22. Terjawab

2.5K 168 13
                                    

Ada satu rahasia Viko yang hanya diketahui oleh Kent. Rahasia itu terjaga lebih dari 4 tahun. Bahkan Dion yang selalu berduaan dengan Viko pun tidak tahu-menahu perihal rahasia ini.

"Jadi, gimana perjalanan lo sama Riris kemaren? Menyenangkan?" Kent tersenyum penuh arti.

"Biasa aja tuh. Gak ada seru-serunya." Viko menjawab cuek.

"Ah, masa?" Kent tersenyum menyebalkan. "Gak ada rasa-rasa pengin balikan, kah? Udah empat tahun lho gak saling sapa, bertingkah udah kayak orang asing padahal pernah punya cerita di masa lalu. Masa iya biasa aja? Gue kok yakin ada sesuatu yang terjadi yaaa kemaren?"

Viko menghela napas panjang melihat muka kepo dan jahil dari temannya. "Gak terjadi apa-apa, Bego. Cuman ... ya ... gitu deh."

Mendengar perkataan Viko yang agak ambigu, Kent jadi semakin gencar menggodanya.

"Gitu deh, apaaa?" Kent menaik turunkan alisnya.

"Cuman kasih 'matahari' doang elah. Gak lebih gak kurang."

"ANJIRRRR!" Kent memukul meja, tertawa terbahak-bahak. "Doi gak marah?"

"Gak marah lo bilang?" Viko menggeleng, lalu menunjuk pipinya yang membiru. "Nih, yang gue dapet dari Risa. Masih kerasa nyeri sampe sekarang."

Kent makin tergelak membayangkan bagaimana Riris memukul Viko kemarin sore. Memang hanya Riris satu-satunya cewek yang berani melawan Viko. Mainnya bukan tampar-tamparan pula, bogem-bogeman.

"Kayaknya lo bahagia banget dah hari ini. Ada hal bagus apa?" tanya Viko, mengusap-usap pipinya yang kembali berdenyut.

Kent berhenti tertawa. "Lo tau anak baru itu kan?"

Viko mengangguk. "Si Warna, kan?"

"Ho'oh! Yang itu!" Kent tertawa sebentar. "Gue tadi pagi ketemu dia di lorong kelas sebelas. Dan lo tau gak fakta lucu apa yang gue dapet tadi?"

"Apa? Dia sebenernya cewek, gitu?"

"Bukan, anjir! Dia itu ternyata mantannya Nat—maksud gue Ellen. Dia mantannya Ellen, Ko! Gila sih, gilaaaa!" Kent tertawa terbahak-bahak, memukuli meja.

"Anjir, serius lo?"

"Tigarius gue, Ko. Mana tadi dia ngaku ke gue kalau dia pacarnya Ellen lagi. Astaga ... malu-maluin diri sendiri, anjrit!"

"Tolol." Viko ikutan tertawa.

Tawa dua laki-laki itu terdengar begitu keras, menarik atensi pengunjung kantin yang lain. Hari ini, kantin tampak sepi. Hampir separuh murid SMA Darma Bangsa sedang berkerumun di mading, termasuk Dion. Entah berita macam apa yang membuat mereka rela berdesak-desakan di sana.

Kent dan Viko yang tidak peduli terhadap berita-berita di mading memilih untuk pergi ke kantin saja, mengisi perut, mengobrol, bersantai. Sungguh tidak berguna membuang-buang waktu di depan mading.

"Woi, Kent! Ko!" Dion berlari tergesa-gesa, menghampiri meja yang dihuni temannya. "Gawat, Woi. Gawat! Lo berdua harus tau berita ini!"

"Berita apa, sih?" tanya Viko dan Kent bersamaan.

"Bentar," Dion menyambar gelas es teh Viko, meminumnya sampai habis. "Ahh, seger~" Cowok itu tampak lebih tenang sekarang.

"Jadi, berita apa yang ngebuat lo lari-lari ke sini?" Kent bersidekap dada.

"Oh iya!" Dion kembali memasang wajah panik. "Itu, Kent! Si Ellen!"

Refleks, Kent berdiri dari bangkunya. "Kenapa Ellen?"

"Si Ellen kena kasus cokk. Dia lagi di ruang BK sekarang."

"Ha? Ellen kena kasus? Kasus macam apa?" Viko bertanya dengan ekspresi tidak percaya.

Dare or DareWhere stories live. Discover now