15. Sun dulu

4.2K 185 7
                                    

♪ Terakhir kutatap mata indahmu
Di bawah bintang bintang
Terbelah hatiku
Antara cinta dan rahasia

Ku cinta padamu
Namun kau milik sahabatku
Dilema hatiku
Andai ku bisa berkata sejujurnya

Jangan kau pilih dia
Pilihlah aku yang mampu mencintamu lebih dari dia
Bukan ku ingin merebutmu dari sahabatku
Namun kau tahu
Cinta tak bisa tak bisa kau salahkan♪

[Yura Yunita ft. Glenn Fredly - Cinta dan Rahasia]

Nyanyian dengan suara serak yang diiringi petikan gitar itu berakhir tepat saat Viko menjatuhkan tubuhnya ke kasur. Mata cowok itu terpejam, lelah setelah mengurus ban motor Kent yang tertusuk paku.

"Lo bikin jantungan anjir!" Dion melemparkan buku yang berisi chord gitar lagu-lagu pop ke arah Viko. "Kalo mau masuk tuh ngetok pintu dulu dong!"

"Udah tadi, lo aja yang gak denger! " Viko berujar ketus. "Makanya gak usah terlalu keasikan nyanyi sampe-sampe ada tamu aja gak tau."

Dion menggaruk kepalanya, tersenyum lebar. "Sori deh, sori."

Viko memutar bola matanya malas. Meski enggan, cowok itu akhirnya beranjak dari tempatnya. Membuka salah satu bungkus jajanan yang dia beli, kemudian memakannya dengan takzim. Sementara itu, Dion memetik senar gitarnya lagi, bersenandung pelan lagu yang sama. Sesekali tangannya mencomot jajanan yang Viko beli, setelah memasukan makanan ke mulut, tangannya kembali bermain di senar gitar.

"Lo dari mana aja, Ko? Kok tumben lama?" tanya Dion.

Menelan makanannya lebih dulu, Viko menjawab datar. "Dari bengkel. Ngurusin ban motor Kent yang ketusuk paku di jalan."

"Lah? Terus si Kent mana? Lagi di luar atau emang gak ke sini?"

"Kent lagi nganterin ceweknya pulang."

"Ceweknya yang mana?"

"Ya Ellen lah. Emangnya siapa lagi kalau bukan dia?" Viko membuka minuman kaleng, menegak isinya. "Cewek-cewek dia yang tersebar di kota Bandung udah pada diputusin. Sekarang tinggal Ellen seorang."

"Demi apa?!" Dion berseru. Gitarnya nyaris ia lempar ke luar jendela sangking kaget mendengar penuturan dari Viko. "Kent beneran putus sama semua pacarnya yang bohai dan aduhai itu? Seorang Kent Adhika bisa tahan cuma sama satu cewek?"

Viko mengangkat bahunya cuek. Awalnya waktu dia dengar Kent putus dengan semua pacarnya, dia juga kaget seperti Dion. Dia mengenal Kent sejak masih kecil, Viko tau kalau Kent itu suka sekali memacari banyak cewek, sejak SD saja mantannya sudah banyak. Makanya ketika Kent bilang pacarnya hanya tersisa satu, Viko sampai menjatuhkan ponselnya ke lantai.

"Anjir lah!" Dion menggantung gitarnya di dinding, takut kalau dia khilaf melemparkannya ke luar jendela. "Gue gak percaya. Ini terlalu fantasi."

"Gue juga gak percaya. Tapi emang begitu kenyataannya."

Dion geleng-geleng kepala. "Keren sih ini. Kent totalitas banget."

"Lo jangan lupa, Yon. Kent itu gak mau kalah orangnya." Viko mengelap tangannya di taplak meja, kemudian merebahkan tubuhnya di kasur Dion, menatap langit-langit kamar. "Selain itu, ada hal penting yang mau gue tanya ke elo."

Dion mengerutkan dahi. Nada bicara Viko terdengar serius. "Apaan tuh?"

"Yon," panggil Viko pelan.

"Kenapa sih? Ada apa? Kok kek serius banget anying? Gak mungkin kan lo mau bilang kalau lo suka sama My Lope-lope Riris?" Dion mencoba bercanda.

"Bukan soal Risa," ujar Viko.

Sejenak, Dion termangu mendengar Viko yang menyebut nama asli Riris. Otaknya jadi memikirkan yang aneh-aneh, memikirkan tentang hubungan Viko dan Riris. Belakangan ini, Dion sering melihat Viko dan Riris saling lempar pandangan benci satu sama lain. Seolah ada masalah yang belum mereka selesaikan di masa lalu.

Dare or DareWhere stories live. Discover now