19. Peringatan Keras

2.8K 149 11
                                    

Atas permintaan Dion, Ellen mengundang dua temannya untuk ikut serta main ke BT. Kent tidak keberatan selama ia dan Ellen tidak diganggu. Toh, semakin ramai juga semakin seru.

"Elleeeen!" Riris menggeram sebal. "Lo kenapa gak bilang sih kalau tiga alien ini pada ikut?!" tanyanya menunjuk Kent dan kawan-kawan. "Kalau tau mereka juga ada, gue gak bakalan mau ke sini!"

"Ya udah, sana pulang!" Viko mengusir. "Sekalian bawa juga anak manja lo ini," suruhnya, melirik tajam pada Lisa yang mengerucutkan bibir. Sejak tadi Lisa dimarahi terus oleh Viko. Katanya, melihat Lisa membuat mata Viko sakit.

"Siapa juga yang mau lama-lama di sini?" Riris meraih lengan Lisa. "Ayo pulang, Sa. Lama-lama di sini bikin gue darah tinggi."

"Eh, jangan pulang dulu dong, My Lope Riris." Dion menarik pundak Riris. "Kita kan mau main, mau seru-seruan. Jangan pulang dulu."

"Males banget gue main sama lo!" Riris menyingkirkan kasar tangan di pundaknya. "Apalagi kalau harus ngeliat muka Viko Radya yang kayak alien. Mending gue tiduran di rumah."

"Lo kayaknya dendam banget ya sama gue? Ada masalah apa sih? Coba sini cerita ke gue," ucap Viko kesal.

Melihat perdebatan yang tak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, Kent akhirnya angkat suara. Cowok itu menengahi, menyuruh mereka diam dan memilih untuk ikut atau tidak ke BT. Dia tidak mau waktunya terbuang sia-sia hanya demi menyaksikan perdebatan yang tak ada guna.

Akhirnya setelah menyita waktu lima menit lagi, keputusan diperoleh. Lisa dan Riris ikut dengan syarat Viko harus berjanji untuk tidak mem-bully Lisa. Malas berdebat lagi, Viko setuju.

"Siniin kunci motor lo," Riris mengadahkan tangannya di depan muka Viko. "Gue yang bawa, boncengan sama Lisa."

"Loh?" Dion mengernyit heran. "Boncengan sama gue aja, Ris. Biar Lisa sama Viko."

"Gak sudi!" balas Viko dan Riris bersamaan. Keduanya saling lempar pandangan, kemudian segera memalingkan muka saat tatapan mereka bertabrakan.

"Gak rela gue boncengan sama lo!" ujar Riris tanpa ampun.

"Gak rela gue boncengan sama cewek alay ini." Viko menunjuk muka Lisa terang-terangan.

Karena perkataan mereka yang nyaris sama dan diucapkan di waktu yang sama, Viko dan Riris lagi-lagi adu pandangan. Kent yang mulai muak melihat interaksi mereka kembali menengahi. Dia menyuruh Viko untuk memberikan kunci motornya kalau tidak mau membonceng Lisa.

Awalnya Viko menolak, Dion pun sama. Menurut Dion, motor Viko tidak akan bisa dikendarai oleh Riris. Karena Riris itu perempuan. Tapi, setelah meneliti ulang, Dion baru sadar kalau Riris bukan sembarang perempuan.

Akhirnya Dion setuju, Viko pun demikian. Viko mau tak mau harus menerima karena dia kalah suara.

"Gak usah ngebut-ngebut lo!" tekan Viko sambil menyerahkan kunci motornya. "Awas aja kalau sampe kenapa-napa."

"Tau gue. Cerewet amat sih jadi cowok." Riris mencibir julid.

Perjalanan menuju BT membutuhkan waktu setengah jam. Motor Viko yang pertama kali tiba, lalu disusul mobil Kent dan tak lama kemudian motor Dion.

Riris sama sekali tidak mendengarkan nasehat Viko yang bilang dia tidak boleh kebut-kebutan. Saat Viko memarahinya pun dia hanya mengorek telinga tidak peduli.

Viko jadi naik darah. Dion bahkan tidak pernah melihat Viko sekesal ini sebelumnya.

"Heh, denger! Gue gak mau diganggu. Jadi lo semua jangan ada yang ngikutin gue sama Ellen. Terserah kalian mau apa. Selamat bersenang-senang," ujar Kent sebelum akhirnya menarik pergelangan tangan Ellen, membawanya masuk ke BT.

Dare or DareOù les histoires vivent. Découvrez maintenant