21. Dia Datang Lagi

2.6K 163 21
                                    

Aroma khas buku-buku yang tersimpan rapi di rak perpustakaan membuat Ellen tersenyum manis. Cewek pecinta buku itu diminta bu Intan mengambilkan buku sejarah. Mumpung sudah di perpustakaan, Ellen sekalian meminjam buku yang menurutnya menarik untuk dibaca di rumah. Usai mengurus segala hal tentang peminjaman buku pada penjaga perpustakaan, Ellen langsung pergi menuju kelasnya.

Lorong kelas tampak senggang karena murid-murid lain sedang belajar di kelas masing-masing. Ellen berjalan dengan hati-hati, memastikan tumpukan buku yang dia bawa tidak berjatuhan ke lantai.

"Hoi!"

"Astagfirullah!" Ellen tersentak, kaget. Buku-buku yang ia bawa hampir jatuh ke lantai.

Pelaku yang membuat Ellen kaget, tertawa terbahak-bahak. Dari suara tawanya itu, Ellen langsung tau kalau pelakunya adalah si prince SMA Darma Bangsa—Kent Adhika.

"Lo muncul dari mana sih? Tiba-tiba banget kayak setan!" ketus Ellen.

Kent nyengir. "Maap atuh, Neng. Jangan galak-galak gitu ah. Masih pagi tau."

"Ya elo sih ngeselin. Pagi-pagi udah bikin anak orang darah tinggi."

Kent tertawa. Perhatiannya teralih ke buku-buku di tangan Ellen yang cukup berat.

"Mau gue bantuin gak?"

"Mau!" Ellen menjawab senang, mood-nya membaik.

"Bantu do'a," ujar Kent, tertawa jahat.

Ellen berdecak sebal. "Gue kira mau bantu bawain."

"Ya udah deh, gue bantuin." Kent mengambil separuh beban yang Ellen bawa. "Mau dibawa ke mana bukunya?"

"Kelas gue!" jawab Ellen ketus. Tapi, dalam hati, dia bersorak kegirangan. Setidaknya beban yang dia bawa sedikit berkurang. Walaupun dia berharap Kent akan membawakan semuanya sih. Tapi, ya sudahlah. Mereka berdua mulai melangkah bersisian menuju kelas Ellen.

"Lo bolos kelas lagi ya, Kak?"

Kent menggeleng. "Gue baru dateng," jawabnya santai.

Ellen melongo mendengar jawaban Kent. Baru datang katanya? WOW!

Sekarang sudah jam setengah sembilan. Gerbang sekolah pasti sudah tertutup sangat rapat dan penjaga gerbang tidak akan membiarkan murid terlambat bisa masuk semudah itu. Ellen yakin Kent punya jalan rahasia.

"Eh, tau gak, Nat? Dion bilang hari ini ada murid baru di kelas gue. Cowok katanya," ujar Kent.

"Ya terus?" Ellen menyahut cuek, tidak minat mendengar cerita Kent.

"Gue minta lo jangan deket-deket dia ya?

Eh? Ellen menoleh. "Emangnya kenapa?"

"Gue takutnya dia pingsan deket-deket lo. Abisnya lo kan nyeremin, kek nenek lampir." Kent tertawa terbahak-bahak setelahnya.

Ellen berdeham panjang, memberitahukan kepada Kent bahwa kakinya siap menendang kapan saja. Paham dengan kode itu, Kent nyengir lebar. Cowok itu meletakan buku-buku bawaannya ke tumpukan buku di tangan Ellen. Lantas, dia berlari menjauh sambil tertawa-tawa. Ellen segera menyusul.

Ellen berdecak sebal saat tumpukan buku di tangannya bergerak-gerak, hendak jatuh karena dia sedikit berlari.

"Aishh, bukunya banyak banget sih." Ellen mendumel sambil berusaha merapikan bukunya.

Akibat tidak memperhatikan jalan, Ellen jadi menabrak seseorang. Buku-buku yang dia bawa berjatuhan ke lantai. Ellen mendesah kecewa. Cepat-cepat ia memunguti bukunya.

Dare or DareWhere stories live. Discover now