37. Menghilang

1.9K 146 13
                                    

Dion berdecak sebal. Seragam sekolahnya basah oleh keringat. Tanpa ragu, Dion duduk sambil menyelonjorkan kakinya di tengah lapangan upacara yang dilalui beberapa siswa. Dia capek keliling sekolah, naik turun tangga, memeriksa satu per satu ruangan. Dion mau istirahat sebentar.

"Ahh, aku lelah dengan semuanya," keluh Dion sambil mengusap peluh di dahi dengan lengan.

"Cih, lemah," ejek Viko yang berdiri di samping Dion. Mata cowok dingin itu menatap sekitar, mencari-cari.

Dion mendongak, menarik-narik celana temannya. "Udah deh kalo lo capek duduk aja di samping gue. gak usah gengsi gitu, pake acara bilang gue lemah. Keliling satu sekolah itu bukan perkara kecil, bro."

"Sori, gue masih punya malu," balas Viko sarkas. "Cepetan bangun! Kita harus cari Ellen."

"Ya Allah ...." Dion mengusap gusar wajahnya. "Gue capek, Ko. Lagian si Ellen hilang ke mana sih? Jam istirahat gini kan biasanya dia ada di kantin sama dua temennya itu. Kok hari ini gak ada?"

"Lo bisa gak sih gak usah ngeluh? Gue juga capek asal lo tau!"

Dion menghela napas panjang kemudian berdiri. Baiklah sepertinya memang usahanya belum maksimal. Dia harus mencari lebih teliti lagi.

"Eitsss!" Dion mencegat langkah seorang cowok yang melintasinya. "Lo lihat Ellen gak?"

Cowok berseragam olahraga mengerutkan dahi. "Ellen ... maksudnya Ellen yang pacarnya Kent itu?"

Dion mengangguk. "Lihat gak?"

"Ellen anak kelas sebelas IPA empat itu kan?"

Dion menyipitkan matanya, agak kesal. Tapi kemudian cowok itu mengangguk dan mengulang pertanyaan yang sama. "Lihat gak?"

"Ellen yang temennya Riris itu kan?"

"IYA!" jawab Dion emosi, "LO LIHAT GAK?"

Cowok berseragam olahraga itu tersentak kaget. "Eng-enggak. Gue gak lihat."

"HALAH!" Dion menabok punggung cowok itu. "Tinggal jawab 'enggak', Malih! Gak perlu banyak tanya kayak Dora!"

"Na-nama gue Ardi bukan Malih."

"BODO AMAT!" seru Dion. "Dah, sana pergi lo jauh-jauh! Buang-buang waktu."

"Makasihnya mana?" tagih cowok itu.

"NIH, MAKASIH, NIHHH!!" Dion mengacungkan kepalan tangannya yang siap membogem muka cowok itu kalau dalam tiga detik dia tidak segera enyah.

"Cabut lo kalau gak mau remuk," suruh Viko dingin.

"O-oke."

Cowok berseragam olahraga itu pergi.

Viko dan Dion kompak menghela napas panjang.

"Si Ellen ke mana sihhhh?" geram Dion frustasi.

Sudah 15 menit mereka berkeliling dan masih belum juga menemukan tanda-tanda keberadaan Ellen. Saat mereka bertanya ke anak-anak 11 IPA 4, tidak ada satu pun yang mau menjawab. Mereka seolah sudah diancam, disuruh untuk tidak memberitahukan di mana Ellen berada ketika ada yang mencarinya.

"Yon, Yonnn!" Viko menabok-nabok pundak Dion yang sibuk mengeluh. "Itu Ellen bukan sih?" Tangannya menunjuk pada sosok perempuan yang baru saja ke luar dari ruang guru.

Dion menyipitkan matanya, menatap perempuan itu lekat-lekat. "IYA, ITU ELLEN! ITU ELLEN, KO! ELLEN!"

"Ya udah gak usah lebay gitu juga lah. Ayo samperin."

Dion mengangguk, berlari menghampiri sosok Ellen duluan sementara Viko ditinggal di lapangan upacara.

"Si kampret malah duluan." Viko berdecak, lalu menyusul temannya yang sudah jauh.

Dare or DareWhere stories live. Discover now