7. Panggilan Sayang

6.3K 208 12
                                    

Kent ternyata punya teman.

Ellen tidak menyangka kalau cowok yang tadi berteriak menyuruh Kent berhenti kemudian mencibir kesal di depannya adalah teman Kent. Cowok itu memperkenalkan dirinya sebagai teman sekelas Kent, namanya Viko Radya.

Berbanding terbalik dengan Kent, aura Viko benar-benar tidak bersahabat. Apalagi saat Riris datang dan mengomeli Ellen karena sempat menghilang di kerumunan.

Viko kelihatan tidak suka mendengar Riris mengomel. Riris juga tidak suka melihat Viko yang tidak menyukainya. Mereka sama-sama saling lempar tatapan kesal.

Karena tidak tahan, Viko akhirnya pergi duluan dari depan ruang BK. Dia menitipkan Kent kepada Ellen. Katanya Kent dibawa ke UKS dulu baru kembali ke kelas.

Tak lama kemudian temannya Kent yang lain datang. Namanya Dion Prandelly. Cowok yang satu ini kelihatan panik luar biasa. Dia menanyakan keadaan Kent sambil berusaha mengintip dari jendela. Tadi, saat kejadian, dia sedang tidak berada di kantin. Jadinya dia kaget setengah mati mendengar kabar Kent nyaris membunuh anak orang.

"Aman, Yon, gue gapapa," ujar Kent santai, sidangnya dengan guru di dalam sudah selesai.

"Syukurlah." Dion mengusap dadanya, tenang. "Lo kenapa sih bisa-bisanya berantem sama Fariz? Dia cari masalah lagi sama lo? Bawa-bawa keluarga lagi?"

"Yeah, begitulah," ujar Kent malas. "Udah, sana lo cabut aja ke kelas. Udah mau masuk kan?"

"Dih! Lo ngomong seolah-olah banget. Telat beberapa menit gak apa elah."

"Ah, gak peka lo," Kent menunjuk Ellen yang menonton obrolan mereka dalam diam. "Mau mojok," katanya.

Dion menatap Ellen sebentar. "Ooooooooooooowkee," balasnya dengan o se-panjang harapan. "Kalo gitu gue duluan deh."

"Yoi."

"Ayo, Cantik, kamu juga balik ke kelas. Udah masuk nih." Dion mengajak Riris dengan tampang sok manis.

Ajakan Dion mendapat penolakan mentah-mentah. Riris merasa jijik dan geli melihat muka Dion. Rasanya dia mau melempar muka itu dengan sepatu sekolahnya.

Ellen niatnya mau ikut kembali ke kelas bersama Riris, tapi Kent segera menahannya. Cewek itu dibawa ke ruangan beraroma khas obat-obatan yang berdekatan dengan lapangan upacara oleh Kent. Ruangan ini tampak sempit semenjak ditambahkannya beberapa parabot baru. Tirai-tirai lama yang digunakan sebagai pembatas antarranjang kini sudah berganti ke tirai baru berwarna hijau.

Tidak ada siapapun di ruangan ini. Hanya ada Kent dan Ellen.

Karena takut terjadi apa-apa, Ellen langsung duduk di pojok ruangan, dekat dengan pintu keluar. Sedangkan Kent disuruh duduk diam di salah satu ranjang UKS tanpa diperbolehkan bergeser sedikitpun.

Lima menit berlalu dan mereka hanya diam, menunggu kedatangan guru penjaga UKS. Ellen tidak tau apa yang ada di pikiran Kent sekarang. Mungkin kakak kelasnya itu sedang mencibir dalam hati, mengatakan kalau Ellen ini cewek sok asik dan gak jelas yang asal ikut campur dalam urusannya tadi.

Huwaaaahh malu-maluin bangetttt! Ellen menutupi wajahnya dengan kedua tangan, merutuki kelakuan bodohnya di kantin.

"Ellen Rena Monata Bramantyo," Kent tiba-tiba menyebutkan nama lengkap Ellen beserta nama keluarganya juga.

Dare or DareWhere stories live. Discover now