai kelas 11 MIA 4 ini. Guru bimbingan konseling yang mengantarkannya pamit pergi, menyerahkan ia kepada guru berkacamata yang tadi sedang menjabarkan penyelesaian soal tentang termodinamika. Sejenak terdengar bisik-bisik dari meja para murid, sebelum akhirnya mendadak hening ketika guru berkacamata itu berdeham dan mengetuk papan tulis dua kali menggunakan spidol.

"Baiklah. Ellen, silakan perkenalkan diri kamu terlebih dahulu," guru berkacamata itu bersuara, membuat jantung Ellen seketika mau meledak.

Ellen mengepalkan kedua tangannya yang berkeringat dingin. Dia tau ini akan terjadi. Mau bagaimanapun anak baru harus memperkenalkan diri terlebih dahulu baru diperbolehkan duduk di kursi. Tapi, entah kesambet setan mana, sejak tadi Ellen berharap kalau gurunya ini akan melewatkan sesi perkenalannya. Kemudian mengizinkannya untuk duduk anteng di kursi kosong di deretan belakang yang dia tebak akan menjadi tempat duduknya beberapa menit lagi.

"Ellen, ada apa?"

"Eh?" Ellen menoleh kaget ke guru berkacamata yang melayangkan tatapan penuh tanya padanya.

"Kenapa kamu diam? Silakan perkenalkan diri kamu. Jangan bengong. Yang lain sudah menunggu dari tadi."

Ellen mengangguk patah-patah. Perlahan, dia mengalihkan pandangannya ke murid di kelas. Setelah menelan ludah guna membasahi kerongkongan yang kering, akhirnya dia mulai memperkenalkan diri.

"Hai. Nama saya Ellen Rena Monata Bramantyo. Biasa dipanggil Ellen. Saya harap kita bisa berteman baik kedepannya. Salam kenal ya!" Senyum manis yang agak dipaksakan menjadi penutup dari perkenalan singkat itu.

Anak-anak 11 MIA 4 serempak menjawab, "Salam kenal juga, Ellen! Semoga betah ya!"

Sekali lagi, Ellen mengangguk sebagai respon atas apresiasi teman sekelasnya yang cukup ramah. Beberapa pertanyaan mengenai dari mana dia berasal dan apa statusnya sekarang dijawab Ellen dengan singkat dan padat. Satu per satu pertanyaan datang hingga Ellen bingung mau menjawab yang mana duluan.

Untungnya, guru berkacamata yang memperkenalkan dirinya sebagai guru fisika bernama Heru, segera meng-kondusifkan kelas dengan mengetuk papan tulis menggunakan spidol. Beliau mempersilakan Ellen duduk. Kemudian melanjutkan penjelasannya yang sempat tertunda.

Ellen tersenyum tipis pada murid yang tersenyum padanya selama dia berjalan menuju kursi yang disediakan. Tiba di kursinya, Ellen meletakan tas di meja, menyimak penjelasan pak Heru meski tidak satupun dia mengerti.

"Sstt! Ellen! Elleeeeeeen!" Bisikan dari meja di sebelah kiri membuat Ellen menolehkan kepala. Pandangannya disambut oleh senyum manis dari cewek berjepit kupu-kupu yang menyembunyikan wajahnya dari pak Heru dengan buku paket. "Nanti ke kantin bareng aku ya!" ujar cewek itu berbisik.

Dare or DareWhere stories live. Discover now