20. Ada Maksud di Balik Maksud

2.6K 160 18
                                    

Ellen akhirnya paham mengapa Reon dan kawan-kawannya bersikeras menyuruh dia pulang. BT—sebutan untuk nama tongkrongan ini—adalah tempat yang dipenuhi oleh berandalan. Kebanyakan mereka nongkrong di sini demi mencari musuh, bukannya mencari teman.

Di kejauhan, terlihat sebuah perkelahian yang sengit. Orang-orang di sini tidak menanggapi dengan serius, mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Kent juga tidak terlalu peduli, dia asik bermain permainan truth or dare bersama teman-temannya. Sedangkan Ellen hanya menonton sambil melirik-lirik ke arah perkelahian.

"Yesss! Akhirnya Kent kena!" seru seorang cewek yang tadi memutar botol kaca untuk menentukan siapa yang akan mendapatkan kesempatan untuk memilih jujur atau tantangan.

Kent meringis, tertawa. "Aduh, perasaan gue gak enak nih."

Cewek yang namanya Andini itu tertawa jahat seperti tokoh antagonis di film-film. "Karena Kent yang kena, jadi permainannya agak sedikit diubah," ujarnya, menyeringai. Anak-anak yang lain pun tampak bahagia, sepertinya mereka menyimpan dendam kesumat kepada Kent.

"Kent Adhika!" Andini menunjuk muka Kent, antusias. "Dare or dare?"

Ellen menoleh, menaruh fokusnya kepada Andini yang baru saja mengucapkan nama permainan yang tidak asing di telinganya. Menilik dari reaksi anak-anak lain yang biasa saja, sepertinya permainan dare or dare bukanlah hal baru bagi mereka.

"Dare!" Kent menjawab mantap.

"Oke, sip! Dare-nya adalah ...." Andini menatap ke arah Ellen, tersenyum lebar. Perasaan Ellen mendadak tidak enak, bulu kuduknya meremang.

" ... lo harus cium cewek lo di hadapan kita semua," lanjut Andini tanpa beban.

"H-hah?!"Ellen hampir pingsan.

"Gampang banget kan?" Andini mengangkat bahunya. "Gue mah baik, Kent. Gak mungkin gue kasih dare yang susah ke elo. Silakan berterimakasih ke gue, sini sujud di kaki gue."

Gampang kepala lo peyang! Ellen membatin emosi. Bagaimana bisa Andini menganggap enteng perkataannya itu? GILA!

"Oke," Kent menyetujui tanpa pikir panjang.

Yang ini lebih gilaaaaa!

Kent stress! Kent sinting! Kent gila! Aghhhh! Ellen mau tenggelam di samudera saja kalau begini ceritanya.

Kent memperbaiki posisi duduknya, berhadapan dengan Ellen. Bibirnya mengulas senyum manis, tangannya menggenggam lembut tangan Ellen.

"Gue deg-degan anjir," gumam Andini, menggigiti jari tangannya.

Gue lebih deg-degan! pekik Ellen dalam hati. Diberikan tatapan lembut oleh Kent membuat jantungnya berdegup kencang. Badannya panas dingin.

Kent malah terlihat biasa saja. Cowok itu mengangkat tangan kanannya yang menggenggam tangan Ellen. Sorot matanya yang teduh benar-benar menghipnotis. Pandangan Ellen terkunci. Suara di sekitar perlahan menghilang dari pendengarannya. Hanya ada suara detak jantung yang makin menggila.

"Nat, izin ya?" Kent tersenyum kemudian mengecup lembut telapak tangan Ellen.

Seketika tubuh Ellen terjengit kaget merasakan bibir Kent yang dingin menyentuh telapak tangannya. Wajahnya langsung memerah sampai ke telinga. Dia bahkan lupa menghembuskan napas sangking gugup melihat senyuman si kakak kelas yang manisnya bukan main.

Untuk saat ini, Ellen harap detak jantungnya tidak kedengaran oleh Kent.

"Kyaaaaaaa! So sweet!" pekik Andini. "Meskipun bukan cium di bibir, sih. Tapi tetep aja gue baper. Aaaa!" Cewek itu menggelengkan kepala sambil menangkup wajahnya dengan kedua tangan.

Dare or DareDonde viven las historias. Descúbrelo ahora