18. Pertemuan Singkat dengan Keanna

2.8K 152 4
                                    

Jantung Ellen nyaris copot ketika di belakangnya tiba-tiba muncul seorang pria gendut berseragam yang seharusnya mengejar Kent. Kakinya yang sudah tidak kuat berlari, terasa berat saat dipaksa melangkah. Ellen menelan ludahnya susah payah. Mampus!

"Mau ke mana?" Petugas keamanan menyeringai. "Temanmu itu sudah pergi, dia gak akan ke sini lagi. Jadi, nurut aja ya? Ikut saya ke kantor."

Ellen menggeleng cepat. "Gak mau!"

"Ck." Petugas kemanan mendekat, Ellen langsung mundur.

Degup jantungnya terdengar begitu jelas di telinga, mungkin sebentar lagi jantung itu akan meledak. Ekspresi seram dari petugas keamanan membuat Ellen berkali-kali menahan napas. Ke mana Kent? Apa mungkin cowok itu meninggalkannya di sini sendirian karena tidak mau diseret ke kantor?

"Temanmu sudah naik ke mobilnya tadi," ujar petugas keamanan, seolah tau dengan apa yang dipikirkan Ellen.

Ellen membelalakkan matanya. Kalau yang petugas keamanan itu katakan benar, maka Ellen dalam masalah besar. Tadi Kent mengajaknya ke sini karena Kent belum menyelesaikan mahakaryanya di dinding-sebuah coretan doodle yang menyindir pemerintah. Karena kelihatannya seru, Ellen jadi ikut-ikutan tanpa tau jika ada petugas keamanan telah mengintai mereka dari jauh.

Nasib sial, Ellen sekarang sudah terkejar. Harusnya ia tidak perlu berhenti berlari walaupun tau kalau Kent lah yang petugas keamanan ini kejar tadi.

Bagaimana ini? Apa Ellen perlu menelepon kakaknya untuk menjemput? Tapi, bagaimana kalau kakaknya malah menimbulkan masalah baru, mengingat kakaknya itu biang masalah?

Semakin dipikirkan, kepala Ellen semakin sakit.

"NATA!"

Ellen tersentak kaget, kemudian menoleh ke asal suara. Tidak jauh dari tempatnya, Kent melambaikan tangan dari dalam mobil, menyuruh Ellen untuk segera ke sana. Bibir Ellen bergetar, terharu, rupanya dia tidak ditinggal.

"Ayo cepet, Nat! Di belakang lo ada zombie!" teriak Kent gemas.

Ellen mengangguk. Namun ketika ia sudah mau berlari, petugas keamanan dengan sigap meraih tangannya, memeganginya kuat-kuat supaya dia tidak bisa kabur.

"Kamu pikir saya bakal diem aja lihat kamu kabur?"

"Aduh, Pak." Ellen berdecak kesal. "Sakit tau gak!"

"Bodo amat, saya gak ngerasain."

Kent mengusap wajahnya gusar. "Nat! Keluarin jurus andalan lo!" teriaknya.

Ellen mengerutkan dahi. Memangnya dia punya jurus andalan apa?

"Pak, ayolah. Entar saya beliin rokok deh," ucap Ellen, teringat jurus jitu dari Nauval.

Kent menepuk dahi. "Astaga, bukan itu, Nata Pinterrr!" Kent meremas kemudi mobil nya sangking gemas dengan kelakuan Ellen. "Kaki, Nat. Kaki," tambahnya memberikan petunjuk.

Ellen mengerutkan dahi. Apa maksudnya?

"Ayo, ikut saya ke kantor." Petugas keamanan itu menarik tangan Ellen, menyeretnya ke kantor.

Refleks, Ellen menendang kuat tulang kering si petugas keamanan dengan ujung sepatunya. Tangannya terbebaskan, dia langsung lari menuju mobil Kent.

"Gitu dong dari tadi." Kent tertawa kecil, menghidupkan mesin mobilnya tepat setelah Ellen duduk mantap di kursi.

Sebelum petugas keamanan menyadari kalau cewek yang ia tangkap telah lolos, mobil Kent sudah melaju kencang membelah jalanan kota yang ramai kendaraan. Ellen menoleh ke belakang, lantas tersenyum puas ketika tidak melihat sosok petugas keamanan itu lagi.

Dare or DareWhere stories live. Discover now