13. Sosok Prioritas Utama

3.4K 176 10
                                    

Ellen mengelus pergelangan tangan kanan yang memerah karena tadi ditarik paksa oleh Kent ketika dia baru saja keluar kelas. Sikap Kent yang biasanya konyol sekarang menjadi kasar dan jutek. Entah apa alasannya, Ellen tidak tau.

Begitu bel pulang berdering dan dia keluar dari kelas, Kent tiba-tiba menarik pergelangan tangannya tanpa berkata apapun. Cowok itu kelihatan sedang kesal.

Seharusnya di sini Ellen yang kesal. Tapi, kenapa malah sebaliknya?

Tidak ada pembicaraan di antara keduanya, mereka sama-sama diam dan sibuk dengan pemikiran masing-masing. Ellen sibuk memikirkan penyebab perubahan sikap Kent. Sementara Kent yang sibuk menebak-nebak siapa cowok di wallpaper hp cewek itu.

Motor Kent melaju kencang membelah jalanan yang ramai kendaraan. Ellen sampai harus berpegangan pada besi jok motor karena takut jatuh terjungkal.

Ellen sadar ini bukan jalan menuju rumahnya. Tapi dia diam saja. Kent sedang tidak ramah, Ellen tak mau memperkeruh suasana.

Lima belas menit dalam pertaruhan nyawa, motor Kent akhirnya berhenti di sebuah pekarangan rumah mewah bercat putih tulang. Bunga warna-warni dan kolam ikan kecil di sisi kiri membuat Ellen terpukau beberapa saat. Pemandangannya begitu enak dilihat mata.

"Lo gak mau turun?" Kent bertanya sambil menoleh ke belakang. Sudah lama dia menunggu Ellen untuk turun dari motornya, tapi cewek itu malah diam memandangi sekitar.

Gelagapan, Ellen akhirnya turun dan menyerahkan helm yang ia pakai kepada Kent. Matanya kembali menatap sekitar dengan kagum dan penasaran. Ini rumah siapa?

"Rumah cewek gue," ujar Kent seolah tau apa yang sedang dipikirkan Ellen.

"Ha?" Ellen mengedipkan matanya berkali-kali. "Rumah … cewek lo?" tanyanya mengerutkan dahi.

"Iya," Kent menjawab pendek.

Kerutan di dahi Ellen semakin banyak, alisnya bahkan bertaut satu dengan yang lainnya. Jika ini rumah cewek Kent, lalu Ellen siapanya Kent? Apa Ellen selingkuhannya? Kalau memang benar begitu, dia selingkuhan yang ke berapa?

"Ini rumah cewek yang nelepon gue tadi di kantin. Gue mau lo kenalan sama dia," jelas Kent santai.

"Lo gila?!" seru Ellen.

Kent menghela napas panjang. Dia tau reaksi Ellen akan begini. "Nat—"

"Ngapain lo kenalin dia sama gue?" Ellen menyela. "Mau buat cewek lo itu mati mendadak gara-gara kaget cowoknya punya selingkuhan? Iya?!"

"Nat—"

"Gila lo, kak! Gila!" sela Ellen lagi. "Gue mau pulang. Lupain aja soal dare or dare itu. Gue—"

"Nata!" Kent menyela dengan nada tinggi. Dia tidak mau mendengar kelanjutan dari ucapan Ellen.

Kaget tiba-tiba dibentak, Ellen mematung.

"Nyerocos mulu lo. Kode minta dicium apa gimana?" Kent bertanya. Ekspresinya yang tadi kaku dan kelihatan marah sekarang sudah kembali seperti biasa.

Ellen membelalakkan mata, pipinya bersemu merah. "Lo—"

"Nat," Kent menyela, memegang kedua bahu Ellen, menatap bola mata cewek itu dengan lembut. "Lo tenang, aja. Cewek gue itu gak gigit. Dia orangnya pengertian."

Ellen diam, terpana dengan mata Kent. Keinginannya untuk pulang mendadak hilang. Ellen bahkan menurut saja saat Kent menarik pergelangan tangannya memasuki rumah mewah itu.

"Assalamu'alaikum!" teriak Kent ketika kakinya sudah melewati pintu masuk.

"Wa'alaikumsalam!"

Dare or DareOnde histórias criam vida. Descubra agora